Setelah tersekap—menyekap diri di dalam apartemen Haruto selama berhari-hari, akhirnya hari ini Jeongwoo memilih untuk keluar dari zona amannya. Setelah dipikir rasanya sangat tidak tau diri jika Jeongwoo tetap berdiam diri di rumah sedang Haruto bekerja dan membiayainya yang statusnya hanya teman sekolah yang hanya saling mengenal nama satu-sama lain.
Bahkan dulu Jeongwoo menolak ajakan Haruto untuk berteman hanya karena Jeongwoo membenci kehadiran orang baru juga merasa tidak ada yang tulus ingin berteman dengannya selain ingin memanfaatkan kemampuan otaknya.
Namun seolah tertampik kenyataan, pemuda Watanabe ternyata adalah sosok penyelamat yang datang dan Jeongwoo tidak akan menyebutnya sebagai kasih sayang Tuhan padanya. Sebuah kebetulan, dan selamanya akan menjadi kebetulan untuk Jeongwoo.
Maka mengabaikan kata-kata Haruto tentang dirinya yang baik-baik saja untuk memberi Jeongwoo segala fasilitas untuk hidup berkecukupan, disinilah Jeongwoo berada. Di depan cafe yang baru saja di buka. Seorang wanita paruh baya adalah pemiliknya.
"Kau bisa datang besok dan mulai bekerja ya nak." Wanita itu, Jeongwoo akan menyebutnya bibi Kim, berujar lembut.
Wajahnya menggambarkan kasih sayang seorang ibu ketika Jeongwoo melamar pekerjaan di cafe nya. Dan sekali lagi ini akan dianggapnya sebagai kebetulan.
Kebetulan yang datang ketika di sisi lain seseorang siap membantu nya untuk pergi dari dunia. Benar-benar sebuah kebetulan yang membawa kejutan serta dampak buruk untuk Jeongwoo.
Lalu ketika Jeongwoo telah kembali ke apartemen, Haruto telah kembali pulang. Pemuda Watanabe terlihat terkejut ketika mendapati Jeongwoo datang.
"Jeongwoo darimana?" Pertanyaan yang Haruto layangkan mampu membuat Jeongwoo kehilangan kata.
Otaknya tengah mencerna dan masih mencari jawaban yang tepat. Haruskan ia jujur dan mengecewakan Haruto karena melanggar perintah pemuda Watanabe untuk tetap tinggal di rumah saja?
"A-aku, Haruto aku—astaga!" Berlari mendekati pemuda Watanabe yang terdiam di tempat, Jeongwoo segera menghapus darah yang keluar dari hidung milik Haruto.
"Haruto kau sakit?" Pertanyaan bernada panik dari Jeongwoo membuat Haruto tersenyum terang-terangan.
"Hanya sedikit pusing tapi tidak apa-apa kok Jeongwoo. Oh ya Jeongwoo sudah makan? Mau—"
"—Jangan mengalihkan topik Haruto! Ayo sekarang duduk lah dulu." Menuntun yang lebih jangkung untuk duduk, Jeongwoo segera berlari setelah memerintah Haruto untuk mendongak.
Kemudian selang beberapa detik kembali datang dengan sekotak tisu di tangan. Kembali mengusap darah yang keluar ketika Haruto berhenti mendongak.
Pada akhirnya, Haruto tidak diijinkan beranjak dari tempatnya. Membiarkan Jeongwoo melakukan segalanya untuk sang penyandang marga Watanabe.
KAMU SEDANG MEMBACA
119 [Hajeongwoo] ✔
غموض / إثارةPertemuan ini dilandaskan oleh sebuah kebetulan. Yang mungkin sebuah kebetulan buatan. [BxB] ©treasure_cs [ : #3 in Mashiho •070322] [ : #1 in 04 •100422] [ : #1 in Haruwoo •150622] [ : #2 in Asahi •131222]