1. ||TIDAK BISA MELUPAKAN||
3 bulan kemudian
Benar kata orang, kadang seseorang harus kehilangan dulu baru menyesal kemudian. Dulu, kata-kata sejenis itu selalu Morgan hiraukan, ia hiraukan seperti angin lalu, karna dalam kamusnya tidak ada yang namanya menyesal. Firasat dan feeling-nya selalu tepat membuat laki-laki itu terlampau percaya diri.
Namun, kini dia menyadari nya. Bahwa kata-kata yang dulu ia hiraukan benar nyatanya. Dia menyesal, mata hatinya baru terbuka saat Chika-gadis pintarnya meninggal kan laki-laki itu. Meninggalkan dalam arti benar-benar ditinggalkan, ya... Chika-nya meninggal demi dirinya.
Lamunan Morgan seketika buyar ketika sebuah tangan menyentuh pundaknya. Laki-laki itu menoleh, ternyata itu Damian.
"Dari mana aja sih, Gan? Gua cariin juga," keluh Damian. Lalu, laki-laki itu mengambil minuman berwarna merah dari meja putih lalu meminumnya, hanya sedikit.
"Hm," Morgan hanya menanggapi dengan gumaman.
"Have fun dikit lah, masa iya hari yang udah Lo tunggu-tunggu Lo ga bahagia," kata Damian dengan menaik turunkan alisnya, dengan senyum konyol yang tercipta di bibir laki-laki itu.
Morgan tertawa hambar, "Lo tau sendiri, Yan. Kalo gue gak berhak bahagia. Apa lagi sekarang gue hidup karna bantuan dia,"
Damian hanya bisa tersenyum kecil saat mendengar Morgan menyebut kata dia sedikit bergetar.
"Yang lalu biarlah berlalu, bro. Sekarang, Lo fokus aja sama Aurora, cinta pertama Lo itu." Nasihat Damian.
"Gua rasanya gak mau ngelanjutin pertunangan ini, Yan." Kata Morgan membuat alis kanan Damian naik.
"Lah ngapa?" Tanya Damian.
Tangan laki-laki itu bergerak memegang dadanya, merasakan detak jantung milik Chika yang ada di raganya. "Gue gak bisa tunangan sama Aurora saat jantung Chika masih berdetak di tubuh gue."
"Tapi ini yang Chika mau, Lo harus hormatin keputusan sulit yang Chika ambil buat Lo," kata Damian yang hanya di balas senyum tipis oleh Morgan.
°°°
Damian menghampiri Erza, Ersya, Kenzo, Gavin dan Danial untuk bergabung ketika nama Morgan Mahendra di panggil oleh MC untuk naik ke atas altar karena acara pertunangan akan segera dimulai.
Mereka ber lima melihat kearah altar dimana disana berdiri Morgan dengan balutan jas hitam tanpa dasi sedangkan Aurora mengenakan balutan dress putih pendek diatas dengkul dengan hiasan kepala seperti perak untuk menambah aksesoris.
Aurora tersenyum ramah menatap para tamu yang hadir di acara pertunangan nya dengan Morgan. Sedangkan laki-laki itu hanya berdiri kaku dengan memasang wajah seperti orang linglung.
Para tamu undangan bertepuk tangan riuh ketika Morgan dan Aurora sudah saling menyematkan cincin pertunangan di jari manis keduanya.
"Abis tunangan, terus kawin abis itu-"
"Nikah dulu anjir, baru kawin." Potong Gavin pada ucapan Danial.
"Lah, emang nikah sama kawin bedanya apaan?" Tanya Danial memasang wajah polosnya.
Erza menyentil kening Danial. "Sok polos, padahal diantara kita dia yang paling sange," ujar Erza membuat Danial tertawa geli.
"Hahaha! Yaudah gua ulangin, abis tunangan trus Nikah abis itu kawin trus bulan madu abis itu-"
"Kalo udah kawin ga usah bulan madu anjir! Nyape-nyapein," potong Erza sukses membuat Danial kesal.
"Bangsattt, iya-iya. Gak usah kawin, bulan madu aja sambil kawin-"
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Teen Fiction|dianjurkan untuk membaca MOCHI terlebih dahulu. Tapi kalau gak mau ya langsung sini aja. Supaya untuk lebih memperjelas konflik, tapi sebisa mungkin buat kalian yang ga baca MOCHI dikisah ini saya akan menjelaskan ulang| Ephemeral yang berarti, tid...