Part 6 : 119

3.2K 538 45
                                    

Dengan setia manik cokelat indah milik Jeongwoo menetap pada satu titik fokus yang dengan setia memejam mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan setia manik cokelat indah milik Jeongwoo menetap pada satu titik fokus yang dengan setia memejam mata. Balutan perban pada bahu menjadi tanda luka yang baru saja dibersihkan oleh seseorang yang di panggil oleh sepupu dari Watanabe.

Setelah memastikan keadaan aman, Jihoon adalah yang pertama kali mengajak Hyunsuk untuk meninggalkan Haruto yang belum sadar juga Jeongwoo yang menerima permintaan untuk menjaga pemuda Watanabe.

Ada banyak pertanyaan yang menginvasi kepalanya. Juga spekulasi-spekulasi yang di buat oleh dirinya sendiri. Jeongwoo merasa dirinya adalah penyebab di balik tumbangnya sosok ceria yang dengan baik hati memberinya tempat bernaung.

Rasa bersalah menyelubungi seluruh hati Jeongwoo. Hingga tanpa sadar setetes air mata turut menemani malamnya yang terjaga untuk memastikan keadaan Haruto.

Mungkinkah sosok dibalik hoodie itu adalah pelaku yang menyebabkan luka panjang di bahu Haruto. Meninggalkan beberapa jahitan di sana dan Jeongwoo mulai bertanya-tanya tentang masa depan yang belum terjadi.

Apakah saat sadar nanti Haruto akan marah? Apakah Haruto juga berpikir dirinya adalah penyebab kesialan itu?

Bahkan saat tepukan lembut menyentuh bahunya yang terbalut kaos putih polos, Jeongwoo masih bungkam. Belum menyadari sosok lain yang kini telah terbangun dan menatapnya.

"Jeongwoo.." Suara berat Haruto mengisi kesunyian dan mendapat atensi Jeongwoo yang menatapnya terkejut.

"Haruto kau sudah sadar?" Retoris, namun Jeongwoo terlalu terkejut.

Haruto memberi sebuah anggukan sebagai jawaban sebelum mengajukan pertanyaan. "Jeongwoo menangis? Apa Jeongwoo khawatir padaku?" Senyuman sedikit lebar tertampil apik di wajah pemuda Watanabe.

Menghasilkan kekehan langka dari Jeongwoo yang kini membiarkan tangan Haruto terulur untuk menghapus jejak air mata di pipinya.

"Jeongwoo baik-baik saja?" Sekali lagi Haruto mengajukan pertanyaan yang mana menghasilkan kerutan kening di dahi Jeongwoo.

"Kau ini bodoh atau bagaiamana? Seharusnya aku yang bertanya keadaanmu!" Suara Jeongwoo sedikit tinggi dengan raut kesal yang kentara.

Bukannya tersinggung, Haruto malah terkekeh. Merasa ada kemajuan antara dirinya dan Jeongwoo.

"Apa lukamu masih sakit?" Manik Jeongwoo menatap perban yang membalut bahu Haruto.

"Sedikit. Jeongwoo, bagaimana tubuhku?" Kernyitan dahi sekali lagi timbul di dahi Jeongwoo.

"Apa maksudmu?" Meski gugup tiba-tiba datang, Jeongwoo mengandalkan raut datarnya sebagai tempat bersembunyi. Maniknya beberapa kali melirik kearah tubuh atas Haruto yang tidak terbalut sehelai benangpun; artinya Haruto tengah bertelanjang dada.

"Aku bekerja keras untuk mendapat perut seperti papan pencuci baju karena banyak yang bilang jika pria berperut seperti itu adalah pria keren." Adu Haruto dengan bibir mengerucut. Membuat Jeongwoo bertanya-tanya tentang kepribadian juga usia pemuda di depannya.

119 [Hajeongwoo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang