Sesuai jadwal yang sudah ditetapkan oleh Dr. Park bahwa hari ini Ni-ki akan melalukan pemeriksaan MRI.
Seharusnya Ni-ki berada diruang dance, menari mengikuti alunan musik hingga puas dengan tubuh yang dibanjiri keringan. Seharusnya Ni-ki masih dalam dunianya, bukan ditempat bercat putih dengan bau obat yang membuat perutnya mual.
Ini bukan tempat Ni-ki, tapi takdir dengan kejamnya membuat Ni-ki harus terjebak di tempat seperti ini. Hah, bagaimana reaksi mamanya jika tahu ia sakit.
"Ni-ki-ssi, apa kau punya phobia pada tempat tertutup?" tanya suster Sona.
"Ani."
"Ara, kalau begitu noona akan jelaskan sedikit tentang pemeriksaan MRI. Nanti kamu akan masuk kedalam mesin berbentuk tabung itu, ini tidak akan sakit. Hanya saja kamu akan mendengar suara ketukan, jangan panik karna itu sistem kerja dari alat MRI untuk menghasilkan energi yang akan memproduksi gambar. Kamu juga akan merasa sensasi kejut karena mesin merangsang saraf yang ada ditubuh kamu, tapi jangan khawatir itu tidak sakit. Ini akan membutuhkan waktu sekitar sembilan puluh menit. Apa ada yang mau ditanyakan?"
"Ani."
"Kalau begitu silahkan ganti bajunya dulu, jangan memakai aksesoris apapun."
Ni-ki hanya mengangguk sikat. Sungguh pikirannya terasa kosong, tidak pernah terbayang dalam benaknya ia akan melakukan banyak tes yang melelahkan.
Bagaimana jika setelah ini hasil yang keluar adalah kabar buruk? Apa yang akan ia lakukan setelahnya? Sepertinya Ni-ki harus memikirkannya dari sekarang.
Benar apa yang dikatakan oleh suster Sona, ini tidak sakit hanya saja Ni-ki merasa terganggu dengan suara-suara yang dihasilkan oleh mesin MRI.
Setelah beberapa menit akhirnya pemeriksaan MRI selesai. Kini Ni-ki dengan manager duduk dihadapan Dr. Park.
"Hasil dari MRI ini akan keluar besok setelah dipelajari oleh ahli radiologi. Nanti akan saya hubungi lagi jika sudah keluar." Dr. Park mengalihkan tatapannya pada Ni-ki yang menundukan kepala.
"Ni-ki-ssi, apapun yang terjadi kau harus tetap semangat. Jangan menyerah oleh keadaan, saya tahu kamu anak yang kuat. Tetap tersenyum, oke, banyak orang yang selalu menemani Ni-ki."
"Gumawo. Tapi ... hasilnya pasti baguskan? Ni-ki takut tidak bisa dance lagi jika ... memang sakit," cicit Ni-ki.
Manager langsung menarik Ni-ki kedalam dekapannya, tangan kekar itu mengelus pelan kepala Ni-ki. "Kita berdoa, ya?"
Ni-ki tersenyum kecil, ia tahu dan sadar. Seharusnya jika ia baik-baik saja dokter tidak menyuruhnya untuk melakukan banyak pemeriksaan. Tapi nyatanya ia harus melakukan ini itu untuk mencari tahu apa yang salah dalam tubuhnya.
Sepulang dari rumah sakit, langsung masuk kekamar dan mengurung diri disana. Manager hanya memaklumi, mungkin anak asuhnya itu butuh waktu sendiri.
Member lain sedang ada jadwal jadi merka tidak ada di dorm. Mungkin nanti sore baru mereka pulang.
...
"Kami pulang!"
Satu persatu para member masuk dengan wajah lesu, mereka benar-benar lelah. Dari fajar hingga senja dipenuhi oleh banyak acara. Tapi tak apa karna ini semua demi menyenangkan Engene dan membuat mereka bangga.
"Bagaimana hari kalian, maaf hyung tidak bisa menemani kalian hari ini," ucap manager sambil membagikan jus.
"Biasa saja, hanya merasa kurang karena Ni-ki tidak ikut," jawab Sunoo.
"Bagaimana pemeriksaannya? Dongsaeng kami baik-baik saja, kan?" tanya Heeseung.
"Hah ... untuk hasilnya baru keluar besok, tapi," manager menjeda kalimatnya, pria paruh baya itu menoleh keatas tepatnya kamar Ni-ki. "Dia semakin terpuruk, dan lebih banyak diam. Sungguh lebih baik hyung dijaili olehnya dari pada melihatnya diam tanpa semangat," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Maknae |Ni-ki| END
Fanfic(Brothership-family) Sejak awal Ni-ki merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rasa takut semakin membuncang saat lututnya berdenyut nyeri. Hingga dokter memperjelas semuanya. Kanker tulang telah berkembang dalam tubuhnya. Apa itu berati ia tak...