34. Angkat Tangan Tanda Menyerah

2.4K 331 45
                                    

Angkasa meregangkan otot - otot ditubuhnya, sesekali sosoknya juga menguap seiring dengan matanya yang perlahan mulai terbuka. Kurang lebih sudah tiga jam lamanya ia menjelajahi dunia mimpi, dan sekarang ia bahkan tidak menemukan sosok Samudra di kamarnya.

Angkasa kembali menguap untuk yang kesekian kalinya sebelum akhirnya memilih beranjak dari tempat tidur. Membawa langkah pelannya menuju ruang tamu, berharap dirinya bisa menemukan keberadaan Samudra.

Angkasa tersenyum, setidaknya tepat setelah netranya menangkap keberadaan sang kakak di meja makan. Laki - laki itu bahkan terlihat melahap makanannya dengan nikmat, melihatnya saja sudah cukup membuat perut Angkasa ikut keroncongan.

Saat ini Samudra tengah berada di meja makan bersama dengan Rasya. Bahkan saking asyiknya makan, sosoknya bahkan sampai tidak menyadari kedatangan sosok Angkasa.

"Sammm"

"Angkasa? Lo udah bangun?" Ujar Samudra yang hanya dijawab anggukan pelan oleh Samudra. Sosok Angkasa bahkan tersenyum tipis seraya mengamati makanan yang berada diatas meja.

"Dua porsi doang?" Tanyanya lengkap dengan senyum tipis andalannya.

"Gue liat lo lagi tidur, jadi gue sengaja masak dua porsi doang buat gue sama Rasya. Lo mau? Biar gue buatin sekarang" tawar Samudra.

Angkasa menggeleng, "Biasanya kalau gue lagi tidur, atau lagi ga dirumah sekalipun lo bakal tetep buatin gue. Sekarang tumben engga? Kenapa? Gue udah ga penting ya?" Tanya Angkasa lengkap dengan kekehan pelannya. Mengabaikan jika saat ini Samudra tengah dirundung perasaan bersalah.

"Bukan gitu, Sa. Gue cuma gamau makanan lo dingin"

Angkasa kembali terkekeh, "Meskipun lo tau kalau gue gapernah mempermasalahin hal itu?"

"Engga gitu, Sa"

"Udah gapapa, gue ga makan juga ga masalah. Gabakal bikin gue mati juga. Jadi lo berdua lanjutin aja makannya, gue balik keatas dulu"

"Gue masakin lo yaa?"

Angkasa kembali menggeleng pelan sebagai jawaban, "Ga usah"

"Tapi lo lagi sakit, Sa. Lo harus makan, biar bisa minum obattt"

"Nafsu makan gue udah ilang"

"Lo marah sama gue?"

"Lo nanya? Jawabannya gampang banget. Sini tukeran, lo jadi gue— gue jadi elo"

Samudra menghela nafas pelan, "Okay gue tau gue salah, tapi sumpah gue beneran lupa, Sa"

"Kaya bunglon ya. Tadi alesan lo karena gue lagi tidur, dan sekarang segampang itu lo bilang lupa?"

"APA GUE UDAH GA PENTING LAGI DIMATA LO, SAM?" Lirih Angkasa lengkap dengan matanya yang mulai berkaca - kaca.

"Alaaaahhhh, baperan banget lu anjirrr" celetuk Rasya setelah meletakkan sendoknya diatas piring.

Angkasa beralih menatap kearah Rasya sebelum akhirnya tertawa remeh, "Kenapa? Salah?"

"Ya menurut lo? Lagian lo pikir aja sendiri. Tugas Samudra bukan cuma ngurusin lo doang. Kalau lo laper ya tinggal bikin, gausah ribett. Pake segala nyari - nyari kesalahannya Samudra. Lo pikir lo siapa?" Rasya bangkit dari tempat duduknya dan berdiri tepat disamping Samudra.

Angkasa memejamkan kepalanya sejenak, jadi benarkah disini ia yang kekanak - kanakan? Atau Samudra yang kini perlahan mulai melupakannya?

Angkasa menatap sendu kearah Samudra sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Kalau lo udah capek ngurus gue, bilang ya. Gue bisa kok tinggal bareng bokap. Seenggaknya kalau itu bisa ngebuat lo bebas, Sam"

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang