enjoy this chapter...
Seorang pemuda terbaring tak berdaya dengan kondisi mengenaskan. Bibirnya penuh darah bekas muntahannya sendiri, beberapa bekas luka masih basah tercetak dari wajah hingga kakinya. Ivan terkesiap sebelum menunduk membantu pemuda itu. Sam di belakangnya ikut membantu sang kekasih.
Bukan, itu bukan Sky. Christ merasa jahat kerena merasa lega bukan Sky yang berada dalam kondisi seperti itu. Tapi tak bisa dipungkiri Christ akan merasa senang jika Sky ditemukan di tempat lain bukan ditemukan di tempat terkutuk ini. Christ menatap Ivan dan Sam yang sedang sibuk dengan pemuda yang terluka itu. Kemudian, diam - diam ia berbalik meninggalkan ruangan, menyusuri lorong gelap lagi hingga melihat suatu ruangan yang tertulis nomor 922.
Berbeda dengan ruangan lainnya yang gelap, ruang ini memiliki secercah cahaya. Masih remang - remang namun menembus celah di bawah pintu. Christ mendekat membuka kenop pintu perlahan.
Krieet
Christ mengernyit mendengar suara tak mengenakkan yang dihasilkan pintu. Mata Christ memejam sejenak sebelum pemandangannya di sambut seorang pemuda.
"SKY!" seru Christ. Benar, pemuda itu Sky. Sky terbaring lemas di sebuah kasur usang dengan darah yang masih mengalir dari kepalanya. Rambut Sky yang berwarna blonde tua terdapat gradasi warna merah dan beberapa luka yang terlihat dalam itu menghiasi kaki dan tangan mulus pemuda itu. Satu lagi, sebuah tali mengikat lehernya erat. Christ tidak bisa menghentikan air mata ketika melihat keadaan Sky.
"Christ?" mata Sky sayu menatap Christ yang berdiri kaku di depan pintu sel miliknya. Dengan rasa tak percaya tangan Sky mengadah, tanpa sadar Christ berjalan mendekat. Memindai kondisi Sky yang tampak tidak baik - baik saja.
"Christ? Ini Christ?" mata Sky tidak sepenuhnya terbuka, Christ mengarahkan tangan mengadah milik Sky ke arah wajahnya. Kemudian Christ mengangguk.
Setelahnya air mata keluar dari mata kedua insan itu. Bahkan Sky hingga terisak. Sedangkan Christ, ia tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Sedih? Senang? Lega? Takut? Entah, Christ bahkan tak tahu mengapa ia menangis.
"Christ, bawa Sky pulang," tangan Sky yang memegang wajah Christ beralih mengenggam tangan pemuda itu erat.
"Sky tidak mau nakal lagi, bawa Sky pulang," Sky merengek mengeratkan genggamannya. Sedangkan Christ, ia tidak bisa berkata - kata. Ia sudah memperkirakan kondisi Sky bedasarkan cerita Ivan. Namun, setelah melihat kondisi Sky dengan mata kepalanya sendiri.
Christ sakit.
Christ sakit juga melihatnya.
Christ ikut mengeratkan genggamannya. Air mata terus keluar dari mata Christ namun tak sepatah katapun keluar dari bibirnya. Bahkan isakan pun tidak keluar.
"Bawa Sky pulang, Sky sakit," Sky terisak keras merengek kepada Christ, pria yang ia cintai. Sebelah tangannya yang bebas ikut mengenggam telapak tangan Christ memohon kepada pria itu untuk membawanya pulang.
"Sky janji tidak akan nakal lagi, bawa Sky pulang," nafas Sky terputus - putus. Darah dari kepalanya belum berhenti. Dalam jarak sedekat ini Christ dapat melihat warna kemerahan tercetak mengelilingi leher Sky. Christ mengernyit seperti merasakan sakit yang sama dengan Sky.
Christ menjatuhkan tangannya ke bagian leher terikat milik Sky. Berusaha melonggarkannya. Namun, sesaat setelah Christ menyentuhnya Sky berteriak.
"Ssh.. ssh.. Kita pulang ya? Kita pulang," Christ berusaha mengabaikan teriakan Sky. Sky dengan lemas mengangguk mengadahkan tangannya meminta Christ untuk menggendongnya.
"Well, well, well, what a guest," belum Christ mendaratkan tangannya pada lipatan kaki Sky, sebuah suara membuat tangan itu mengepal.
Caesar.
"Hai Christ!" Caesar, pria jahat yang sempat ia percayai lebih dari Sky. Penyebab Sky menghilang dari hidupnya, penyebab Sky kesakitan sekarang. Tidak ada perasaan lain yang ia rasakan selain kemarahan saat melihat Caesar.
Caesar berdiri dengan tampilan yang tak bisa Christ kenali. Kacamata bulat menempel pada pangkal hidungnya. Jas putih panjang dengan bercak - bercak merah sebagai hiasan. Rambut berantakan dengan kantung mata berwarna hitam menghiasi wajahnya. Saku pada jas pria itu mengembung, Christ yakin terdapat beberapa barang lagi yang disembunyikan pria itu.Christ mengernyit menatap pria di hadapannya.
'Gila.'
Satu kata yang bisa menggambarkan penampilan Caesar saat ini. Christ mengepalkan tinjunya erat - erat. Christ mengangkat tinjunya itu dan berlari menuju dokter gila itu.
"Stop," dengan santai Caesar menangkap tinju yang hampir mengenai wajahnya. Dengan senyum miring khas miliknya, Caesar meroggoh sakunya mengeluarkan sebuah suntikan berisi cairan kental yang Christ tidak kenali.
"Kamu tau euthanasia?" Christ membelalakan matanya mengingat arti kata tersebut.
"Aku bisa melakukannya sekarang juga," Caesar melepas pegangannya pada tinju Christ dan berjalan mengintimidasi ke arah Sky yang bergetar ketakutan.
"Hanya, satu suntikan," Caesar memainkan suntikan yang masih tertutup itu pada lengan Sky. Sky menangis, menggeleng, dan menatap Christ meminta pertolongan.
"Dan Sky akan—" belum Caesar menyelesaikan ucapannya,
DUG DUG DUG DUG
Pintu sel yang terbuat dari besi diketuk kuat oleh Christ.
"IVAN! SAM!" Christ berteriak sekuat tenaga. Tak peduli Caesar yang saat ini menampilkan ekspresi takut - takut.
"IVAN! SAM!" langkah kaki beradu dengan lantai terdengar semakin keras setiap detiknya. Christ tersenyum menemukan titik terang. Ia menatap Sky lagi dan,
DOR!
Tidak! Sejak kapan Caesar mempunyai pistol?!
Disclaimer : Aku masih kurang tau tempat menaruh TW / CW jadi kalau ada part di mana aku seharusnya menaruh warning tapi aku tidak, tolong ditegur.
(+) bagi yang kurang tahu euthanasia itu apa
euthanasia yang dilakukan Caesar bersifat illegal ya..
Thank you for reading..
Please kindly give some feedback to support My Samoyed <3Luvya!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Samoyed | Chanmin
FanfictionChrist, seorang pekerja kantoran yang hidup biasa - biasa saja terpaksa membawa pulang seekor Samoyed yang mengikutinya. Namun, mengapa yang ia dapat seorang pemuda?