8.

31 12 97
                                    

Ada empat polisi yang datang ke tempat keributan itu. Dua polisi berbadan kekar dan dua polisi berperawakan sedikit gendut. Mereka dapati beberapa anak muda bergerombol di dekat gapura kantor kecamatan. Para pemuda itu berjalan di pinggir aspal bawah pohon kapuk, menghadap ke bawah seperti sedang mencari sesuatu.

“Sedang apa kalian?” tanya polisi itu dengan nada sedikit membentak.

“Cari kontak motor, Pak,” jawab Genyok tanpa menoleh.

Mungkin karena merasa diabaikan, salah satu polisi berbadan kekar berteriak, “Kalian semua cepat kumpul ke sini!”

Tanpa menjawab, mereka semua menuruti apa yang dikatakan polisi itu, mendekat perlahan seraya masih mengamati rerumputan. Siapa tahu barang yang dicari ketemu.

Polisi yang lainnya memerikasa keadaan sekitar dan menemukan Codet serta kawan-kawannya pingsan dengan banyak luka lebam. Sedang Dandi dan Dofir memberi keterangan tentang kejadian itu kepada polisi yang lainnya.

“Kalian semua ikut ke kantor!”

“Kontak motor saya belum ketemu,” jawab Bujel, suaranya mengisaratkan kekhawatiran, sebab itu kontak motornya.

Sesaat kemudian Tohari yang ada di belakang berteriak, “Ketemu!” Seraya mengacungkan kontak motor milik Bujel.

Senyum mengembang terlihat jelas di wajah Bujel. Kini ia tidak terlalu khawatir masalah kontak motor. Yang ia khawatirkan sekarang nasibnya jika berada di penjara.

“Ayo cepat jalan!”

Dandi yang melihat mereka digelandang menuju mobil polisi tertawa dan mengejek Beni. Tawanya sangat keras sehingga membuat Beni ingin membungkam mulutnya dengan tonjokan.

“Kamu juga ikut kami ke kantor,” ujar polisi yang memeriksa keadaan sekitar. Polisi itu menemukan dua botol minuman keras di motor milik Nopal.

“Lo, Pak. Saya tidak salah apa-apa. Saya dan teman saya ini korban,” ujar Dofir suaranya bergetar lantaran takut.

“Dua botol minuman keras ini milik kalian ‘kan?” tanya polisi itu, kemudian Dandi mengangguk. “Nanti kami menghubungi orang tua kalian, supaya dijemput ke kantor polisi.”

“Lalu teman kami bagaimana, Pak?”

“Sebentar lagi ada ambulans yang menjeput meraka.”

Tidak ada pilihan lain selain naik ke mobil bak itu bersama Beni dan teman-temannya. Ingin rasanya Beni menghajar muka Dandi untuk membalas pukulannya tadi. Namun, niatnya terurungkan lantaran mereka diawasi polisi yang berada di belakang mengendarai motor milik mereka. Meski begitu tatapan penuh ancaman tersorot jelas dari Beni.

---

Setelah sampai di kantor polisi kecamatan, Tohari menghubungi saudaranya yang bekerja sebagai tentara di koramil.

“Pakde, aku sama teman-teman ada di polsek. Ada sedikit masalah, bisa minta tolong tidak?” kata Tohari setelah panggilan telepon ketiganya.

“Masalah apa? Kalau narkoba, pakde tidak sudi nolongin kamu,” ujar orang dalam telepon.

“Bukan narkoba, kok. Cuma sedikit pertikaian anak SMK. Biasah lah Pakde, salah paham anak muda.”

“Kamu ini ganggu orang lagi istirahat aja. Ya sudah, sebentar lagi pakde ke sana.”

“Terima kasih, Pakde.” Telepon ditutup. Tohari kembali masuk ke dalam kantor polisi itu.

Teman-teman yang menunggu di dalam ruangan menatap Tohari dengan wajah penuh tanya. Seakan tahu apa yang ada di pikiran teman-temannya Tohari berucap, “Aman. Sebentar lagi pakdeku kesini.”

RUBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang