Happy Reading 🦋✨💘
Aku dan Aksa berjalan beriringan menyusuri koridor SMA Tunas Bangsa yang kini mulai ramai oleh siswa-siswi yang entah mereka niat atau tidak datang kesini.
Mungkin sebagian orang mengira jika aku dan Aksa adalah sepasang kekasih, bagaimana tidak, selalu berangkat bersama, pulang bersama, nempel sana-sini dan masih banyak kegiatan lainnya yang sering kita lakukan bersama.
Tepat di samping tangga sekolah aku mencekal lengan Aksa "Eh Sa, sampai sini aja, lo nggak usah ngekorin gue sampai ke kelas, lagian kelas lo kan ada di bawah ngapain lo repot-repot naik tangga buat nganterin gue?"
"Serius sampai sini aja? Sebenernya nggak papa sih kalo mau dianterin." Aksa menjawab sambil menaik turunkan alisnya.
"Apaan deh kaya gitu mukanya, " Aku terkekeh pelan.
Bagiku Aksa sangat tidak cocok berlagak seperti itu, pribadinya yang terlalu kaku akan selalu terlihat kontra .
Tapi seorang Dean Aksa Mahendra tidak pernah menunjukkan sikap itu kepada siapapun, dia akan selalu memasang wajah datar dan menjawab sekenanya kepada orang lain. Tapi entah kenapa jika bersamaku dia berkali-kali menunjukkan itu.
Lagi-lagi Aksa membuatku merasa spesial, membuatku seperti berada di atas angin, lalu tidak lama kemudian dia menjatuhkannya lagi.
Tepukan pelan di bahuku berhasil membuatku terlonjak kaget.
"Heh gimana, jadi dianterin nggak?"
"Dibilangin nggak usah juga, yaudah gue duluan," Jawabku lalu berlalu menaiki tangga.
***
Aku memasuki pintu yang bertuliskan XI IPA 2, kelas yang sekali saja tidak pernah bisa menciptakan suasana tenang, mayoritas penghuninya adalah manusia-manusia receh yang kurang kerjaan. Jadi wajar saja jika semua guru selalu mengeluh lelah setelah memasuki kelas ini.
Tapi walaupun begitu, kelas ini memiliki solidaritas yang sangat tinggi, tidak ada diskriminasi apalagi pembullyan yang terjadi di kelas ini, semuanya rukun dan saling membantu satu sama lain, termasuk membantu sesama untuk mendapatkan nilai bagus saat ulangan, alias mencontek.
Tapi aku sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari kelas ini, semua penghuni kelas ini sudah seperti keluarga bagiku, aku selalu bahagia saat berkumpul dengan mereka.
"Selamat pagi Clara Putri Maharani sahabatku yang paling setia,"
"Ya gimana nggak yang paling setia, orang sahabat lo aja cuma gue,"
Dia Clara Putri Maharani, sahabatku satu-satunya, jangan harap kalian bisa menemukan kalimat manis dalam ucapannya, nggak ada, nggak ada sama sekali.
Kalau kata Dion, si manusia paling rusuh dikelas ini sih, dia itu makanannya bon cabe makanya ada pedas-pedasnya gitu.
Terdengar lucu memang, tapi tak jarang juga aku menyetujuinya, Clara memang begitu, semua yang keluar dari mulutnya selalu terdengar pedas dan menusuk, apalagi jika sudah membahas tentang Aksa, tapi jujur aku tidak marah, aku tahu jika Clara peduli denganku, dia tidak mau jika aku terus terjebak dalam ruang kelabu yang terlalu membingungkan itu.
Satu ucapan Clara waktu itu yang terus membekas di benakku, "Ngapain deh Yar lo nungguin Aksa si manusia beku itu ngungkapin perasaannya ke lo, buang-buang waktu tau nggak, dia nggak akan pernah ngungkapin itu, dia itu terlalu kaku Yar, bagi dia tanpa ngungkapin pun kamu udah ada di deketnya, udah selalu ada buat dia, dia nggak pernah mikirin perasaan lo. Setidaknya kalo emang lo pengen terus bareng-bareng sama dia, lo tanya sekarang, jangan ulur waktu lagi, waktu lo terlalu berharga untuk lo guanain buat nungguin dia. Setidaknya setelah lo ungkapin, lo bakal tau jalan mana yang mesti lo pilih, apakah tetap berada disampingnya atau kalo seandainya dia jawab nggak ada perasaan apa-apa ke lo , lo bisa yakin buat pergi. Jangan ngegantungin diri lo sendiri terus Yar, lo itu berharga. "
Iya ucapan Clara memang benar, aku tidak seharusnya terus menggantungkan diriku seperti ini, terlalu sia-sia.
Tapi mau bagaimana lagi, aku selalu tidak siap mendengar jawabannya, aku selalu takut jauh dari Aksa.
"Iya deh Clar, lo sahabat satu-satunya gue yang paling best pokoknya," Jawabku lalu duduk di sebelah Clara.
"Dan lo sahabat satu-satunya gue yang paling goblok, "
"Ihh lo kok gitu sih?"
"Ya gimana nggak goblok, lo nolak banyak cowok yang menurut gue semuanya oke Yar, demi siapa? Demi si Aksa manusia beku satu itu."
Tuh kan mulai lagi, jujur jika masalah hati tidak direstui oleh sahabat sendiri semuanya jadi terasa sulit. Mau curhat nanti ujung-ujungnya dimarahin, nangis-nangis malah diomelin, "Makanya kalo dibilangin tuh nurut, jangan ngeyel, giliran nangis aja lo dateng ke gue. " Seperti itu contohnya.
Clara Putri Maharani
Yara sama Clara lagi gabut🤓
Haii selamat hari minggu semuanyaa🤗
Kalian weekendnya ngapain nih?
Terimakasii banyak buat kalian yang sudah bersedia membacaa, sayang bgtt deh pokoknya😍
Jangan lupa vote dan komen yaa biar aku tambah semangat...
See u next part luvv💓😝
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Itu Luka
Teen FictionIni tentang Yara dan Aksa, tentang mereka yang terbiasa sama-sama, mereka yang mungkin juga pernah sakit karena rasa yang tidak sengaja mereka pelihara, karena ragu yang selalu membuat mereka bisu. Lalu bagaimana akhirnya? Adakah salah satu dari mer...