Untuk kesekian kalinya, Ni-ki menghelai napas lelah. Lagi-lagi malam yang seharusnya dipakai untuk mengistirahatkan tubuh memulihkan energi, namun mata anak itu tidak bisa tertutup.
Bila saja rasa sakit dilututnya tidak kambuh, sudah dipastikan kini ia sedang menjelajahi alam mimpi. Tapi semua itu sirna, padahal kakinya sudah lumayan membaik tapi insomnia justru menyerang.
Saat ini, Ni-ki duduk disofa ruang tv. Dengan pandangan yang lurus kedepan. Sudah lebih dari 3 jam maknae itu berdiam diri disana, sendirian dalam kegelapan.
Sepertinya Ni-ki harus menuruti apa kata manager untuk konsultasi ke dokter tentang insomnianya yang semakin parah.
Tak
Ruangan yang awalnya gelap berubah menjadi terang, Ni-ki menoleh mendapati Jay dengan muka bantalnya berdiri diujung tangga. Hyung tertua kedua itu berkacak pingga sambil berjalan kearahnya.
"Kenapa tidak tidur, insomnia lagi?"
"Hng."
"Mau hyung buatkan susu, agar kau bisa tidur. Ini sudah jam 2 pagi."
"Vanila." Jay mengangguk, tangannya terulur mengusap kepala Ni-ki.
Tak memakan waktu lama akhirnya Jay kembali dengan satu gelas susu dan satu cangkir teh. Namja itu duduk disamping dongsaenya memperhatikan sang adik yang mulai meminum susu hingga habis.
"Cah, kemarilah." Ni-ki hanya menurut saja saat Jay menarinya untuk berbaring, tidur dengan kepala diatas pangkuan Jay. Jemari kokoh itu menyisir rambut pangjang Ni-ki.
"Lututnya sakit lagi?" Tanyq Jay yang hanya dibalas anggukan pelan oleh Ni-ki.
"Besok hyung bilang ke manager hyung, biar kamu cepet diperiksa. Jangan ditunda terus, hyung takut nanti semakin parah."
"Ish. Sakit lutut biasa kok, mau nambah tinggi," decak Ni-ki dengan suara yang pelan.
"Mau segimana lagi tingginya sih, kamu tu udah ngelebihin tinggi hyung-deul. Bongsor banget."
Ni-ki tak mempedulikan ucapan Jay, ia memejamkan mata menikmati elusan lembut dikepalanya yang Jay berikan. Rasa kantuk mulai terasa, Jay hyung selalu berhasil membuatnya tenang.
"Hyung, ngantuk," gumam Ni-ki.
"Hng, tidurlah. Jaljayo saeng."
Jay memandang wajah dongsaengnya. Dulu wajah itu sangat kecil tapi lihatlah sekarang, lekukan rahang bawahnya mulai terbentuk. Kadang Jay tak menyangka bisa ikut serta membesarkan Ni-ki, melihat anak ini tumbuh dan berkembang. Rasanya bangga sekali.
Jujur, Jay sudah menganggap Ni-ki seperti adik kandungnya sendiri. Begitupun dengan Jake, Sunghoon, Sunoo dan Jungwon. Jay yang anak tunggal sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka, rasa kosong dalam hatinya sudah terisi dengan kehadiran mereka.
Dan juga, Heeseung. Jika biasanya ia yang akan memanjakan para maknae dan menjadi sosok hyung yang bertanggung jawab. Lain haknya jika ia bersama Heeseung. Hyung tertua itu selalu bisa menjadi abang bagi Jay, ia juga akan bermanja bila dengan Heeseung. Walau tidak terang-terangan, bisa dijadikan bahan bullyan oleh member lain.
"Hyung ..."
"Hng?"
Ni-ki membuka kedua matanya lalu mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang, menatap wajah Jay dengan lekat.
Pandangan keduanya saling beradu, entah mengapa Jay merasa sesak melihat tatapan Ni-ki yang begitu sendu. Bahkan, sorot matanya seakan redup. Tak ada binar ceria yang biasa ia lihat dari dua pasang mata sipit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Maknae |Ni-ki| END
Fanfiction(Brothership-family) Sejak awal Ni-ki merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rasa takut semakin membuncang saat lututnya berdenyut nyeri. Hingga dokter memperjelas semuanya. Kanker tulang telah berkembang dalam tubuhnya. Apa itu berati ia tak...