"Today we're gonna talk about apreciation. Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut, ada yang bersedia untuk memberikan penjelasan terkait pengertian kata 'apresiasi'?"
Seorang mahasiswa yang duduk di bangku tengah mengangkat salah satu tangannya dan bersiap untuk menjawab pertanyaan dari Mr. Andre. Siang ini terlalu panas, membuat Melodi yang duduk di dekat jendela memilih untuk menjadi penyimak saja. Gadis itu merasa energinya telah terkuras habis setelah mengikuti perkuliahan sejak pagi.
"Apresiasi berarti penilaian terhadap sesuatu. Apresiasi juga dapat diartikan sebagai penghargaan atau pemahaman ...."
Melodi mencoba untuk tetap memperhatikan apa yang sedang dijelaskan oleh temannya itu. Materi mata kuliah 'Kritik Seni' hari ini sebenarnya cukup menarik. Namun karena rasa lelah yang Melodi rasakan lebih mendominasi, fokus gadis itu tampaknya agak sedikit berkurang.
"Nice answer, Julian," puji Mr. Andre terhadap mahasiswa yang—dengan baik hati—telah menjawab pertanyaan sebelumnya. "Ada yang mau menjawab lagi?"
Semua mahasiswa kini membisu, termasuk Melodi. Tampaknya yang lain juga merasakan hal yang sama dengan gadis itu—ingin perkuliahan hari ini cepat selesai dan mencari seteguk minuman dingin guna meredakan suhu panas yang mereka rasakan.
Mr. Andre tergelak pelan. "Okay okay, kayaknya kalian sudah teralu lelah, ya? Meski kalian merasa ngantuk, tolong tetap perhatikan materi hari ini. Minggu depan kita akan mengaplikasikan materi apresiasi dan evaluasi terhadap musik yang telah kalian pilih minggu lalu."
Terdengar helaan napas pelan dari masing-masing mahasiswa. Mr. Andre tampak sedang menghubungkan materi pada proyektor dan mulai menjelaskan materi perkuliahan.
"Apresiasi dalam seni merupakan suatu proses sadar yang dilakukan seseorang dalam menghadapi dan memahami karya seni. Selain itu, apresiasi juga dapat diartikan sebagai proses pengenalan nilai-nilai seni untuk menghargai dan menafsirkan makna yang terkandung di dalam seni tersebut. Dalam pelaksanaannya, apresiasi menuntut keterampilan dan kepekaan estetik guna mendapatkan pengalaman estetik ketika mengamati sebuah karya seni ...."
Melodi mencatat bagian-bagian penting dari materi yang diberikan. Waktu pun terus berlalu. Tanpa sadar, perkuliahan siang ini akhirnya selesai juga. Tampak gurat-gurat bahagia mulai menghiasi wajah-wajah lesu yang ada di dalam kelas.
"Jangan lupa dengan tugas yang saya berikan hari ini. Sampai bertemu di kelas berikutnya."
Mr. Andre segera berlalu pergi. Mahasiswa yang lain tampak berbondong-bondong ingin segera keluar dari sana. Namun, pintu kelas tiba-tiba ditutup paksa oleh seseorang, membuat yang lain seketika mengeluh frustasi.
Seseorang pun berseru, "Feli! Lo ngapain ngehalangin jalan?!"
Gadis yang tengah menjadi amukan massa itu malah cengingisan. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
"Wait a minute! Jangan keburu marah dulu dong para warga."
"Ya gimana kita nggak marah, lo nutup pintu tiba-tiba gitu! Kita kan pengen cepet-cepet pulang!" protes seseorang yang lain.
"Ya ya ya, gue ngerti. Tapi bentar dulu, gue mau kasih sesuatu."
Feli segera membagikan secarik undangan bernuansa merah muda kepada masing-masing teman sekelasnya.
Sonya yang hari itu juga sekelas dengan Melodi dan Feli tampak menarik salah satu sudut bibirnya. "Birthday invitation?"
Salah satu yang lain menyahut, "Ya elah. Kalau mau ngundang kita ke birthday party lo ngapain pakai undangan kayak gini segala, sih! Kan dikirim lewat group chat juga bisa. Bikin kaget aja. Kirain ada apaan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Dua Dimensi [ON GOING]
Fiksi UmumKetika asa mulai terasa berjarak, dia datang dan melukiskan harapan yang tak pernah terpikirkan oleh Melodi sebelumnya. Dalam diamnya yang penuh makna, goresan kuas itu mewarnai kelam pada setiap detik yang berjalan. Nada-nada yang tercipta melantun...