3.

30 9 5
                                    

Pesta di rumah Jujun berlangsung cukup meriah. Mereka dengan santainya bermain dengan Kartu Uno dan berusaha mendapatkan hadiah yang akan ia inginkan.

"Hahahahaha..... Woohhooo.....!! Aku menang...!!".

"Yah... Kalah deh...!" keluh Deni.

"Selamat untuk Nina...! Hadiah Beng-Beng satu pack aku berikan kepada Nina!". Simon memberikan hadiah yang ia janjikan kepada Nina, pemenang dalam permainan Kartu Uno.

"Hoorreeeee......!! Terima kasih, Simon...!".

"Nina! Bagi dong...!" kata Salsa.

"Bagi-bagi lah...!" ikut Jujun.

"Tenang saja! Aku bagikan kok!".

"Nah...! Itu baru yang namanya sahabat!".

Nina membagikan sebungkus Beng-Beng kepada para sahabatnya. Mereka semua menikmati sebungkus cokelat yang manis itu dari Nina, pemenang dalam permainan Kartu Uno.

Sosok misterius bertopeng tengkorak hitam sedang menyelinap masuk ke ruang bagasi Rumah Jujun. Sosok itu dengan senjata Tomahawk yang ada di tangan kanannya sedang menuju ke gardu listrik yang ada di garasi. Penutup gardu itu dibuka oleh sosok bertopeng dan dengan kasarnya, sosok itu memukul-mukul keras hingga menghancurkan bagian isi dari gardu listrik itu dengan menggunakan Tomahawk miliknya. Alhasil, daya listrik di Rumah Jujun mengalami pemadaman setelah sosok itu menghancurkan gardu listrik di Ruangan Garasi.

Semua yang ada di dalam penghuni Rumah Jujun kaget karena mengalami "mari lampu" secara mendadak saat mereka menikmati sebungkus cokelat Beng-Beng. Mereka menggunakan ponsel untuk menerangi ruang keluarga di Rumah Jujun yang mereka tempati.

"Eh...? Mati lampu?" heran Jujun.

"Jujun? Rumahmu belum bayar tagihan listrik ya?" tanya Indra.

"Tidak! Keluargaku selalu membayar tagihan listrik tepat waktu. Hmmm... Akan kuhubungi petugas listrik dulu!".

Jujun menelepon petugas listrik dengan menggunakan ponselnya, tetapi tidak ada jawaban dari pihak yang dihubungi oleh Jujun.

"Bagaimana?" tanya Simon.

"Tidak bisa dihubungi. Sinyalnya lemah sekali".

"Coba gunakan telepon rumahmu!" usul Poppy.

"Baiklah!".

Jujun menggunakan penerangan di ponselnya melalui Flashlight. Ia menuju ke telepon rumah yang ada di ruang tengah rumahnya. Jujun menekan tombol nomor telepon rumah yang merupakan nomor panggilan petugas listrik. Ia pun menelepon petugas listrik, tetapi tidak ada sambungan atau nada panggilan sama sekali.

"Aneh! Kenapa tidak ada suara panggilan ya?".

Masih di ruang garasi, sosok itu berhasil memotong kabel telepon yang ada terletak tidak jauh dari letak gardu listrik Rumah Jujun dengan menggunakan Tomahawk miliknya. Tidak ada sinyal komunikasi maupun penerangan yang ada di Rumah Jujun.

Jujun kembali ke ruang keluarga dan menghampiri teman-temannya disana. "Teman-teman!".

"Bagaimana, Jujun?" tanya Windi.

"Suara teleponku tidak ada nada suara masuknya. Sepertinya ada seseorang yang memutus kabel telepon atau mungkin benda jatuh yang mengenai kabel telepon".

"Terus, bagaimana? Tidak mungkin kan kita berpesta tanpa penerangan seperti ini?" kata Seno.

"Yah... Mau bagaimana lagi? Mau tidak mau, kita harus tidur. Semoga saja besok, sudah mulai normal kembali!".

"Begadang saja lah! Tidak seru rasanya kalau langsung tidur! Lagipula, baru jam 11 malam!" kata Rendi.

"Setuju!!" kompak mereka semua, kecuali Jujun.

"Kalau begitu, aku akan pergi ke kamar untuk mengambil kasur mini!".

"Sip!!".

"Aku bantu ya, Jun!" kata Tio.

"Oke!".

Deni, Simon, Seno, Rendi, Tio, Indra, Nina, Salsa, Poppy, Windi dan Gucci menunggu Jujun dan Tio yang sedang pergi menuju ke kamar di lantai dua. Dengan menggunakan penerangan ponsel, Jujun dan Tio sampai di kamar lantai dua untuk mengambil beberapa kasur mini, bantal dan guling.

Tanpa mereka berdua sadari, sosok bertopeng itu sudah ada dibelakang Jujun dan Tio. Sosok itu sudah siap dengan menggunakan Tomahawk yang ada di lengan kanannya untuk menghabisi dua orang yang berada di kamar tersebut.

Bersambung

Padang Tomahawk (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang