*
New York, October 13th 200x
Today, I met you again.
No, I mean ... I know you might not recognize me at the Pavillion this afternoon, but I saw you.
You and your violin on your back ... and you smiled widely until your eyes are disappear. You know, you are still as handsome as I saw you on your graduation day last year.
Well ... I think that's a lie. You are always handsome even when the first time I know you, at the welcoming party for new college students, the day when you play your violin beautifully with that smile.
I'm so curious ...
Do you remember me?
Well, I won't look for the answer this time. At least, because I know you take your master's degree at Juilliard again, I've decided what I should do when I graduate next year. I hope at that time, I have been braver to talk to you, so we can be closer and I have a chance to confess my feeling. I hope so ...
*
So cheesy ....
Melodi nyaris menutup diary yang ia baca dengan gerakan teramat menyebalkan. Gadis itu mendengkus seraya memperhatikan setiap kata yang tertulis pada diary berwarna ungu lavender tersebut—diary yang ia temukan tanpa sengaja di gudang beberapa hari yang lalu ketika ia hendak mengambil violin miliknya.
Is it really mom's diary?
Jika dilihat dari setiap goresan tangan yang tertulis, memang betul itu adalah tulisan tangan sang mama. Namun, kata-kata itu ... benarkah memang sang mama yang menuliskannya?
Jujur saja, Melodi agak terkejut. Tidak terbersit sedikit pun dalam benak Melodi bahwa ia akan mengetahui sisi lain dari sosok yang selama ini gadis itu tahu selalu memiliki pembawaan tegas. Untaian kata yang sarat akan kekaguman kepada seseorang dengan simbolisasi kata kamu yang terus muncul secara berulang. Melodi berasumsi bahwa diary yang sedang ia baca tersebut ditulis ketika sang mama sedang berada di bangku perkuliahan.
Lembaran kertas yang telah sepenuhnya menguning itu tanpa sengaja terus Melodi balik. Gadis itu bahkan tidak lagi memedulikan posisi duduknya entah nyaman atau tidak pada kursi meja belajarnya. Memang tidak seharusnya Melodi membaca diary sang mama secara diam-diam seperti itu. Namun, kisah masa muda sang mama terlalu menarik untuk dilewatkan begitu saja.
Ternyata mama bisa bucin juga, pikir Melodi dalam hati.
Sampai lembaran terakhir pun Melodi masih menerka siapa sosok kamu yang mamanya maksud. Meski Melodi telah mengantongi satu nama dalam terkaannya, gadis itu masih berharap ada kemungkinan nama lain yang bisa saja membuat kisah dalam diary tersebut menjadi lebih menarik.
Melodi beralih pada diary lain—bersampul coklat muda dengan hiasan bunga-bunga krisan kering yang tertempel secara estetik. Sepanjang membaca lembaran demi lembaran kisah yang tertuang di sana, salah satu sudut bibir Melodi terus saja tertarik. Terlampau manis, namun begitu menyedihkan untuk kisah seseorang yang telah memendam rasa pada sosok yang selalu dikagumi bertahun-tahun lamanya. Hingga kemudian, gerakan jemari Melodi terhenti kala ia hendak membalik lembaran terakhir diary coklat tersebut begitu ia menemukan sebuah nama yang amat sangat familer baginya.
*
New York, September 10th 200x
I did it. I've graduated with my bachelor's degree and now I take the master's degree at the same place as you. You are in the Composition Major and I am in the Piano Performance Major.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Dua Dimensi [ON GOING]
General FictionKetika asa mulai terasa berjarak, dia datang dan melukiskan harapan yang tak pernah terpikirkan oleh Melodi sebelumnya. Dalam diamnya yang penuh makna, goresan kuas itu mewarnai kelam pada setiap detik yang berjalan. Nada-nada yang tercipta melantun...