15

513 90 6
                                    

vote untuk mendapatkan Jaki :'

happy reading!

happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☘️☘️☘️

Ayra belum sarapan dan sekarang perutnya terus meronta-ronta minta diisi. Pelajaran matematika masih berlangsung, dan guru di depan sana menjelaskan materi yang sialnya tidak bisa diterima oleh otak Ayra karena rasa laparnya lebih mendominasi pikiran.

Gadis itu masih setia memegangi perut sembari merapalkan kata, "Sabar perutku, sabar. Bentar lagi ya, bentar lagi,"

Mata Ayra juga sesekali melihat ke arah jam dinding yang ada di atas papan tulis, berharap bel tanda istirahat segera berbunyi.

"Sakit perut, Ra?" tanya Dita saat gadis itu tak sengaja menoleh ke arah Ayra. Yang ditanya sudah lemas, hingga hanya bisa menjawab dengan gelengan pelan. "Gue laper. Belum sarapan,"

"5 menit lagi. Nanti kalau udah bel, langsung lari ke kantin bareng, ya. Gue juga belum sarapan,"

Ayra mengangguk sebagai jawaban terakhir. Dan benar saja, lima menit kemudian bel tanda istirahat berbunyi dan tanpa aba-aba Ayra meraih lengan Dita yang baru saja ingin merapikan buku kemudian mengajaknya berlari ke kantin.

"Lah, gue ditinggal," Jaki mendengus ketika melihat Ayra dan Dita yang sudah ngacir duluan dari kelas. Setelah membereskan buku-buku dan alat tulis lainnya, pemuda itu menyusul kedua temannya menuju kantin yang tak jauh dari kelas mereka.

Ayra dan Dita yang melihat kantin masih sepi lantas kegirangan, sebab mereka tak perlu mengantri lebih lama untuk membeli makanan. Dua gadis itu kemudian menarik langkah lebih cepat ke arah penjual bakso yang aroma kuahnya sangat menggoda.

"Lo antri bakso, gue antri buat beli minuman, ya. Gapapa, kan? Pake uang lo dulu, ntar gue ganti," ujar Dita yang diacungi jempol oleh Ayra. "Oke sip. Kalo udah lo langsung ambil tempat duduk, ntar gak kebagian,"

"Siap!"

Ayra berdiri menunggu dua porsi bakso yang ia pesan. Sembari menunggu, ia menghentakkan kaki secara berirama dengan netra yang menatap ke sekeliling kantin. Netra gelap itu menangkap presensi Jaki yang kini berjalan ke arahnya.

"Mau bakso juga, Jak? Biar gue pesenin. Lo cari tempat duduk aja ntar bareng Dita," kata Ayra begitu Jaki berdiri di hadapannya. "Boleh, deh. Gue ke Dita dulu kalo gitu,"

Ayra mengangguk dan membiarkan Jaki meninggalkan dirinya.

"Pak, tambah satu porsi lagi, ya!" ujarnya pada penjual bakso di kantin.

Setelah membayar dan nampan berisi tiga mangkuk bakso berada di tangan, Ayra berlalu kemudian matanya mengelilingi area sekitar kantin untuk menemukan keberadaan Dita dan Jaki.

"Ah, itu mereka!"

Dengan senyum lebar, Ayra menarik langkah mendekati meja dimana kedua temannya berada. Keadaan kantin benar-benar ramai, syukur ia dan Dita datang lebih awal dan bisa kebagian tempat duduk. Biasanya jika sudah ramai, sulit sekali mencari kursi di kantin. Terkadang mereka terpaksa makan di kelas atau di pinggir lapangan yang terdapat kursi-kursi panjang.

Can I? | 𝐉𝐚𝐲 𝐄𝐧𝐡𝐲𝐩𝐞𝐧 [ ON HOLD ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang