page xxiii

47.2K 5.6K 856
                                    

"njun turun cepet!"

"ya sabar bu! elah.." gumamnya di akhir kalimat, yakali renjun berani ngeluh di depan ibu nya. di banting nanti.

langkah renjun terhenti. matanya memandang tajam sosok cowo jangkung, yang sekarang lagi duduk di kursi meja makan bareng kedua orang tua nya.

"sini, lama banget kamu."

renjun bungkam. dia cuma jalan lalu duduk di sana. mata nya natep guanlin buat minta penjelasan. tapi cuma di bales senyuman singkat.

"guanlin apa kabar? lama gak mampir." tanya ayahnya.

guanlin senyum ramah. "hehe, maaf yah. kabar baik kok."

"syukur deh."

"masih temenan baik kan?"

"ya? eh iya temenan kok." guanlin melirik renjun yang tampak gak peduli. cowo manis itu tetap nyantap makanan nya.

beberapa menit berlalu. sarapan sudah habis, "njun berangkat ya." ujar renjun.

"bareng lah. guanlin ke sini jemput renjun kan?" tanya ibu sambil natep guanlin.

guanlin langsung ngangguk. "iya bu, bareng kok."

renjun menghela nafas, dia jalan lebih dulu. "ayo pergi."

guanlin tersadar langsung pamitan. "guanlin berangkat ya, lainkali mampir lagi hehe."

selama di perjalanan renjun ngga banyak omong, raut wajahnya aja udah keliatan gak enak. bikin guanlin yang lihat itu menghela nafas kasar.

"lo ngapain sih?!" sembur renjun begitu dia udah turun dari motor. banyak pasang mata yang liatin, ya siapa yang gak heran. pasangan yang keliatannya lagi renggang itu tiba-tiba berangkat bareng.

"jemput lo lah."

"dalam rangka? gue udah bilang, jauhan aja kita lin."

"gak bisa. gue gak mau jun, kasih gue kesempatan buat baikan ya?" tangan guanlin ngambil tangan yang lebih mungil itu buat di genggam.

renjun berniat menariknya tapi tenaga guanlin terlalu besar. huh. dia menghela nafas. "terserah lo. lepasin."

guanlin tersenyum lalu melepas genggamannya. mereka kemudian berjalan bersama menuju kelas. guanlin terus-terusan ngajak ngobrol renjun, sedangkan si mungil hanya menjawab seadanya.

yah segitu pun syukur, setidaknya renjun mau membalas obrolannya. begitu pikir guanlin.

"wah pagi guanlin, renjun." sapaan dari suara seseorang bikin mereka berdua noleh.

itu somi, cewe dengan seragam dilapisi cardigan rajut cokelat. dia nyamperin keduanya dengan langkah lebar, lalu berhenti di samping guanlin.

renjun memutar matanya jengah. males. mulutnya bahkan udah capek balesin obrolan guanlin, masa sekarang harus ladenin kicauan lagi.

"tumben berangkat bareng? udah baikan kann?" somi terus bersuara dengan nada riang, agak keras sampe-sampe setiap murid yang mereka lalui menoleh.

[✓] pawang | nomin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang