Bahkan ketika malam telah sangat larut, Jeongwoo masih terjaga akibat pikirannya yang tidak berhenti mengingat foto jelas yang tersimpan di ponselnya sendiri.
Malam ini, Jeongwoo masih menumpang di kamar Haruto atau memang sejak awal yang Jeongwoo kuasai hanya menumpang saja. Terbukti dari situasi saat ini. Haruto sendiri masih berkutat dengan tumpukan pekerjaan. Jeongwoo menyaksikan sendiri cangkir demi cangkir yang Haruto habiskan untuk tetap terjaga.
"Haruto." Entah untuk apa, namun Jeongwoo tidak dapat menghentikan dirinya untuk menyuarakan nama pemuda Watanabe. Menghasilkan Haruto yang mengalih pandang untuknya.
"Iya? Jeongwoo butuh sesuatu?" Haruto melepas kaca matanya sebelum meletakkan alat bantu bacanya itu di atas meja di sisi laptopnya yang menyala.
"T-tidak. Maksudku Haru ini sudah malam sekali apakah pekerjaanmu masih banyak?" Beberapa kali, Jeongwoo mengedarkan pandang ke beberapa obyek untuk mengalihkan pandangannya bersibobrok dengan milih Haruto.
"Hm, tidak juga. Tinggal beberapa saja. Oh iya, Jeongwoo kenapa tidak tidur? Apa aku mengganggu Jeongwoo?" Haruto telah bersiap mengemas alat kerjanya untuk berpindah sebelum dengan cepat Jeongwoo menggeleng dan terduduk.
"Tidak bukan begitu! Haru maksudku adalah sudah malam dan k-kau butuh istirahat." Akhirnya karena terhimpit situasi, Jeongwoo menyuarakan yang sebenarnya. Meski setelahnya kembali berbaring dengan mata terpejam. Mengabaikan Haruto yang menatap terkejut.
Apakah Jeongwoo baru saja mengkhawatirkannya? Err— kalau iya, berarti ada kemajuan dalam hubungan mereka. Dan Haruto menyukai fakta itu.
"Baiklah, terima kasih Jeongwoo." Sekali lagi berujar, Haruto setelahnya merapikan segala peralatan kerjanya. Meninggalkan meja dengan kondisi rapi seperti semula sebelum pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Saat pemuda Watanabe telah menghilang dibalik pintu kamar mandi, Jeongwoo membuka matanya sedikit; mengintip. Nafasnya tidak beraturan dengan senyuman menyusul di belakang. Sejenak rasa takut dan cemas yang bersarang di kepalanya menguap begitu saja.
Beberapa menit terlewat, Haruto kembali. Jeongwoo masih terjaga meski tengah memejam mata; pura-pura tidur. Merasakan sisi ranjang di sebelahnya yang kini di tempati Haruto.
Dalam keadaan sadar dan telah pulih, Jeongwoo merasakan hawa canggung yang tebal meski Haruto terlihat santai. Memakai selimut lalu tertidur. Tidak ada gelagat canggung seperti yang Jeongwoo rasakan. Atau hanya Jeongwoo disini yang terlalu berlebihan?
Entahlah, namun membayangkan dirinya dan Haruto yang tengah tertidur bersama; dalam artian tertidur yang sungguh-sungguh, Jeongwoo mengingat kembali foto yang dilihatnya beberapa jam yang lalu.
Gerakan refleks yang dilakukan tubuhnya adalah menggeser untuk lebih dekat dengan pemuda Watanabe. Tidak, Jeongwoo sedang tidak mencari kesempatan. Hanya saja mengingat apa yang telah dilihatnya membuat Jeongwoo ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
119 [Hajeongwoo] ✔
غموض / إثارةPertemuan ini dilandaskan oleh sebuah kebetulan. Yang mungkin sebuah kebetulan buatan. [BxB] ©treasure_cs [ : #3 in Mashiho •070322] [ : #1 in 04 •100422] [ : #1 in Haruwoo •150622] [ : #2 in Asahi •131222]