14 | Awal Dari Kerapuhan

1.1K 232 81
                                    

•Lembar ke Empat Belas•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Lembar ke Empat Belas•

"Lo yakin nggak mau gue temenin sampai rumah sakit?" tanya Haris. Mereka kini sedang berada di halte dekat rumah Haris. Menunggu Yunda datang menjemput Darel untuk mengambil hasil MRI.

Haris masih tak percaya bila Darel pergi tanpa pengawasannya. Apalagi dengan orang yang tak lagi menjadi bagian dari hari-hari Darel. Sekalipun Yunda adalah ibu kandung Darel, namun rasanya sulit memercayai wanita yang sudah tak peduli lagi pada anak kandungnya sendiri.

"Yakin. Biar gue pergi sama Mama aja, ya? Gue janji nanti pasti kabarin kalau gue perlu apa-apa."

"Tapi gue nggak tenang kalau lo cuman pergi berdua sama Tante Yunda, Rel."

"Iya tahu. Tapi lo harus inget, gue pergi sama Mama, bukan orang lain," sahut Darel. Bahkan sejak kemarin Haris selalu menanyakan hal yang sama. Tak percaya saat Darel mengatakan akan pergi bersama Yunda. Darel paham. Bahkan dirinya sendiri juga menyimpan ragu. Takut bila Yunda akan berubah pikiran.

Namun saat kini mereka berada di tempat ini, Darel yakin bahwa Yunda tak akan ingkar. Ia memang tak berharap lebih. Dengan Yunda yang tak membatalkan janji, Darel rasa itu sudah lebih dari cukup untuk memercayai wanita itu.

"Gue tetep nggak percaya. Tapi gue nggak akan ganggu waktu lo sama Tante Yunda. Semoga Tante Yunda nggak ngecewain lo, ya. Maaf-maaf, nih, kalau sampai nyokap lo macem-macem, gue yang akan ngomong langsung. Dia nggak tahu rasanya bangun tengah malem kalau lo kambuh," ucap Haris yang membuat Darel tersenyum.

"Bisa nggak kalau bersikap manis itu jangan pakai gengsi. Gimana cewek mau deket sama lo kalau lo galak kayak gini."

"Bedalah kalau sama cewek. Kalau lo di baikin nggak akan nurut!"

Darel baru saja akan kembali menyahut, tapi urung saat melihat mobil putih berhenti di belakang mobil Haris. Lalu sosok Yunda muncul dari balik jendela.

"Darel, ayo." Yunda tersenyum lalu mengalihkan pandangan pada Haris. "Haris makasih, ya. Sudah antar Darel ke sini. Nanti pulang dari rumah sakit, Tante langsung antar ke rumah kamu."

Haris mengangguk. "Jagain Darel ya, Tante." Lalu pandangan Haris beralih pada Darel yang berdiri di sisinya. "Kabarin gue."

"Iya. Doain hasilnya baik-baik aja, ya. Gue pergi dulu," ucap Darel lalu melanjutkan langkahnya menuju mobil Yunda.

Darel sebenarnya juga takut saat harus pergi tanpa Haris. Sejak awal pemeriksaan ia memercayakan semua pada Haris. Tapi kini, ia harus percaya pada kehadiran Yunda. Orang yang kini terasa asing dalam hidupnya. Walau jauh sebelum itu, mereka dua insan yang menjalani hari tanpa dinding pembatas.

Kita Kisahkan Luka Bahagia (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang