10.

20 5 0
                                    

Flashback On
7 Tahun Yang Lalu

"Hey kalian!!".

Beberapa anak sedang dikejar oleh Abang dari Rendi yang bernama Rio karena telah melukai Rendi. Anak-anak itu lari ketakutan karena dikejar oleh Rio.

"Dapat kau!!".

"TIDAK!! LEPASKAN AKU!! TOLONG.....!!".

Rio menangkap salah satu anak itu dan dibawa ke tempat yang sunyi. Anak itu berteriak ketakutan karena Rio menyeretnya ke tempat yang gelap.

"Tolong! Jangan apa-apakan aku! Aku tidak sengaja!".

"Kenapa kau lari?!".

"A... Aku takut! Tolong jangan sakiti aku...!".

"Siapa namamu?".

"Se... Se... Seno, Bang".

"Sekarang kau minta maaf kepada Adikku! Ayo ikut aku!".

"I... Iya, Bang!".

"HEY KAU!! MAU KAU APAKAN ANAKKU, HAH?!!".

Datanglah Bapak dari Seno yang menggenggam senjata "Karih" di tangan kanannya. Seno langsung menuju ke Bapaknya yang terlihat marah sekali dengan Rio.

"Anak Bapak telah melukai Adik saya! Dia harus bertanggungjawab!!".

Sang Bapak menoleh kearah anaknya dan bertanya kepada Seno. "Seno? Apa itu benar?".

"Tidak, Ayah! Dia bohong! Dia ingin menyakiti Seno!".

"Apa kau bilang?! Aku menyakitimu?! Dasar pembohong!! Kecil-kecil sudah berbohong!!".

"Ayah! Jangan dengarkan dia! Dia ingin menghabisi Seno disini! Untung ada Ayah datang kesini! Kalau tidak, Seno.....".

"JANGAN PERCAYA DENGAN ANAK BAPAK!! DIA PEMBOHONG!! DAN APA TADI KAU BILANG?!! AKU AKAN MENGHABISIMU?!! DASAR ANAK KURANG HAJAR!!".

"KAU YANG KURANG HAJAR!! BERANI SEKALI KAU INGIN MEMBUNUH ANAKKU!! AKAN AKU HABISI KAU!!".

Bapak dari Seno itu sudah tersulut emosi dan akan menggunakan senjatanya untuk menghabisi Rio, Abang dari Rendi. Rio tidak takut dengan Bapak dari Seno itu, justru ia siap menghadapinya dengan menggunakan tangan kosong.

SYYYYYUUUUUUTTTTT

Sang Bapak mengayunkan senjatanya kearah Rio, akan tetapi Rio berhasil menghindarinya. Kesempatan datang kepada Rio dan Rio pun mengayunkan tinjunya kearah wajah Bapak dari Seno itu.

BUUUUUUUKKKKKKKK

"AAARRRGGGHHH......".

"AYAH...!!".

Bapak dari Seno itu tersungkur tidak sadarkan diri karena wajahnya ditinju oleh Rio dengan sekali tinju. Rio yang mulai panik karena melihat lawannya tersungkur itu memutuskan untuk lari karena takut dimintai pertanggungjawaban dan diamuk massa yang geram dengannya.

"HEY!! JANGAN LARI!! TOLONG...!! TOLONG AYAHKU...!!".

Suara dari Seno terdengar oleh para warga yang berada di kawasan Kota Bukittinggi. Para warga berbondong-bondong menuju ke tempat keberadaan Seno dan Ayahnya itu.

"Adik?! Ada apa ini?! Kenapa dengan Bapak ini?!" tanya salah satu warga yang melihat Bapak dari Seno terbujur tidak berdaya.

"Pak! Tolong Ayah saya! Ayah saya dihajar sama orang!".

"Mana orangnya?!".

"Dia lari kesana, Pak!" tunjuk Seno kearah jalan menuju Benteng De Kock!".

Salah satu warga memeriksa keadaan Bapak dari Seno itu. "Innalillahi wa innalillahi roji'un.....".

"Ke... Kenapa dengan Ayah saya?!" terkejut Seno karena salah satu warga yang telah memeriksa keadaan Ayahnya itu mengucapkan kata 'Innalillahi wa innalillahi roji'un'.

"Maaf, Adik! Ayahmu sudah meninggal dunia".

"APA?!! TIDAK!! INI TIDAK MUNGKIN!! AYAH...!! AYAH BANGUN!! AYAH...!! AAAYYYAAAHHH....!!" teriak Seno sambil menangis kuat karena ia tidak menyangka bahwa Ayahnya telah berpulang ke pangkuan Sang Khalik dalam waktu yang tidak terduga.

"CARI ORANG ITU!! KEJAR DAN TANGKAP DIA!! JANGAN SAMPAI PEMBUNUH ITU LOLOS!!" teriak salah satu warga perempuan.

"Saya akan menghubungi polisi!" usul warga perempuan berhijab merah muda yang sedang menghubungi polisi melalui ponselnya.

Para warga pun mencari dan akan menangkap Rio yang telah membunuh Ayah dari Seno tersebut ke daerah Benteng Fort De Kock. Sementara sisanya sedang menenangkan Seno yang telah kehilangan Ayahnya karena dibunuh oleh Rio dengan sekali tinju hingga mengenai wajahnya itu.

---1 Jam Kemudian---

Sementara itu, Rendi, Deni dan Indra masih asyik bermain bola di lapangan. Saat mereka asyik bermain, datanglah Ayah dari Rendi yang terlihat khawatir dan cemas. Rendi pun menghentikan permainannya dengan Deni dan Indra dan menghampiri Ayahnya. Deni dan Indra juga menghampiri Ayah dari Rendi tersebut.

"Rendi!!".

"Ayah? Ada apa, Ayah? Kenapa Ayah terlihat khawatir sekali?".

"Nak! Abangmu!".

"Kenapa dengan Abang Rendi?".

"Abang kamu ditangkap oleh para warga!".

"Hah?! Apa?!" kaget Rendi, Deni dan Indra.

"Sekarang, Abangmu diamankan oleh polisi dan ditahan di kantor polisi!".

"Tapi kenapa, Ayah?! Apa kesalahan Abang Rio?!".

"Abangmu telah membunuh orang, Nak!".

"APA?!!" kaget lagi Rendi, Deni dan Indra.

"Ayo kita temui Abangmu!".

"Iya, Ayah!".

"Kami ikut ya, Rendi?"  kompak Deni dan Indra.

"Baiklah! Ayo!".

Mereka berempat pun menuju ke kantor polisi daerah Bukittinggi dengan berjalan kaki karena jaraknya dekat dengan Pasar yang berada di jantung Kota Bukittinggi. Rendi dan Ayahnya merasa khawatir dengan keadaan Rio yang dibawa ke kantor polisi dan ditahan disana karena telah menghabisi nyawa seorang pria paruh baya yang merupakan Ayah dari Seno.

Flashback Off

Bersambung

Padang Tomahawk (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang