Tangan putih yang penuh dengan coretan cat itu terus bergerak, menyapukan kuas pada permukaan canva. Warna demi warna mulai menyatu sehingga bentuknya menjadi abstrak.
Namja berkursi roda itu menghentikan kegiatannya, ia mendongak menatap angkasa yang membentangkan warna biru. Satu tangannya ia angkat menutupi sinar matahari yang meredup karna sudah menginjak sore.
Puas menatap mega diatas sana, namja itu kembali menunduk menambahkan satu warna kedalam lukisannya. Tersenyum lebar saat lukisan itu akhirnya selesai.
Ni-ki masih punya tangan yang bisa digunakan. Ia masih bisa melukis dengan tangannya yang masih utuh.
Tiga hari setelah oprasi, akhirnya Ni-ki bisa keluar dari ruang rawat. Menghirup udara segar. Kondisi tubuhnya mulai berangsur membaik, walau kadang dimalam hari sakit itu kembali menyerangnya, dirinya belum sembuh total.
Memikirkan nasib kakinya yang malang membuat Ni-ki stres, oleh karna itu ia ingin berada di taman dan melukis. Mengurangi rasa depresinya.
"Ni-ki."
Kuas yang berada dalam genggamannya terlepas begitu saja. Entah mengapa jantungnya berdebar kencang saat mendengar suara yang tak asing. Ia memundurkan kursi rodanya lantas berbalik. Mata sipit itu mulai berkaca karna tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
...
"Cepat hyung, cepat."
"Astaga Kim Sunoo bersabarlah, lihat jalanan macet."
Sunoo mendengus kesal. Ia hanya tidak sabar untuk bertemu dengan dongsaengnya. Rasanya rindu sekali setelah seminggu tak bertemu.
Enhypen baru saja kembali ke Korea pagi tadi. Sebenarnya dari saat menginjakkan kaki dibandara, ke enam member sudah meminta untuk diantarkan ke rumah sakit. Dan tentu saja dilarang, mereka harus mengistirahatkan dulu tubuh mereka, maka dari itu sore ini baru menuju rumah sakit.
"Aku hanya tidak sabar untuk bertemu uri maknae," kesal Sunoo.
"Tak hanya kau Kim Sunoo, kami juga ingin segera bertemu Ni-ki," ucap Jay.
Heeseung menunduk menatap paper bag dalam pangkuannya. Itu adalah hadiah yang ia beli untuk Ni-ki. Jika ditanya apa ia merindukan anak itu, jelas sekali jawabannya iya.
Biasanya ia akan menemani anak itu bermain, membuat kerusuhan, bercanda. Tapi sejak Ni-ki sakit, ia merasa sepi. Ni-kinya tidak lagi ceria, tidak lagi berbuat onar. Ni-kinya menjadi pendiam.
Jake juga merasakan hal yang sama seperti Heeseung. Tidak ada yang menjailinya lagi. Ah, ia sangat merindukan maknae bongsornya.
Sampai dirumah sakit, mereka lantas menuju ruang rawat Ni-ki. Pintu bercat coklat yang ditempeli sebuah papan bertulis 'Nishimura Riki' itu Jungwon geser.
Rapih. Tidak ada siapa pun. Mereka mengernyit bingung, kenapa kamar ini kosong? Dimana dongsaeng mereka?
"Ni-ki?"
Jake melangkahkan kaki, menelusri setiap inci kamar rawat itu. Tak ada satu pun barang milik Ni-ki yang ia temui. Kemana perginya?
"Hyung, dimana Ni-ki?" tanya Sunoo.
Rasa takut mulai menggeraya hati. Apa sudah saatnya mereka kehilangan? Tidak, ini terlalu cepat bahkan belum sempat mengucapkan salam perpisahan. Tidak, tidak. Tidak ada perpisahan. Mereka tetap bertujuh. Tidak ada yang akan pergi.
"Eoh? Anyeonghaseo ..."
Seorang yeonja berambut panjang tiba-tiba saja masuk.
"Konon noona?"
![](https://img.wattpad.com/cover/282743545-288-k306802.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Maknae |Ni-ki| END
Fanfiction(Brothership-family) Sejak awal Ni-ki merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rasa takut semakin membuncang saat lututnya berdenyut nyeri. Hingga dokter memperjelas semuanya. Kanker tulang telah berkembang dalam tubuhnya. Apa itu berati ia tak...