. fourte(en(d)) .

1.4K 150 11
                                    

"Aku tak menyangka kita ketemu di sini, sunbaenim."

"Yow, Park Jihoon."

Jihoon tersenyum dan melanjutkan langkahnya yang memang sedari tadi digerakkannya mendekati Hyunsuk. Angin sore yang berhembus mengacak halus surai Jihoon.

Hyunsuk duduk di salah satu bangku di taman kota. Entahlah, sore ini Hyunsuk ingin mencari udara segar setelah seharian sibuk mengepak barang yang akan dibawanya kuliah di Los Angeles.

Cukup mengejutkan karena semesta mempertemukannya dengan Park Jihoon sekarang. Why? Karena Hyunsuk sedang sedikit memikirkan adik kelasnya semasa senior highschool itu.

"Wah, lama sekali tidak melihatmu, hyung." kata Jihoon setelah mendudukkan diri di samping Hyunsuk.

Senior Jihoon tertawa. "Padahal minggu lalu kita ketemu di acara wisuda."

"Oh, kau mengingatnya." Hyunsuk kembali tertawa.

"Tentu saja. Kamu panitia pertama yang ngasih buket bunga ke aku sebelum panitia dari OSIS."

Satu senyum merekah di wajah Jihoon. Cih, tentu saja. Ia tau anak-anak OSIS banyak yang menyiapkan buket bunga untuk Hyunsuk, si tuan sempurna.

Tidak mau didahului, Jihoon sudah menyiapkan buket bunganya sebelum Hyunsuk selesai foto-foto dengan orang tuanya. Yang lain, memang menunggu Hyunsuk selesai foto. Canggung kan kalau mendekat saat Hyunsuk masih dengan orang tuanya notabene direktur perusahaan ternama di Seoul.

Jihoon sih tidak. Ia unggul di poin ini. Dirinya sudah kenal orang tua Hyunsuk karena uncle dan aunty nya adalah atasan orang tua Hyunsuk.

"By the way, hyung ngapain di sini? Mana duduk sendiri kayak jomblo." tanya Jihoon dengan ejekan di belakang dialognya.

Hyunsuk terlihat mengendikkan bahu. "Menikmati sore saja. Lagian aku gak duduk sendiri, noh ada kamu. Kkk."

"Oh, iya bener juga." Jihoon mendongak sekilas. "Tapi, tumbenan kayaknya. Kenapa?"

Giliran Hyunsuk yang mendongak. "Sebentar lagi, aku bakal ke Los Angeles. Kangen deh sama Seoul bakalan."

Tetiba Jihoon terdiam. Kakak kelasnya satu ini benar-benar akan pergi juga akhirnya.

Mereka lantas terdiam. Membiarkan orang-orang berlalu lalang bersama detik waktu yang terus berjalan. Berada dalam kenyamanan sore hari di salah satu taman kota di Seoul.

Untuk pertama kalinya, Jihoon merasa tak punya bahan obrolan dengan Hyunsuk. Ia juga sibuk memikirkan kenapa dirinya selama ini mendekati Hyunsuk bukan dalam pengertian pendekatan untuk menjalin suatu hubungan indah. Jihoon tidak tau cara mendekati seseorang, ia lebih suka memancing emosi orang. Aneh memang, seorang mantan ketua kedisiplinan yang mengatakannya.

Sedang Hyunsuk, ia juga tak ada topik. Ah, sebenarnya ia ingin mengucapkan sesuatu pada Jihoon. Ia hanya ingin mengulur waktu sebentar.

"Jihoon-ah."

Hm?

"Terimakasih ya."

Jihoon menoleh dan menatap Hyunsuk bertanya.

"Untuk semuanya. Jujur, aku mengapresiasi keberanianmu menekankan aturan padaku saat teman ku sendiri tidak bisa melakukannya." lanjutnya dengan tawa kecil.

Dengan spontan, Jihoon jadi ikutan tertawa. Ia mengangguk paham.

"Terimakasih kembali, hyung. Untuk semuanya, kerjasamanya saat event sekolah atau sebagainya. Dan juga memberiku kerjaan mencatat pelanggaran mu di buku khusus." balas Jihoon dengan tawa di akhir dialognya.

•Mr. Perfect• [𝑝.𝑗ℎ//𝑐.ℎ𝑠] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang