18. Pre-Heat

9.6K 1.2K 115
                                        

*Play the song 👏

Oktober adalah salah satu bulan siklus heat Jeno. Salah satu bulan dimana ia akan menyantap banyak makanan dan bersikap agak berbeda. Lebih manja dan posesif tepatnya.

Haechan mengusak surai halus kakaknya yang asyik bersender dan memeluk lengannya itu. Ia terkekeh pelan merasakan hidung mancung Jeno mendusal pada perpotongan lehernya.

Langka, karena itulah Haechan harus merekam moment ini baik-baik dalam memorinya.

"Chan~ lapar~"

"Lapar?" Haechan balik mendusal pada Jeno. Keduanya tengah duduk di satu beanbag perpustakaan, terhalang oleh rak-rak besar buku dan agak di belakang, jauh dari pintu depan. Tidak hanya berdua sebenarnya, ada Jaemin dan Mark juga. Kedua alpha itu hanya menatapi sang kembaran Lee yang asyik bermanja.

Sementara Jaemin sibuk mengingat-ingat dan bertanya-tanya alasan kelakuan Jeno, Mark memperhatikan lamat setiap gerak-gerik sang omega. Rasanya... Ia familiar.

"Uhm, mau sashimi tuna," pinta Jeno.

"Sashimi tuna?" Haechan melirik jam tangannya. Masih beberapa jam lagi sebelum bel pulang berdentang. Memang para guru tengah rapat dan mereka jam bebas sekarang tapi tidak bisa pulang begitu saja tanpa persetujuan langsung dari para pengajar.

"Pulangnya masih nanti, ganjal dulu dengan roti ya?"

Meski mencebik kecewa Jeno mengangguk pelan. Yang lebih muda segera mengirim pesan pada Renjun dan Chenle yang baru saja pergi ke kantin. Namun sudah lima menit tidak juga ada balasan yang ia tunggu.

"Kemana sih mereka?" Gerutu Haechan. Terpaksa ia berdiri dan pergi sendiri. Sang beta menepuk-nepuk kepala Jeno dan berbisik padanya untuk jaga diri sebelum melangkah menjauh dan menyusul dua laki-laki berdarah China itu.

PLOK

Tiba-tiba saja Jaemin menepuk tangannya keras membuat Jeno dan Mark terperanjat kaget. Dia baru saja mengerti dan sadar kenapa Jeno menjadi manja dan clingy seperti ini, pasti karena menjelang heatnya. Ia sedang berada pada masa pre heat.

Kehilangan sosok tempat mendusal membuat raut Jeno semakin murung. Ia memeluk bantal kecil disana, cemberut seperti balita. Keinginan untuk mencubit pipi gembilnya -yang eksistensinya sementara- bertumbuh semakin besar dalam diri Mark dan Jaemin. Jeno seperti bayi yang tengah merajuk karena tidak dibelikan mainan yang dimainkannya.

Lantas Mark berpindah menggantikan posisi Haechan. Seperti biasa merangkul pundak Jeno dan tersenyum manis padanya, "sabar sebentar oke?" Ucapnya kalem.

Jeno meliriknya dari sudut mata, sekali lagi mengangguk kecil. Berganti ia bersender pada pundak Mark. Feromon yang Mark keluarkan enak sekali, berbau campuran mint dan musk. Sedikit demi sedikit Jeno mengikis jarak dan menempelkan hidungnya pada leher laki-laki itu.

"Apa kau sakit angel?" Tanya Mark khawatir. Usakan sayang ia berikan pada kepala Jeno sembari mengelus pipinya.

"Angel?!" Pekik Jaemin. Tidak terima Mark memiliki panggilan yang Jaemin akui cocok dengan pujaan hatinya. Sudah panas semakin panas saja ia melihat kedekatan mereka.

"Eheum, little angel," tatapan Mark seperti orang yang tengah dimabuk cinta. Sangat menjijikkan bagi Jaemin. Laki-laki itu perlu berkaca sepertinya.

"Kau tahu? This angel send me a lot of present dan say sorry berkali-kali setelah memukulku waktu itu," sombong Mark. Ia menggenggam tangan Jeno yang tak menolak dan memainkannya, "padahal aku tidak marah."

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang