TW // mentioning blood, self-injury, suicide
Di tengah ruangan temaram, terdengar denting piano yang membentuk gugus nada dalam balutan harmoni familier. Ruangan itu seperti tidak memiliki sekat, tetapi anehnya kedua kaki Revan tahu ke mana ia harus melangkah. Revan terus berjalan mendekati sumber suara dengan jantung berdegup kencang. Semakin lama, suara piano itu semakin terdengar jelas. Cahaya putih yang semula hanya sebuah titik kecil perlahan merambat ke seluruh ruangan. Netra Revan menangkap siluet grand piano di ujung ruangan sana. Ketika objek tersebut mulai terlihat wujudnya, jantung Revan seakan berhenti berdetak ketika ia mengenali siapa yang tengah bermain piano di dalam ruangan asing ini.
Melodi Violita.
Sosok yang telah menariknya pada pusat cahaya di dalam ruangan ini ternyata adalah Melodi Violita.
Gadis itu mengenakan gaun berwarna cokelat khaki. Taburan permata di seluruh permukaan gaunnya membuat gadis itu tampak semakin bersinar. Rambut panjangnya yang tergerai bergerak-gerak kecil mengikuti arah permainan pianonya. Sosoknya benar-benar anggun dan indah. Namun, lagu waltz yang terus menggema di seluruh ruangan tidak selaras dengan aura yang terpancar. Sorot matanya terlihat sendu, teramat sendu hingga membuat hati Revan ikut teriris.
Perlahan, keraguan dalam langkah kaki Revan menghilang. Gerakan kakinya pun semakin cepat, terus begitu hingga tanpa sadar Revan telah berlari menghampiri Melodi yang tengah bermain piano tanpa nyawa. Revan ingin menghentikan permainan piano gadis itu, tetapi sekalipun Revan berteriak, jemari Melodi terus memainkan pianonya tanpa pernah merasa terdistraksi.
Lambat laun deru napas Revan memberat. Secepat apa pun ia berlari, ia tidak pernah bisa mendekati gadis itu. Satu-satunya yang ada dipikirannya saat ini adalah ia harus menghentikan Melodi bermain piano. Ia memiliki firasat, jika Melodi terus bermain piano seperti ini, jiwa Melodi perlahan akan ikut terkikis.
Apa yang menjadi kehawatiran Revan pun terjadi. Di tengah-tengah permainan lagu waltz yang tidak kunjung berakhir, setetes demi setetes darah mengalir melalui pergelangan tangan kiri Melodi. Luka gores yang ada di pergelangan tangan gadis itu semakin membesar, mengalirkan darah lebih banyak hingga membuat seluruh tubuh Melodi membiru. Kali ini Revan benar-benar tidak dapat berpikir jernih. Ia harus terus berlari meski logikanya membisingkan kata-kata mustahil.
Di tengah kubangan kekalutan itu, Melodi tiba-tiba menghentikan permainan pianonya. Gadis itu perlahan menoleh ke arah Revan. Kedua netranya menatap Revan dengan sorot mata kosong, membuat gerakan kaki Revan terhenti. Seluruh tubuh pemuda itu membeku seketika hingga tidak dapat digerakkan lagi. Ketika Revan berusaha memberontak pada tubuhnya sendiri, Melodi tiba-tiba jatuh pingsan.
Revan tercekat. Ia ingin sekali berteriak, tetapi tenggorokannya seakan tercekik. Dalam sepersekian detik, tiba-tiba sosok Melodi dan pianonya mengabur, tergantikan dengan situasi yang selalu ingin Revan lupakan seumur hidupnya. Mamanya ada di sana, tergeletak di atas lantai dengan darah yang mengalir dari pergelangan tangan kirinya.
Revan benar-benar frustasi. Sekeras apa pun Revan berusaha melepaskan diri dari kekangan tak kasat mata itu, tubuhnya akan semakin terasa kaku. Napasnya tersenggal seiring menipisnya energi yang ia punya. Ia hanya ingin berlari menghampiri sang mama agar sosok itu juga tidak ikut menghilang. Namun sebagaimana dunia asing ini bekerja, sosok sang mama perlahan mengabur dan tergantikan oleh sosok Melodi yang tergeletak di samping pianonya.
Fragmen sang mama dan gadis itu terus bergulir bergantian tanpa henti di hadapannya, membuat kepala Revan serasa ingin pecah. Ia benar-benar tidak sanggup membendung rasa sakit itu, hingga tanpa sadar air mata telah mengalir melalui kedua pipinya. Revan tidak tahu sudah berapa lama ia berada di situasi seperti itu. Lantas, tiba-tiba cahaya di sekelilingnya meredup, memaksa Revan keluar dari ruang temaram itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Dua Dimensi [ON GOING]
General FictionKetika asa mulai terasa berjarak, dia datang dan melukiskan harapan yang tak pernah terpikirkan oleh Melodi sebelumnya. Dalam diamnya yang penuh makna, goresan kuas itu mewarnai kelam pada setiap detik yang berjalan. Nada-nada yang tercipta melantun...