Dengan gaun lengan panjang berwarna coklat khaki, Melodi memperhatikan pantulan dirinya dalam cermin. Wajahnya telah dirias dengan make-up natural hasil karya Ms. Stella—guru piano pribadinya. Anak-anak lain yang sedang berada di ruang tunggu gedung pertunjukan terlihat sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sebagian dari mereka memilih untuk membaca ulang lembaran partitur lagu yang akan mereka tampilkan, sedangkan sebagian yang lain hanya duduk-duduk santai sambil memainkan ponsel seolah kompetisi hari ini bukanlah sesuatu yang sulit.
Namun, Melodi tidak berada di antara keduanya.
Entah sudah berapa lama waktu yang berlalu sejak Melodi berdiri di depan wastafel toilet dekat ruang tunggu, yang pasti irama degup jantungnya tidak kunjung mereda. Selalu saja seperti ini. Melodi tidak pernah terbiasa dengan tekanan atmosfer sesaat sebelum kompetisi piano dimulai, padahal sudah tidak terhitung berapa kali ia ikut berpartisipasi dalam lima tahun terakhir. Perasaan takut tentang kesalahan yang mungkin saja ia lakukan di atas panggung adalah alasan berulang yang sampai saat ini belum bisa Melodi atasi.
Melodi tidak boleh gagal. Permainan pianonya harus selalu sempurna.
From: Ms. Stella
Where are you, Melodi? You need to go to the backstage right now. Your turn is about to start.Melodi menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri setelah membaca pesan yang baru saja ia terima. Tidak ada waktu lagi untuk bertahan pada ketakutan yang sama. Setelah memastikan penampilannya baik-baik saja, Melodi bergegas pergi ke backstage.
Dengung alunan piano yang dimainkan oleh peserta sebelum dirinya terdengar samar ketika Melodi tiba di sana. Ms. Stella telah menunggu dirinya tepat di samping pintu masuk area panggung. Terlihat kelegaan pada wajahnya ketika Melodi menampakkan diri di hadapan wanita tersebut.
"Is everything okay?" tanya Ms. Stella seketika.
Melodi mengedikkan bahu. "No need to worry, Miss."
Ms. Stella hanya mengangguk pelan. "Hm ... okay then." Wanita itu kembali melanjutkan, "Your mom has just arrived. I think she's already in the audience right now."
"Ah, really? But she didn't texted me nor make any call with me."
"She just texted me before. Maybe she didn't want to ruin your focus, dear."
Melodi tidak memberikan tanggapan apa pun. Lantas dengan nada lembut, Ms. Stella memberikan nasehat terakhirnya sebelum Melodi naik ke atas panggung. "Just do your best, I know you can do it perfectly like before."
Melodi tersenyum samar. "Of course, as I should. Nothing is more important than this competition, right?"
Tepuk tangan penonton yang terdengar saat peserta sebelum Melodi telah selesai memainkan bagiannya menjadi tanda bahwa gadis itu harus segera bersiap. Melodi kembali mencoba menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam. Gadis itu hanya berharap apa yang telah ia latih selama ini dapat terbayarkan seluruhnya di atas panggung nanti.
Melodi Violita
Nomor Peserta 8
Chopin: Scherzo Op. 20 No. 1 in B MinorTidak ada selebrasi apa pun ketika pembawa acara mengumumkan bahwa gilirannya telah tiba. Dewan juri yang duduk di barisan terdepan kursi penonton juga tidak menunjukkan ekspresi yang berarti. Hanya ada beberapa orang yang mengisi kursi penonton dan sudah dapat dipastikan sebagian besar dari mereka adalah orang tua atau kerabat dari masing-masing peserta. Melodi bahkan tidak sampai berpikir bahwa siapa pun yang ia kenal juga berada di sana. Fokusnya kini benar-benar hanya mengarah pada grand piano yang berada di tengah-tengah panggung. Begitu kokoh, namun juga tampak anggun di saat yang bersamaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Dua Dimensi [ON GOING]
General FictionKetika asa mulai terasa berjarak, dia datang dan melukiskan harapan yang tak pernah terpikirkan oleh Melodi sebelumnya. Dalam diamnya yang penuh makna, goresan kuas itu mewarnai kelam pada setiap detik yang berjalan. Nada-nada yang tercipta melantun...