𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄

464 54 4
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul satu pagi, tapi Prajul Patil tidak mampu memejamkan kedua matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu telah menunjukkan pukul satu pagi, tapi Prajul Patil tidak mampu memejamkan kedua matanya. Pikirannya masih berlari-lari, memikirkan bagaimana mungkin Cedric Diggory masih hidup? Bukankah ia jelas akan mati jika terkena mantra terkutuk?

Ia terduduk di kasurnya, kakinya menepuk lantai kamar mengikuti ritme suara dengkur teman sekamarnya. Tanpa berfikir panjang, ia kenakan baju hangatnya dan berjalan keluar dari ruang asrama.

Dengan berhati-hati ia menuruni menara, berharap tidak tertangkap oleh siapapun. Ia bergegas, ingin segera menemui orang tersebut. Beberapa kali hampir berpapasan dengan guru dan prefect yang berpatroli, tetapi syukurlah ia sampai di tujuannya.

Tebakkannya benar, membuat patung Phoenix membuka jalan untuknya, dengan cepat ia menaiki tangga tersebut dan mengetuk pintu di depannya. Butuh tiga kali ketukan sampai terdengar respon dari seseorang di dalam.

"Masuk," jawab Dumbledore.

Prajul membuka pintu tersebut, ia menemui Kepala Sekolah itu sedang menghadap salah satu lukisan kepala sekolah sebelumnya. Ia mencoba menenangkan nafasnya sejenak, setelah terburu-buru menghampiri Dumbledore.

"Mr. Patil, apa yang membuatmu tidak bisa tidur dan menghampiriku?" tanya Dumbledore lembut.

Prajul terdiam sejenak, ia meyakinkan dirinya bahwa yang ia tidak sengaja dengar di pintu Hospital Wings bukanlah halusinasi, "Aku tau ini terdengar lancang. Tapi, sir.. Bagaimana mungkin Cedric Diggory masih hidup?!" tanyanya dengan nada frustasi.

Dumbledore mendekati Prajul, ia hanya memberikan senyum tipis, "Mr. Patil, kau sadarkan bahwa mendengar pembicaraan orang lain bukan hal yang benar?" hindar Dumbledore. Tapi, Prajul menggeleng,

"Sir, aku mohon. Aku tidak bodoh, aku salah satu murid yang hebat di Hogwarts, bahkan mengalahkan Harry, murid kesayanganmu," ujar Prajul penuh angkuh yang membuat Dumbledore mengangguk.

"Aku sadar hal itu, Mr. Patil. Maka itu aku ingin bertanya, apa yang membuat murid sehebatmu ingin mengurusi hal kecil ini?" tanya Dumbledore kembali.

"Kecil?!" jawab Prajul dengan mendengus, "Ini bukan hal kecil bagiku, sir! Ini hal besar untukku dan juga.. Carina Black," jelasnya.

Dumbledore menatap kembali Prajul dengan dalam, kali ini tatapannya penuh intimidasi, "Jelaskan bagaimana hal ini bisa besar untukmu, Mr. Patil," tekannya dengan nada serius. Prajul menelan ludahnya, ia cukup takut bagaimana Dumbledore mempertanyakan hal ini kepadanya.

"Aku..aku ingin dia bahagia, sir"

Terdapat keheningan sejenak di antara mereka, Dumbledore masih diam menunggu penjelasan lebih lanjut dari pria tersebut. "Aku tau.. aku tau kau memiliki semacam kelompok yang menentang You-Know-Who. Mereka menyebutnya Order of Phoenix, aku tau itu sir," jelas Prajul.

Dumbledore memandangi Prajul dengan bingung, bagaimana bisa ia mengetahui banyak hal? Prajul menelan kembali ludahnya, "Aku membututi Carina Black, sir.. itu sebabnya aku mengetahui hal ini.." jelasnya dengan nada pasrah.

Dumbledore berjalan menuju salah satu rak bukunya, meninggalkan Prajul yang menatapnya kebingungan, "Aku sarankan kau kembali ke kamarmu, Mr. Patil. Aku yakin keingin tahuanmu akan berakhir dalam beberapa hari—"

"Tidak!" Bantah Prajul, "Tidak, sir! Kau tau maksud pembicaraanku. Tapi kau bisa mempercayaiku, sir. Aku mohon!" pinta Prajul menekan.

Dumbledore menoleh ke arah Prajul dan masih memproses tantrum yang baru ia terima, "Maaf, Mr. Patil. Aku tidak akan mencelakai salah satu murid hebat di Hogwarts. Dunia sihir membutuhkanmu untuk menjadi generasi berikutnya," tolak Dumbledore halus.

Kata-kata itu tidak menghentikan Prajul, kali ini tanpa takut ia berjalan mendekati Dumbledore yang masih berdiri di depan rak bukunya, "Katakan padaku apa saja sir, aku siap menjalankan tugasmu," ujarnya.

Dumbledore hanya memberikan senyum tipis kepadanya tidak mengatakan apapun. Prajul kembali mendengus, "Aku mohon, sir. Apapun yang bisa menyelamatkan Cedric Diggory, yang bisa mengalahkan You-Know-Who!" Tekannya.

"Apapun, sir! Apapun untuk bisa membuat Carina kembali bahagia.."

Untuk sesaat, isi benak Prajul terisi dengan bayang-bayang wajah Carina tersenyum, tertawa, memarahinya, memutar kedua bola matanya karena tingkahnya. Semua tentang Carina tiba-tiba mengisi benaknya. Jika ia tidak bisa membuat Carina bahagia, maka ia akan tetap menyelamatkan pria yang bisa membuat Carina tersenyum kembali.

Tanpa sadar, hal itu membuat kedua matanya berair, "Apapun.." bisiknya dengan nada parau. Dumbledore menghela nafasnya, ia berjalan menuju jendela dan memandangi sinar bulan yang lembut, "Apapun.." ujarnya mengulangi kata-kata Prajul. Matanya terpaku dengan cahaya bulan, namun pikirannya berdebat.

Kenapa hal ini terasa familiar bagi Dumbledore?Apakah perlu ia menuruti kemamuan salah satu muridnya? Apakah perlu ia menerima tawaran muridnya dengan sebuah resiko? Tentu ini bukan hal yang bijak untuk dilakukan oleh seseorang sepertinya. Tapi, hatinya tau betul, ia butuh bantuan.

Dumbledore menoleh ke arah Prajul yang sudah menatapnya dengan dalam. Ia mengelus janggut putih panjangnya beberapa kali sembari berjalan mendekati Prajul.

"Mr. Patil, bagaimana jika kau mengganti karier pilihan untuk bekerja di Kementrian?"

Tanpa berfikir panjang, Prajul menganggukkan kepalanya, "Seperti yang aku katakan, sir. Apapun," jawabnya kembali.

Dumbledore mengangguk, "Kalau begitu, sekarang kau bisa kembali tidur kan?" Tetapi respon yang ia dapat adalah gelengan kepala Prajul, "Kau belum menjawab bagaimana Cedric Diggory masih hidup, sir."

Senyum tipis tergambar diwajah Dumbledore, "Tentu aku punya praduga, tapi aku tidak akan mengatakannya karena hanya akan membuat sebuah harapan. Aku tidak suka memberikan harapan, Mr. Patil," jelas Dumbledore.

Prajul menghela nafas panjang, ia kecewa tapi tidak berani mengatakannya kepada Dumbledore. Tanpa kata-kata panjang, ia hanya menjawab okay dengan nada kecewa dan pamit dari ruangan Dumbledore.

"Terima kasih atas pertimbangananmu, sir. Aku minta maaf sudah mengganggu waktumu."

"Sekarang, kembalilah ke kamarmu, Mr. Patil."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[ 𝟑 ] 𝐅𝐈𝐄𝐑𝐂𝐄 𝐅𝐎𝐑 𝐘𝐎𝐔 | 𝘊. 𝘋𝘪𝘨𝘨𝘰𝘳𝘺 + 𝘉. 𝘞𝘦𝘢𝘴𝘭𝘦𝘺Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang