24. Kalah Lagi

2.2K 259 19
                                    

"Masak mie ajalah, Sam. Gue lagi males keluar nih"

"Mumpung gue lagi baik, lo gue traktirr"

"Traktirnya kapan - kapan aja, serius deh gue lagi ga pengen kemana - mana"

"Tapi gue pengen makan diluar, gimana dong? Lo tega gitu ngebiarin gue makan sendiri? Kalau di culik gimana?" Ujar Samudra yang sukses membuat Angkasa memutar bola matanya malas.

"Orang - orang juga mikir kali kalau mau nyulik lo. Bukannya untung yang ada malah rugi"

"Sialan lo emang" kesal Samudra yang hanya dijawab kekehan pelan oleh Angkasa.

"Emang lo mau makan dimana sih, Sam?"

"Tempat biasa, gini - gini gue udah lama ga kesana. Kangen aja gitu sama masakannya"

"Eewww dasarr"

Samudra tertawa pelan sebelum akhirnya memilih merangkul tubuh Angkasa.

"Kalian mau kemana?" Tanya Rasya yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan pintu.

"Mau nyari makan nih, laperr" Samudra tampak menjawab dengan santai. Lain halnya dengan Angkasa, laki - laki itu justru dengan jelas menunjukkan ketidaksukaannya.

"Wahh asik tuh, boleh ikut ga nih? Kebetulan gue juga belum makan" ujar Rasya yang entah kenapa sukses membuat Samudra dilanda kebingungan. Ia tidak enak menolak, tapi ia juga tidak mungkin membiarkan Rasya ikut. Apalagi dengan status dirinya yang baru saja berbaikan dengan Angkasa.

Samudra tampak menggaruk tengkuknya yang tak gatal, netranya ia alihkan kearah Angkasa yang saat ini juga tengah menatapnya. Oh ayolah, Samudra benar - benar bingung sekarang.

"Hmm gaboleh ya? Yaudah gapapa deh. Nanti gue masak mie aja di dalem. Kalian jalan aja, gue ga bakal ganggu kok" ujar Rasya yang entah kenapa semakin membuat Samudra merasa tidak enak. Tapi di lain sisi ia juga tidak mungkin membuat keputusan tanpa persetujuan adiknya.

"Lo laper kan?" Angkasa mulai angkat bicara. Sedangkan Rasya? Laki - laki itu terlihat mengangguk cepat sebagai jawaban.

"Yaudah kalau gitu lo berdua aja yang pergi. Gue diem dirumah, lagipula gue ga laper" balas Angkasa yang langsung saja diberi penolakan oleh Samudra.

"Enggak. Lo harus ikut, Angkasa"

Angkasa tersenyum tipis, bukan apa - apa... ia hanya tidak ingin jika Samudra memiliki perasaan bersalah pada Rasya. Jadi untuk sekarang, biarlah dirinya yang mengalah. "I am fine, lo bisa pergi sama Rasya, Sam".

"Enggak Angkasa"

"Okee kalau gitu gue ikut" balas Angkasa pada akhirnya. Sosoknya sempat melirik kearah Rasya sebelum akhirnya menghela nafas pelan. "Lo juga"

Rasya tersenyum, sebelum akhirnya memilih mengikuti kepergian keduanya.

***

Kini mobil Samudra terlihat berhenti di sebuah cafe yang terbilang cukup ramai. Samudra membuka sabuk pengamannya terlebih dahulu sebelum beralih menatap kearah Angkasa yang kebetulan memilih duduk di bangku belakang.

Bukannya ingin mengalah dari Rasya, hanya saja saat ini Angkasa memang sedang ingin duduk selonjoran. "Apa lo liat - liat"

Samudra berdecak, "Buruan turun, mau sampai kapan lo tiduran kaya kucing disana?"

Angkasa mempoutkan bibirnya kesal, enak saja Samudra mengatainya seekor kucing. Padahalkan ia lebih mirip seekor monyet saat ini.

Canda monyettt

"Gue baru tau kalau kalian sering makan disini" ujar Rasya berusaha mencari topik pembicaraan.

Samudra tersenyum, kini atensinya telah beralih menatap sosok Rasya. "Ini tempat tuh favorit banget, Ras. Lo harus coba, dijamin bakal bikin ketagihann"

Rasya tertawa pelan, "Denger cara lo ngomong, kayaknya nih cafe beneran enak. Gue jadi gasabar buat makan"

"Yang enak tuh makanannya, bukan cafenya. Emang lo mau makan semen sama batu? Kalau gue sih no" balas Angkasa lengkap dengan nada sinisnya.

Rasya tampak menarik nafas panjangnya, bohong jika ia mengatakan tidak marah atas perkataan Angkasa. Ia marah, hanya saja untuk sekarang ia masih menjaga image nya didepan Samudra.

Sedangkan Samudra? Sosok yang sedari tadi memilih menyimak hanya bisa tertawa dalam diam. Karena ia juga tidak bisa bohong kalau Angkasa jauh terlihat lebih lucu jika sedang kesal seperti ini.

Ingat, kesal bukan marah!
Samudra senang jika melihat Angkasa kesal
Tapi tidak jika laki - laki itu sampai marah.

"Yaudah kalau gitu kita turun sekarang"

Angkasa mengangguk sebagai jawaban sebelum akhirnya memilih membawa langkahnya turun terlebih dahulu. Meninggalkan Samudra dan juga Rasya yang saat ini masih berada didalam mobil.

"Sam" panggil Rasya yang sukses menghentikan langkah Samudra. Samudra mengernyit bingung sebelum akhirnya memilih untuk mengurung niatnya membuka pintu mobil.

"Kenapa?"

"Ini gue serius gapapa ikutan makan disini?"

"Ya serius, lagipula lo udah sampai disini. Yakali gue suruh pulang lagi kan?"

"Tapi Angkasa kayanya gasuka kalau gue ada disini"

"Ras, udah lo tenang aja. Gue tau adik gue. End then— lo udah ada disini, jadi itu artinya dia ga keberatan sama sekali kalau lo gabung sama kita"

"Tap—"

"Ayo turun, gue gamau Angkasa sampai ngambek cuma gara - gara kita kelamaan di dalem mobil" ujar Samudra sebelum akhirnya membawa langkahnya keluar terlebih dahulu.

Meninggalkan Rasya yang saat ini hanya bisa menatap kesal kearah Angkasa. Lagi - lagi i harus kalah dari Angkasa—

TBC

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang