Dear you
Sudah lama ya, senang rasanya bisa menatapmu dari jarak sedekat ini. Senang rasanya bisa mendengar suaramu lagi.
Kamu tau? Ada waktu dimana aku ingin melupakan segalanya. Bergerak maju walau tanpa kamu. Tapi, aku salah. Sekeras apapun aku mencoba melupakan mu, kamu selalu ada ruang di pikiran ku.
Biarkan aku egois kali ini, bisakah kita bersama?
Maaf karena telah menyakitimu. Tapi... Bisakah?
Drttt... Drtttt....
Dering ponsel yang berbunyi membuat Maudy menaruh alat tulisnya.
"Halo, Ka Algi?"
"Iya Maudy, ini aku" terdengar suara laki-laki dari sana.
"Tumben, malem-malem gini nelpon, ada apa?" Tanya Maudy.
"Heum? Nada bicara apa ini? Kamu gak suka aku hubungi?"
Maudy lantas tertawa kecil. "Astaga, kak! Enggak gitu, ada apa?"
"Besok aku akan ke Jakarta, asal kamu tahu aja"
"Sungguh? Jam berapa? Biar aku yang menjemput mu di bandara,"
Algi tertawa. "Iya,"
"Biarkan aku menjemputmu, kak!"
"Baik-baik. Tapi kamu gak ke kantor?"
"Besok Minggu, kalau kau lupa"
Dari sebrang sana Algi menepuk dahinya. "Astaga, lupa!" Ucap Algi membuat Maudy tertawa.
"Baiklah, nanti sesampainya di bandara akan aku kabari" kata Algi.
"Baikkk!"
"Tapi kak, apa—"
"Dia tidak tahu, anggaplah sebagai suprise" potong Algi, cepat.
^^^
Aenigma π×
Damian : hari ini, Gan?
Morgan : Iya
Pagi harinya, Morgan, Ersya, Erza, Kenzo, Gavin, Danial, Haqi, Jaki, Wildan serta Zulfa datang berkunjung ke makam Chika.
Setelah membersihkan rumput-rumput liar yang mulai tumbuh, lalu menyirami air mawar dan tidak lupa bunga setaman ia taburkan di di atas makam Chika, Morgan berjongkok. Tangan kanannya dia gunakan untuk mengusap nisan secara perlahan.
"Kita ke mobil duluan, Gan" pamit Zulfa, memberikan Morgan ruang. Mereka pergi setelah mendapat anggukan dari Morgan.
"Happy birthday, Chika" bukanya.
"Sekarang umur kamu udah 24 ya, udah besar ya berarti,"
"Ohhh iya, Gimana suasana disana? Kamu, baik baik aja kan disana?"
"Keadaan ku disini baik, mangkanya kamu juga harus baik-baik disana,"
Morgan diam sebentar, sudah 7 tahun sejak kepergian Chika dan sudah 7 tahun juga dia merayakan ulang tahun Chika tanpa kehadiran gadis itu, namun tetap saja, rasa sesak di dadanya masih belum bisa terobati.
"Oh iya, Damian juga titip salam buat kamu, maaf juga karna gak bisa Dateng katanya,"
"Kamu tau kan, Chik. Setelah orang tuanya meninggal, Damian selalu tinggal sama neneknya, dan sekarang neneknya itu lagi sakit. Padahal aku udah nawarin buat berobat ke rumah sakit besar, tapi nenek gak mau ngerepotin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Teen Fiction|dianjurkan untuk membaca MOCHI terlebih dahulu. Tapi kalau gak mau ya langsung sini aja. Supaya untuk lebih memperjelas konflik, tapi sebisa mungkin buat kalian yang ga baca MOCHI dikisah ini saya akan menjelaskan ulang| Ephemeral yang berarti, tid...