vote untuk mendapatkan Jay :p
happy reading!
☘️☘️☘️
Sudah tiga hari berlalu sejak Jay menangis kala malam itu. Robekan-robekan hati bak kertas kembali ia pungut dan satukan kembali. Walau nanti air hujan terus membasahi hingga robekan kertas itu hancur dan tak bisa utuh, Jay akan tetap berusaha bagaimana pun caranya agar kertas itu kembali utuh. Terdengar mustahil, tapi bisa dicoba dulu, bukan?
Kaki jenjang miliknya menapaki lantai koridor sekolah. Selama tiga hari itu pula, Ayra tak terlihat dalam pandangannya. Entah gadis itu yang menjauh atau memang dirinya yang sudah tidak peduli pada eksistensi gadis tersebut. Setidaknya, Jay bisa bernapas lega. Usaha agar Ayra melupakannya bisa berhasil sedikit demi sedikit.
"Jay? Baru dateng?" suara yang mengalun dengan lembut itu datang merayapi indra pendengaran Jay. Lantas, laki-laki itu menoleh ke arah sumber suara yang memanggil dirinya.
"Lo pasti liat gue abis turun dari mobil tadi," jawabnya cuek lalu kembali mengarahkan pandangan ke arah depan. Gadis di sampingnya yang sedang berjalan bersama itu terkekeh.
"Btw, nanti pas istirahat lo mau makan di kantin bareng gue gak?" tanya gadis itu lagi.
"Sorry, tapi gue lebih suka main basket daripada makan di kantin. Terlalu rame, gue gak suka. Lo makan aja bareng temen lo, Wi. Biasanya juga gitu, kan? Tumben amat ngajakin gue,"
Wiyana tersenyum kikuk di samping pemuda itu. Gadis itu sudah menduga jika Jay akan menolak tawarannya mentah-mentah. Pemuda itu berbicara terang-terangan yang membuat dirinya sedikit merasa malu karena anak-anak sekitar menaruh atensi pada mereka. Sebab, ini kali pertama Jay berjalan beriringan dengan gadis lain selain Ayra. Tentu hal itu mengundang ketertarikan siswa-siswi yang haus akan gosip.
"Yaudah kalau gitu nanti gue bawain makanan ke lapangan basket aja gimana? Kita makan bareng disana,"
Jay berdecak dan melirik Wiyana sekilas. "Lo niat ngedeketin gue apa gimana?"
Bak petir di siang bolong, Wiyana terkejut mendengar pertanyaan Jay. Agar tidak terlalu kentara, gadis itu hanya mengulas senyum tipis.
"Nggak, kok. Cuma ngajakin aja,"
"Biasanya juga lo bareng si Cetta kalo kemana-mana,"
Jay memasuki kelas dan langsung menaruh tas di atas kursi. Netra gelapnya bergulir ke arah Dipta yang sedang memandanginya dengan tatapan heran.
"Apa?" tanya Jay.
Dipta mengalihkan pandangan ke arah Wiyana, gadis itu sudah duduk di kursinya dan terlihat mengobrol dengan Cetta, teman duduk gadis tersebut.
"Tumben sama Wiyana?"
"Tadi dia nyamperin terus jalan bareng ke kelas, gak usah aneh-aneh pikiran lo," ujar Jay dengan nada ketus, lalu ia membuka buku biologi dan mulai membacanya. Dipta hanya terkekeh mendengar jawaban Jay yang ketus kepadanya. Sebelum pemuda itu kembali berkutat dengan game yang ada di ponselnya, mata tajamnya melirik ke arah Wiyana. Gadis itu tampak memandangi Jay dengan senyum yang tidak pernah Dipta lihat sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I? | 𝐉𝐚𝐲 𝐄𝐧𝐡𝐲𝐩𝐞𝐧 [ ON HOLD ]
Fanfic❝𝐖𝗁𝖾𝗇 𝗒𝗈𝗎 𝖺𝗋𝖾 𝖿𝗈𝗋𝖼𝖾𝖽 𝗍𝗈 𝖿𝗈𝗋𝗀𝖾𝗍 𝗂𝗍, 𝖾𝗏𝖾𝗇 𝗍𝗁𝗈𝗎𝗀𝗁 𝗒𝗈𝗎 𝗌𝗍𝗂𝗅𝗅 𝗅𝗈𝗏𝖾 𝗁𝗂𝗆. 𝖳𝗁𝖺𝗍 𝗂𝗌 𝖺 𝗋𝖾𝖺𝗅 𝗉𝖺𝗂𝗇.❞ ✎┊𝑊𝑟𝑖𝑡𝑡𝑒𝑛 𝑏𝑦 𝑷𝒊𝒊𝒏𝒌𝒊𝒆𝒃𝒍𝒖𝒆 ©𝙲𝚊𝚗 𝙸, 2021