enjoy this chapter...
.
.
Sesuai janji Christ, Sky dibawa jalan - jalan. Christ membawa Sky ke salah satu tempat pembelanjaan grosir yang dekat dari flat miliknya. Meskipun gajinya cukup besar, lebih baik ia mengirit pengeluarannya bukan?
Christ memegangi tangan Sky erat agar Sky yang sedang bersemangat ini tidak hilang. Sebenarnya saat awal keluar flat Christ tidak memegangi Sky seperti ini. Namun, anak itu terus berlarian kesana kemari menyapa apapun di depannya. Kata maaf pun berulangkali Christ ucapkan kepada orang - orang yang kurang nyaman terhadap sikap Sky. Pada akhirnya, demi kenyamanan dan keamanan bersama Christ memilih untuk memegangi tangan Sky.
"Sky ingat kata - kata Christ?" Christ dan Sky mulai memasuki tempat pembelanjaan yang ramai. Rasa khawatir mulai mendera Christ, ia melupakan hari rekreasi keluarga, hari minggu.
"Ingat! Sky tidak boleh jauh - jauh dari Christ, Sky harus pegang tangan Christ, terus hmmm..." Sky menaruh telunjuknya di dagu. Ia melupakan salah satu perintah Christ.
"Jangan dekati orang yang tidak dikenal!" Christ membantu Sky mengingat.
"Iyah benar!" Christ tersenyum kemudian mengusap rambut Sky perlahan.
"Kalau Sky ngga ngelakuin, Christ bakal tinggalin Sky di sini," Sky menatap horor Christ. Christ mempertahankan wajah seramnya membuat Sky meneguk ludah takut - takut.
"Sky ngga mau ditinggal, Sky mau sama Christ!" Christ mengangguk.
"Jadi jangan nakal, okay? Sky harus jadi anak pintar," Sky mengangguk mengeratkan genggamannya pada Christ hingga pemuda itu meringis.
Benar saja, 3 jam setelahnya diisi dengan kegiatan berbelanja mereka. Sky juga masih menuruti perkataan Christ. Sesekali Christ bertanya kepada Sky namun jawaban Sky selalu sama yaitu mengedikan bahunya. Ia tidak mengerti hal - hal yang Christ tunjukkan.
"Christ! Teman!" setelah 3 jam berjalan dengan lancar, Sky melanggkar kata - katanya juga. Sky melepaskan genggaman tangannya dan berlari menuju seekor anjing yang sedang dibawa jalan - jalan oleh pemiliknya.
"Eh! Sky!" dengan tangan penuh tas belanja Christ berlari mengejar Sky.
"Hey! Kamu apa - apaan?!" ketika Christ mendekat ia mendengar teriakan marah seorang wanita paruh baya yang Christ yakini merupakan pemilik anjing itu. Christ melihat ke arah Sky yang sedang memeluk anjing poodle yang dibawa wanita itu sembari berusaha melepaskan tali yang mengikat longgar leher poodle itu.
"Sky! Jangan!" Christ segera menarik Sky. Sky memberontak, ia mengeluarkan geraman rendahnya. Christ terkejut.
"Hey! Hey! Hey! Jangan dilepaskan!" Wanita paruh baya itu berusaha mengambil anjingnya kembali. Namun Sky mengeluarkan giginya ingin mengigit tangan wanita itu.
"Sky! Jangan seperti ini!" Christ menjatuhkan tas belanjanya dan berusaha membantu wanita itu melepaskan pelukan Sky dari poodle itu.
"Tidak! Christ!" Sky berhasil terlepas dari poodle itu. Christ memeluk Sky erat yang masih memberontak ingin kembali mengambil poodle wanita itu. Christ mengucapkan permohonan maafnya dan menyuruh wanita itu untuk pergi sejenak. Pemuda itu juga meminta maaf kepada orang - orang yang berkerumun menonton mereka dan membubarkannya.
"SKY!" Sky yang tadi masih memberontak seketika diam dibentak seperti itu. Sky mengigit tangan Christ yang memeluknya membuat Christ melepaskan pelukannya. Sesaat setelah Christ melepaskan pelukannya Sky mengambil ancang - ancang berlari lagi.
"Sky! Tadi Christ bilang apa?! Jangan nakal!" Christ berhasil menangkap Sky lagi sebelum anak itu berlari. Mata Christ menajam dan alisnya menukik tajam. Rahang Christ mengeras tanpa disadari.
"Tapi Christ, teman," Sky menunjuk arah di mana tadi wanita paruh baya itu menghilang. Jari telunjuk Sky begitu gemetar, Christ bisa melihatnya.
"Teman, teman," Sky mengulang - ngulang ucapannya dengan nada frustasi. Christ yang bingung menarik Sky ke dalam pelukannya. Berharap bisa menenangkannya.
Entah apa yang terjadi, Christ tidak yakin namun selanjutnya Sky menangis kencang. Tangan Sky meremas kaos tidak berlengan milik Christ. Christ bingung sendiri.
Ada apa dengan anjing ini?
.
.
"Ini minum dulu," Christ memutuskan tidak melanjutkan acara belanja dan membawa Sky pulang. Sky duduk di karpet ruang TV dengan gelisah, tangannya sesekali meremas bulu - bulu karpet hingga beberapa darinya lepas.
Christ menyajikan minum kepada Sky. Ia mengingat belum memberi asupan apapun kepada Sky. Tangan Sky bergetar menerima gelas pemberian Christ, ia mengeluarkan lidahnya untuk menjilat - jilat air memasukkan air tersebut sedikit demi sedikit ke dalam tenggorokan.
"Bukan seperti itu," Christ memegangi gelas Sky kemudian menggunakannya untuk meneguk.
"Seperti ini," Christ mengembalikan gelas tersebut menyuruh Sky mencontohkan apa yang ia lakukan tadi. Sky menurutinya.
"Sky mengapa tadi tiba - tiba nakal? Hm?" Christ memutuskan bertanya setelah air yang ia sajikan habis diminum Sky. Ia mengira Sky sudah tenang namun air mata Sky keluar lagi.
"Teman," Sky menjawab lirih, Christ mulai tak sabar. Sedari tadi jawaban yang diberikan Sky hanya 'teman' saja.
"Ada apa dengan teman?" Christ yang tadi mendudukan diri di sofa turun menjadi di sebelah Sky. Sky bergoyang gelisah dalam duduknya.
"Teman, diikat," Sky menangis memegang lehernya erat. Christ masih tak mengerti.
"Diikat sakit, Sky ngga mau teman sakit," Sky semakin memegangi lehernya kuat. Christ menyadarinya dan mencoba melepaskan pegangan Sky.
"Sky tahu darimana diikat sakit?" dengan tangan yang masih berusaha melepaskan pegangan Sky, Christ bertanya. Karena seingat Christ saat ditemukan Sky hanya dalam keadaan kotor. Tidak ada kalung ataupun tali tanda pengenal.
"Sakit, sangat sakit," Sky menangis lebih keras lehernya sudah memerah karena ia pegangi.
"Lepasin dulu yu, kasih tahu ke Christ kenapa sakit," Christ berbicara lembut berharap pegangan leher Sky melonggar. Sky menurutinya, tangannya turun namun tidak dengan tangisnya. Christ memegangi tangan Sky takut - takut Sky malah akan menyelakai dirinya sendiri.
"Diikat sakit, akan ditarik, leher merah, sakit," tangan Sky ingin memegang lehernya lagi namun segera Christ menahannya.
"Apa Sky? Pernah merasakannya?" Christ bertanya ragu - ragu. Respon Sky adalah isak tangis. Kemudian Sky mengangguk.
"Sakit Christ!" ucap Sky di tengah isakannya. Christ terkejut. Ia tidak mengetahui masa lalu Sky bagaimana, namun entah mengapa rasa emosi menyeruak di seluruh tubuhnya. Rahangnya mengeras.
Christ menarik Sky yang masih terisak ke dalam pelukannya. Menempelkan kepala Sky pada dadanya. Rambut Sky ia tepuk - tepuk perlahan berharap anak itu tenang.
"Sshh.. sshh.. sshh.. tidak apa - apa, anjing itu tidak merasa sakit, ia tidak ditarik, pemiliknya menggunakan tali agar ia tidak hilang, ia akan sedih kalau berjauhan dengan pemiliknya. Sky juga akan sedih jika berjauhan dengan Christ bukan?" Christ berusaha menjelaskan kepada Sky. Sky dalam pelukannya mengangguk. Kemudian kepalanya mendongak menatap Christ.
"Sky tidak ingin jauh dari Christ," Christ mengusap air mata yang jatuh dari mata Sky perlahan kemudian mengagguk.
"Apa Christ akan mengikat Sky?" Christ menggeleng. Kemudian tersenyum lembut.
"Sky tidak akan pergi dari Christ bukan?" Sky menggeleng keras membuat Christ terkekeh. Christ menarik lagi Sky kedalam pelukannya.
"Ya, janganlah pergi," Christ memejamkan maga memeluk Sky erat. Ada hal yang harus Christ ketahui setelah ini. Masa lalu Sky..
Thank you for reading!!
Please kindly give your vote and comment <3
KAMU SEDANG MEMBACA
My Samoyed | Chanmin
Fiksi PenggemarChrist, seorang pekerja kantoran yang hidup biasa - biasa saja terpaksa membawa pulang seekor Samoyed yang mengikutinya. Namun, mengapa yang ia dapat seorang pemuda?