Melodi punya beberapa to-do list hari ini. Setelah sarapan, ia akan pergi ke kompleks ruko Pasar Baru untuk memperbaiki violin-nya. Lalu, ia akan langsung ke kampus karena ada kelas dari jam sebelas sampai jam setengah tiga siang. Sorenya, ia dan Feli akan latihan bersama seperti biasa, mengingat tinggal menghitung hari resital vokal klasik Feli akan diadakan. Malamnya, ia akan berlatih piano dengan Ms. Stella untuk persiapan kompetisi Kayserburg yang akan berlangung lima bulan lagi.
Sebuah rutinitas yang normal. Tampak sangat padat memang, tetapi Melodi sudah terbiasa dengan rutinitas seperti itu sejak ia masih sangat kecil. Hanya saja, karena saat ini Mama sedang dalam perjalanan bisnis di Dubai, Melodi masih memiliki sedikit ruang untuk bernapas sehingga ia bisa menikmati setiap rutinitas yang ia jalani.
Ya, seperti itulah yang ada di dalam pikiran Melodi. Mamanya bilang, beliau baru akan pulang hari Minggu nanti. Karena ini masih hari Kamis, Melodi akan memanfaatkan waktu yang tersisa untuk dirinya sendiri. Mungkin, besok ia akan pergi ke mall dan menonton bioskop sepulang kuliah bersama Feli? Atau bisa juga hanya rebahan dan tidak melakukan apa pun setelah latihan piano dengan Ms. Stella di hari Sabtu? Membayangkannya saja sudah membuat Melodi tersenyum.
Benar-benar pagi yang tenang. Mood Melodi sangat bagus hari ini. Langkah kaki Melodi terasa ringan ketika ia menuruni anak-anak tangga untuk sarapan di ruang makan. Sayangnya, ketenangan itu tiba-tiba menguap ketika didapatinya sang mama sudah duduk di meja makan sambil meminum teh.
Melodi berpikir, apakah ini mimpi? Karena setahu Melodi, Mamanya baru akan pulang besok Minggu. Tetapi kenapa sekarang Mama sudah ada di ruang makan?
Tubuh Melodi seketika membeku. Kepalanya pun kembali terasa pening. Ketika Melodi sudah duduk di meja makan dan sarapan segera disiapkan oleh asisten rumah tangganya, Melodi tahu ini semua bukanlah mimpi.
"Gimana progres persiapan kompetisi kamu? Sudah mulai latihan sama Ms. Stella, kan?"
Di antara banyaknya pertanyaan yang bisa ditanyakan orang tua kepada sang anak setelah kembali dari perjalanan bisnisnya, Mama selalu menanyakan hal yang sama. Latihan, latihan, latihan. Tidak adakah pertanyaan lain? Nafsu makan Melodi jadi hilang sepenuhnya.
"Kemarin Selasa baru membahas tentang strategi latihan sama Ms. Stella. Nanti malam baru benar-benar mulai latihan lagu buat seleksi nasional dulu sambil membedah lagunya per bagian."
Mama hanya mengangguk saja seraya kembali melanjutkan sarapannya. Melodi pun demikian. Meski makanan yang ia makan terasa berat untuk ditelan, Melodi tetap berusaha menyelesaikan sarapannya dengan tenang.
Sepanjang Melodi menyantap makanannya, ia sudah bersiap mendengar nasehat-nasehat memuakkan terkait kompetisi, seperti yang biasa Mamanya lakukan. Namun, sampai Melodi menyelesaikan sarapannya, Mama tidak lagi berkata sepatah kata pun. Aneh, tidak biasanya Mama seperti ini. Diam-diam, Melodi memperhatikan wajah sang mama melalui lirikan mata. Tampak gurat lelah di wajah Mamanya yang tidak Melodi sadari sebelumnya. Sepertinya, tadi malam Mama tiba di rumah sangat larut. Dan pagi ini, Mama sudah tampak rapi dengan setelan formalnya, siap untuk berangkat kerja seperti biasanya.
"Nanti malam Mama akan datang ke tempat kursus kamu. Ada yang mau Mama bicarakan sama Ms. Stella."
Jantung Melodi seakan berhenti berdetak. Jika Mamanya datang ke tempat kursus dan melihatnya latihan, itu benar-benar akan terasa tidak nyaman.
Seraya bangkit dari kursinya, Mama melanjutkan, "Pulang kuliah, Mama jemput aja. Kamu pulang kuliah jam berapa?"
"Jam enam."
"Oke. Nanti Mama jemput. Mama berangkat dulu karena ada masalah mendesak di kantor."
Melodi memperhatikan Mamanya yang berlalu pergi. Setelah sang mama menghilang dari pandangannya, Melodi mengembuskan napasnya yang tertahan. Mood-nya kembali memburuk. Namun, jika ia mengingat wajah lelah sang mama yang seperti itu, alam bawah sadar Melodi tidak akan pernah bisa membenci sang mama, terlepas dari semua perlakuan buruk yang telah Mamanya lakukan apabila ia tidak bisa memenuhi ekspektasi sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Dua Dimensi [ON GOING]
Fiksi UmumKetika asa mulai terasa berjarak, dia datang dan melukiskan harapan yang tak pernah terpikirkan oleh Melodi sebelumnya. Dalam diamnya yang penuh makna, goresan kuas itu mewarnai kelam pada setiap detik yang berjalan. Nada-nada yang tercipta melantun...