Namanya Clarissa Maharani. Orang-orang sering memanggilnya dengan nama Risa. Wanita tersebut adalah salah satu dari jajaran desainer dan model ternama yang sering mengikuti fashion show dan juga mengadakan pagelaran busananya sendiri baik di tingkat nasional maupun internasional.
Sejujurnya, Melodi agak sedikit terkejut ketika wanita itu tiba-tiba memeluk dirinya tadi. Bukan apa-apa, hanya saja Melodi masih tidak menyangka dapat bertemu dengan wanita itu di rumah Revan. Melodi tidak asing dengan wanita tersebut karena Feli cukup sering memesan gaun pertunjukan di butik milik Tante Risa dan Feli—seperti biasa—akan berceloteh mengenai Tante Risa sambil menunjukkan foto-foto beliau.
Melodi tidak tahu pasti apa hubungan sebenarnya antara Revan dan Tante Risa. Ia pun tidak terlalu berharap untuk tahu lebih lanjut. Baginya, dapat bertemu dengan salah satu sosok penting seperti Tante Risa adalah hal luar biasa yang Melodi alami hari ini.
Ketika Tante Risa mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah Revan, Melodi hanya dapat mengangguk seraya tersenyum kikuk. Dirinya menjadi sedikit merasa bersalah karena itu artinya waktu istirahat milik Revan harus tersita. Meski begitu, Melodi tentu tidak dapat menolak ajakan Tante Risa begitu saja.
Melodi pun memasuki pekarangan rumah Revan seraya melihat sekeliling area tesebut secara sekilas. Terdapat beberapa bunga yang ditanam secara apik pada pot-pot berukuran sedang, seperti mawar, azalea, dan juga anthurium. Ada pula bunga geranium dan petunia yang diletakkan pada pot-pot gantung dengan sangat cantik. Selain itu, terdapat juga bunga alamanda berwarna kuning yang sedang mekar secara sempurna dan menghiasi sisi pagar sang pemilik rumah. Namun dari keseluruhan bunga-bunga tersebut, ada satu jenis bunga yang sangat menarik perhatian Melodi pada detik pertama ketika ia memasuki rumah tersebut.
Bunga matahari yang ditanam pada sudut pekarangan rumah.
Dilihat dari ukurannya, bunga-bunga matahari tersebut sangat kontras jika disandingkan dengan bunga-bunga yang lain. Cukup besar dan siapa pun yang melihatnya pasti akan langsung meyadari keberadaan bunga yang memiliki makna harapan dan juga keberanian itu. Kendati demikian, eksistensinya begitu menyatu dengan nuansa rumah yang didominasi oleh warna kuning. Keberadaan bunga-bunga tersebut membuat pekarangan rumah milik Revan jadi terasa lebih hidup.
"Melodi suka minum apa?" tanya Tante Risa begitu Melodi duduk di area ruang tamu.
"Apa aja Tante," jawab Melodi sambil tersenyum. "Maaf kalau ngerepotin."
"Nggak ngerepotin kok. Santai aja. Tunggu sebentar, ya."
Melodi mengangguk seiring kepergian Tante Risa dari ruang tamu. Revan pun juga mengikuti Tante Risa seraya memberikan isyarat kepada Melodi untuk menunggu pemuda itu kembali ke ruangan tersebut.
Karena tidak tahu apa yang harus dilakukan sembari menunggu, secara tidak sadar Melodi memperhatikan tiap detail dari ruang tamu Revan—tempat di mana dirinya kini berada. Tidak ada telalu banyak perabotan yang mengisi ruangan tersebut. Cukup minimalis, sama seperti desain rumah Revan secara keseluruhan. Hanya terdapat satu set sofa beserta meja di tengah ruangan dan sebuah piano digital di sisi lain ruangan. Melihat hal tersebut, salah satu sudut bibir Melodi sedikit tertarik. Piano itu tampak agak tidak begitu terawat, terlihat dari adanya debu-debu halus yang menempel pada permukaan piano. Melodi berasumsi bahwa piano tersebut pasti cukup jarang dimainkan oleh pemiliknya.
Tanpa sadar, Melodi bergerak mendekati piano digital berwarna hitam itu. Melodi cukup penasaran siapa yang memiliki ketertarikan terhadap instrumen piano di rumah ini. Jika situasinya memungkinkan, mungkin Melodi akan menanyakannya kepada Revan nanti.
Setelah beberapa saat, secara tidak sengaja netra Melodi menangkap sebuah foto yang diletakkan di atas piano. Sesosok wanita muda terpotret apik pada foto tersebut, tampak sedang memainkan piano seraya memangku seorang anak kecil yang nyaris terlelap. Anak kecil itu pasti Kak Revan, pikir Melodi. Namun, ada satu hal yang membuat pandangannya teralih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Dua Dimensi [ON GOING]
Ficción GeneralKetika asa mulai terasa berjarak, dia datang dan melukiskan harapan yang tak pernah terpikirkan oleh Melodi sebelumnya. Dalam diamnya yang penuh makna, goresan kuas itu mewarnai kelam pada setiap detik yang berjalan. Nada-nada yang tercipta melantun...