enjoy this chapter...
...
Christ menatap layar komputer dengan pandangan bosan. Sudah tujuh jam lamanya ia duduk dengan posisi yang sama, menunggu waktu kerja habis. Badan atletis yang dibalut kemeja itu sudah berkeringat mengeluarkan bau tidak sedap. Christ bergerak tidak nyaman dalam duduknya, ia lelah dan ingin pulang. Hanya tinggal 30 menit lagi kantor yang bagai neraka ini akan ia tinggalkan. Namun, sepertinya itu tidak akan terjadi hari ini.
"Christ, kata pak bos laporannya dikirimkan nanti malam," Lewis teman satu divisinya memberitahukan hal yang membuat Christ ingin memberontak.
"Serius banget? Udah mau pulang loh gue," Lewis menatap temannya itu dengan iba. Yang bisa dilakukan lelaki itu hanya menepuk pundak lebar Christ dan berkata, 'sabar'.
"Gue temenin kok, gue juga dapet," Lewis mengangkat sebuah flashdisk di tangannya. Sejujurnya perkataan Lewis tidak membantu kekesalannya sama sekali. Christ hanya tersenyum dan berterima kasih. Entah untuk apa.
Otak Christ sudah konslet sepertinya.
.
.
Christ mengerang sembari meregangkan badan. Tinggal tekan tombol send dan perkerjaannya selesai. Kondisi kantor sudah sepi saat ini, hanya ada beberapa orang yang membersihkan dan menjaga kantor, para pekerja sudah pulang semua.
Ingat Lewis? Pemuda yang katanya ikut menemani Christ? Lewis akhirnya pulang dengan alasan lupa memberi makan kucingnya. Alasan tak masuk akal namun Christ tidak mempedulikannya.Jam sudah menunjukkan pukul 22.00, tiga jam lebih telat dari waktu kerja biasa. Tetapi, bagi pemuda yang sedang membereskan meja kerjanya waktu yang ia habiskan di kantor terbilang sebentar. Biasanya, jika Christ mengambil lembur, lelaki berumur 24 tahun itu tidak akan bisa pulang dan memutuskan untuk menginap di kantor dengan folder sebagai bantalan.
Langit sudah tidak ada warnanya. Hanya ada kegelapan dibantu oleh cahaya artifisial dari lampu jalanan. Membayangkan bahwa ia akan menyetir dengan keheningan dan kegelapan membuat Christ lelah sendiri. Tetapi, saat ini Christ memutuskan untuk tidak mengeluh dan segera beranjak untuk pulang. Ia berusaha untuk lebih memikirkan bagaimana saat ia sampai di flat sederhana yang ia tinggali ia akan mandi, membersihkan diri, dan merebahkan diri di kasur. Ia tidak akan bangun dari kasur hingga esok siang.
Esok adalah hari minggu!
Namun, entah kesialan apa yang Christ dapat. Mobilnya tidak bisa dinyalakan. Beberapa kali ia memutar kunci mobil, hanya terdengar suara mesin beberapa detik sebelum mati lagi.
"Mas Christ, mobilnya kenapa ya?" Pak Satya, seorang security kantor tempat ia bekerja berlari menghampiri. Christ mengedikan bahu ke arah Pak Satya sambil tetap berusaha memutar kunci mobilnya itu.
"Ini mah mesinnya kena, mas," Pak Satya bersuara membuat Christ ingin berteriak. Hari sudah malam, ojek pun sudah tidak menerima orderan lagi.
"Gimana ya, pak?" suara Christ terdengar begitu putus asa. Pupus harapannya bermanja ria dengan kasur tercinta.
"Palingan saya bawa ke bengkel sih, mas. Cuman bisanya besok," Pak Satya memang berniat baik membantu, namun Christ merasa itu tidak membantu sama sekali.
"Saya pulangnya gimana dong, pak?" Christ hampir merengek ke Pak Satya yang tidak tahu apa - apa itu. Toh, ia hanya berniat membantu.
"Jalan kaki, mas," ya.. hanya itu pilihannya. Dengan terpaksa Christ tersenyum dan mengucapkan terimakasih sebelum berbalik meninggalkan Pak Satya beserta kunci mobilnya itu.
Christ akan mengingat hari ini..
Hari kesialannya sepanjang tahun,
tidak.. tidak..
Sepanjang masa.
Sesekali dari bibir Christ keluar helaan nafas lelah dan marah. Kaki lelaki 24 tahun itu tidak bisa berjalan tenang sesekali menendang kaleng maupun batu yang menghalangi jalannya.
Jalanan sudah sepi, tidak ada motor ataupun mobil yang berlalu lalang. Hanya suara jangkrik yang menemani sunyinya malam. Penerangan pun hanya sebatas lampu jalan yang sudah temaram.
Woof woof
Suara gonggongan kecil membuat Christ mengumpat dari tempatnya. Ia terkejut! Rambut - rambut tubuhnya mulai menegang. Dengan segera ia mengambil langkah cepat, berharap kawasan flat yang ia tinggali segera nampak.
Woof woof woof woof
Gonggongan kali ini lebih cepat bahkan terbilang Agresif. Dapat Christ dengar suara langkah kaki yang mengikutinya.
"Ah!" Kakinya digigit! Christ mengaduh sebentar sebelum suara anjing menangis membuat ia memfokuskan pengelihatan kepada mahluk yang mengigit kakinya.
Seekor anjing kecil berwarna putih. Matanya indah dan lucu. Christ yakin anjing ini berjenis samoyed.
"Anjing nakal!" Christ mengetuk dahi anjing yang masih menggigit kakinya itu pelan. Anjing itu hanya mengeluarkan suara menangisnya.
"Lepaskan! Lepaskan!" Christ dengan lembut berusaha mengangkat tubuh kecil anjing samoyed itu. Christ tidak mau dibilang melakukan kekerasan pada hewan jika berlaku kasar.
Anjing itu tidak ingin melepaskan gigitannya dan mengeluarkan suara rengekan kecil. Mata lucu anjing itu menatap Christ dengan tatapan, 'ayo bawa aku pulang.'
Christ menghela nafas menahan keimutan dari anjing yang masih mengigit kakinya ini, "Kau ingin aku bawa pulang?" Entah keajaiban apa yang terjadi anjing itu melepaskan gigitannya. Ia melakukan pose duduk, menggoyangkan ekornya kencang seperti berkata, 'Iya! Iya! Iya!'
"Tidak, kau nakal! Kau menggigitku!" Samoyed itu menunduk sedih. Kaki kecilnya menoel - noel sepatu pantofel yang digunakan Christ seperti berkata, 'Maaf, aku hanya menggigit sedikit janganlah marah.'
"Tidak! Kau tidak aku bawa pulang," Christ berbalik meninggalkan samoyed yang terlihat sedih itu.
Christ merasa seperti orang jahat.
Eh? Merasakan sesuatu yang aneh Christ berbalik. Helaan nafas kesal terdengar dari bibir Christ.
"Kau mengikutiku?!" Christ berkata dengan nada kesal. Yang diajak bicara hanya menjulurkan lidahnya sembari mengeluarkan nafas terengah - engah.
Christ berbalik lagi dan berusaha tidak peduli. Namun baru beberapa langkah, Christ tidak melanjutkan jalannya. Melainkan ia mengambil langkah berlawanan arah mengambil anjing kecil itu dalam gendongannya.
"Baiklah.. aku akan membawamu pulang. Janganlah nakal!" dapat Christ dengar samoyed itu menggonggong kesenangan sembari menduselkan kepalanya kepada dada Christ.
'Semoga tidak ada masalah,' Christ menggumam dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Samoyed | Chanmin
FanfictionChrist, seorang pekerja kantoran yang hidup biasa - biasa saja terpaksa membawa pulang seekor Samoyed yang mengikutinya. Namun, mengapa yang ia dapat seorang pemuda?