•••
Pagi-pagi sekali Heeseung sudah bangun dan kini sedang memasak sarapan untuk ke-enam dongsaeng nya. Sudah menjadi rutinitasnya bangun pagi dan langsung membuat sarapan.
Sebenarnya yang biasa masak adalah Jay, namun karna namja itu harus sekolah jadi dia tak akan sempat jika harus memasak. Maka dari itu Heeseung yang mengambil alih.
Setelah menata piring dimeja makan Heeseung mendekati kompor, memeriksa apa sup yang ia buat sudah matang atau belum. Matanya melirik sekilas kearah jarum jam, lalu mengecilkan api.
Melepas celemek biru yang ia pakai lalu mencuci tangan. Waktunya membangunkan para dongsaeng.
Heeseung berjalan kearah kamar Sunoo dan Jungwon karna kamar itu berada dilantai satu. Suara derap kaki dan ocehan terdengar samar dari balik pintu, Heeseung yakin dua adiknya itu sudah bangun.
Clek
"Sunoo-yaa Jungwon-ahh, jika sudah selesai bersiap cepat kedapur untuk sarapan, arra?"
"Nee!"
Namja tertua itu tersenyum tipis lantas menutup kembali pintunya. Kini ia membawa langkah kakinya menuju lantai atas.
"Hyung."
"Sudah siap Jay-ahh?"
Jay mengangguk singkat, lalu berucap "hyung boleh pinjem laptopnya? Punya ku rusah, tadi terkena tumpahan air minum."
Ah pantas saja wajah Jay tertekuk kesal, Heeseung terkekeh palan lantas mengannguk, "ambil saja. Setelah selesai turun kedapur, sarapan dulu."
"Nee, gumawo hyung."
Heeseung menatap punggung Jay yang kembali menghilang tertutup pintu. Sedetik kemudian namja itu melangkah kan kaki menuju kamar maknae.
Keningnya mengerut saat mendengar suara gaduh dari dalam kamar. Tumben sekali, biasanya sunyi karna si pemilik kamar yang masih tertidur lelap.
Brak
Tersadar dari lamunan Heeseung segera membuka pintu, mulutnya terbuka lebar dan matanya yang sipit pun ikut terbuka. Berantakan sekali kamar ini.
Selimut yang tergeletak dilantai dengan bantal dan boneka yang ikut berceceran memenuhi lantai, sepre kasur yang terlepas, dan buku-buku yang berserakan.
Pandangan Heeseung terhenti melihat punggu tegap milik Ni-ki yang membelakanginya. Anak jangkung itu memasukan setengah badannya kekolong ranjang seolah sedang mencoba meraih sesuatu.
"Ni-ki-yaa?"
Dug
"Auch ..."
Member tertua itu berjalan mendekati Ni-ki yang meringis kecil karna baru saja kepalanya terhantuk besi. Namun setelahnya anak itu menyengir lebar kearah Heeseung.
"Ngapain, kenapa kamarnya berantakan gini?" tanya Heeseung.
Senyum yang Ni-ki perlihatkan mulai luntur digantikan dengan bibir di lengkungkan kebawah dan mata yang berkaca-kaca.
"Boneka Geor hilang," cicit Ni-ki, ranum merah itu semakin melengkung kebawah dan satu tetes air mata membasahi pipinya.
Siapapun tolong tahan tangan Heeseung agar tidak mencakar wajah Ni-ki saking gemasnya. Heeseung menghelai nafas pelan, ia menuntun Ni-ki untuk berdiri dan mendudukannya di kasur.
Tangannya terangkat mengusap air mata yang membasahi pipi gembil sang adik.
"Masa ilang, coba inget-inget lagi terakhir kali kamu taro dimana," ucap Heeseung selembut mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Maknae |Ni-ki| END
Fanfiction(Brothership-family) Sejak awal Ni-ki merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rasa takut semakin membuncang saat lututnya berdenyut nyeri. Hingga dokter memperjelas semuanya. Kanker tulang telah berkembang dalam tubuhnya. Apa itu berati ia tak...