44. Papa Kangen

3.7K 360 18
                                    

Suasana sempat hening sebelum akhirnya suara mesin ekg sukses mengalihkan atensinya semuanya. Garis yang awalnya flat tersebut kini mulai menunjukkan fungsinya. Mesin yang awalnya diam tanpa suara, kini mulai mengeluarkan suara nyaring yang cukup khas. Mungkin ini yang namanya takdir, jadi mau sebesar apapun usaha seseorang untuk memisahkan, jika semesta tidak berkehendak— maka jangan harap takdir akan mengikuti.

Jantung Angkasa kembali berdetak, seiring dengan helaan nafas lega dari semua orang yang berada di ruangan tersebut. Terutama Samudra, laki - laki itu bahkan tak henti - hentinya mengucapkan terimakasi pada semesta. Terimakasih karena sudah mengembalikan Angkasanya.

"Gue tau kalau lo ga bakal ninggalin gue, Sa" lirih Samudra seraya menatap sendu kearah adiknya. Senyum tipis mulai terbit di bibirnya seiring dengan langkahnya yang ia bawa mendekat kearah Angkasa.

"Makasi udah mau bertahan demi gue, Sa. Makasi juga karena lo masih mau ngasih kesempatan buat gue. Makasiii buat semuanya, gue bahkan ga bisa ngebayangin gimana nantinya gue tanpa lo, Sa" lirih Samudra seraya mengusap lembut wajah adiknya.

Wajah pucat serta memar tersebut bahkan masih begitu kentara di pengelihatannya. Dadanya nyeri, seolah - olah apa yang saat ini Angkasa rasakan bisa Samudra rasakan juga.

"Sammm" lagi, suara yang sedari tadi berusaha ia hindari lagi - lagi mengusik ketenangannya. Rasanya Samudra benar - benar muak meladeni sosok tersebut. Kesabarannya sudah habis, karena apa yang telah sosok tersebut lakukan bisa dibilang cukup kelewatan.

"Sorry Ras, gue lagi gamau bicara sama lo"

"Sam please, gue tau gue salah. Tapi tolong, maafin gue. Gue juga gatau kalau kejadiannya bakal kaya gini. Gue juga ga niat ngebuat Angkasa sampe ketabrak truck. Gu—"

"Semakin lo buat pembelaan, yang kelihatan justru kesalahan lo, Ras. Karena mau lo ngomong kaya gimanapun, kalau gue udah terlanjur hilang respect ya udah. Ga ada yang perlu dibahas lagi"

"Tap—"

"Rasya please! Gue udah cukup berbaik hati dengan ga laporin lo ke polisi cuma gara - gara masalah ini. Jadi tolong, jangan usik kehidupan gue lagi!"

"Sam please, jangan kaya gini ke gue"

"Justru sikap lo yang ngebuat gue jadi kaya gini Ras!" Teriak Samudra yang sukses membuat Rasya sedikit tersentak.

"Sam udah, kalau lo lupa kita lagi ada dirumah sakit. Lo liat juga Angkasa, dia juga pasti gamau ngeliat lo kaya gini" Aksara berusaha menenangkan, dan berhasil.

Samudra terlihat menarik nafasnya panjang sebelum akhirnya mengalihkan atensinya dari arah Rasya. "Kalau lo masih punya malu, mending lo pergi dari sini. SEKARANG"

"Tap—"

"Ras, please kali ini aja. Dengerin kata Samudra, lo keluar dulu ya? Gue cuma gamau ada keributan disini. Apalagi sampe ngeganggu Angkasa" ujar Prince berusaha bersikap sesabar mungkin.

"Okay gue pergi!" Balas Rasya sebelum akhirnya benar - benar pergi dari sana.

Belum lama Rasya pergi,  pintu rawat Angkasa justru kembali terbuka. Dan ya, kedatangan sosok tersebut sukses membuat seluruh pasang mata mengarah padanya.

"Mamaaa?" Lirih Samudra dengan nada tidak percayanya. Bukan apa - apa, hanya saja tadi saat ia mengabari ibunya soal keadaan Angkasa wanita tersebut mengatakan tidak bisa datang. Tapi sekarang? Wanita tersebut justru berdiri dihadapannya lengkap dengan air mata yang sudah membanjiri wajah cantiknya.

"Sammmm, gimana keadaan Angkasa?" Ujar Kirana seraya merengkuh tubuh kekar putranya. Sedangkan Samudra? Laki - laki itu hanya bisa membalas pelukan sang mama.

Jujur, Samudra bahkan tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Haruskah ia senang disaat orang tuanya telah pulang? Tapi apakah ia harus bahagia disaat keadaan Angkasa bahkan tidak bisa dibilang baik - baik saja?

"Angkasa hampir aja ninggalin kita semua ma, tapi syukurnya tuhan masih berbaik hati dengan ga ngambil Angkasa dari kita" lirih Samudra seraya menatap sendu kearah Angkasa yang masih nyaman dalam pejamnya.

Kirana kembali menangis sebelum akhirnya berhambur kearah Angkasa. "Jagoan mama, yang kuat ya? Mama gamau tau, kamu harus bangun sayang. Jangan tinggalin mama" lirih Kirana seraya mengusap lembut surai putra bungsunya.

"Sam, sebenernya apa yang terjadi? Kenapa Angkasa bisa sampai kaya gini?" Tanya Kirana yang sukses membuat semua orang yang berada disana menundukkan kepalanya takut.

"Nanti aku jelasin ya ma"

"Papa mana ma? Papa pulang juga kan?" Tanya Samudra, sebab sedari tadi ia belum menemukan keberadaan papanya.

"Papa disini sayang" ujar Alvarendra yang sukses membuat semua orang kembali mengalihkan atensinya kearah pintu.

"Papaaaaa" lirih Samudra lengkap dengan senyum tipisnya.

"Sa, papa sama mama udah pulang. Lo pasti bakal seneng banget kalau tau ini. Jadi please bangun ya? Mereka pulang karena lo, dan lo gamungkin tega ngebiarin mereka pulang tanpa sempet dengerin suara lo kan? Jadi ayo bangunnn" lirih Samudra seraya menggenggam kuat tangan Angkasa.

"Papa darimana aja? Kok datengnya ga barengan?"

"Papa habis dari kantor polisi. Supir truck yang nabrak Angkasa harus mempertanggung jawabkan perbuatannya"

"Paaa?"

"Papa udah tau semuanya. Cctv di depan sekolah kalian udah cukup jadi bukti buat ngejelasin semuanya"

"Papa tau?"

Alvarendra menarik nafas panjang sebelum akhirnya mengangguk pelan sebagai jawaban, "Kali ini Rasya emang udah kelewatan, tapi papa juga ga lupa kalau dia masih ada hubungan keluarga sama kita. Jadi, soal Rasya papa serahin semuanya ke kamu, Sam"

"Jangan aku pa, tapi Angkasa. Karena yang berhak nentuin semuanya sekarang cuma Angkasa"

Alvarendra memejamkan netranya sejenak sebelum akhirnya beralih menatap putranya yang saat ini masih nyaman dalam pejamnya. "Jagoan papa, tidurnya jangan lama - lama ya? Papa kangennn"

Tbc

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang