5. ||DIA MAUDY||
Secara perlahan Morgan membuka kedua matanya ketika merasa sinar matahari masuk melalui celah tirai.
Tangannya bergerak ke arah nakas untuk mengambil ponselnya, jam di ponselnya menunjukkan pukul 07.15 pagi.
Saat dirinya ingin duduk, pusing tiba-tiba saja menyerangnya. Dia bertanya-tanya dalam hati, sebenernya, berapa banyak alkohol yang dia minum semalam?
Morgan menelan salivanya bulat-bulat. Bahkan sekarang tubuhnya tidak bisa bergerak.
Tunggu...
Seperti ada yang...
Morgan meraba tubuhnya sendiri, kemudian melihat dari balik selimut.
Ke-kenapa... Dia tidak memakai baju?
Kemana pakaiannya?
Dia mulai mengingat-ingat kejadian semalam. Seingatnya dia minum bersama Ersya, Erza, Gavin, Damian, dan juga Danial. Dia juga ingat waktu Kenzo dan Zulfa menjemput nya dari clubbing...
Lalu...?
Lalu?
Lalu apa yang terjadi?
Shhh~ semakin mengingatnya, nyeri di kepalanya semakin menjadi-jadi.
Morgan mengetikkan sesuatu di ponselnya. Menyuruh seseorang untuk datang ke kamarnya.
Dua puluh menit kemudian, Kenzo datang ke kamarnya. Laki-laki itu membawa satu kantung kresek kecil berisikan obat pereda pusing untuknya.
Morgan duduk dengan di bantu Kenzo. Kemudian dia menerima sodoran obat dari Kenzo lalu meminumnya.
"Tegang banget muka Lo, kenapa?" Tanya Kenzo.
"Gua... Kaya ngelupain sesuatu," kata Morgan. Dia masih mencoba mengingat kejadian semalam.
Kenzo yang mendengar itu malah melemparkan sesuatu kepada laki-laki itu. "Dompet Lo ketinggalan," katanya.
"Semalem yang nganterin gua ke hotel Lo kan?" Tanya Morgan membuat Kenzo menatapnya.
"Iya gue," kata Kenzo. Dia duduk di sofa membelakangi Morgan. Tanpa Kenzo sadari Morgan menghela nafasnya lega.
"Lo udah gak pa-pa kan?" Tanya Kenzo.
"Iya,"
"Gue balik dulu, Wilo nyariin," kata Kenzo kemudian bangkit berdiri.
"Thanks obat nya," ucap Morgan yang hanya di balas lambaian belakang saja oleh Kenzo.
Saat merasa nyeri di kepalanya berangsur hilang. Ketika Morgan menyibakkan selimutnya hingga jatuh, dia terkejut ketika melihat ada bekas bercak darah di kasurnya.
Ingatannya tentang apa yang terjadi semalam mulai berangsur kembali. Saat awal dimana dia memegang tangan seseorang, menjatuhkan wanita itu di bawah pelukannya, lumatan serta tanda-tanda kemerahan yang dia tinggalkan di leher wanita itu membuatnya lemas.
Sial. Dirinya, kebablasan. Morgan mengacak rambut nya frustasi. Dia memejamkan matanya sebentar sambil bersandar pada headboard.
"SIALAN! KENAPA HARUS MAUDY DARI SEMUA ORANGGG??!"
^^^
"Udah capek fisik, capek mental, capek hati pula. Huftt gini banget nasib," kata Gavin, dia bersandar pada sandaran kursi.
"Padahal kerjaannya dia cuman rebahan, alias NOLEP, Nonton bokep" sahut Danial dengan kekehan di akhirnya.
"Manusia Dakjal ga punya hati kaya Lo emang ga akan pernah ngerti," balas Gavin mendramatisir.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Teen Fiction|dianjurkan untuk membaca MOCHI terlebih dahulu. Tapi kalau gak mau ya langsung sini aja. Supaya untuk lebih memperjelas konflik, tapi sebisa mungkin buat kalian yang ga baca MOCHI dikisah ini saya akan menjelaskan ulang| Ephemeral yang berarti, tid...