Cuplikan BAB 16

4K 103 3
                                    

#STATUS_WA_SUAMI

Cuplikan part 16

Mobil melaju membelah jalanan yang sedikit macet. Sudah menjadi hal lumrah di tengah kota besar seperti ini. Mas Reno memutar lagu favorit kami. Dulu. Kini lagu itu di telingaku terdengar menyayat hati.

Layar ponsel Mas Reno kembali menyala. Kuraih benda enam inci yang Mas Reno pasang di dashboard. Ada pesan masuk dari Bulan.

[Ren, antar aku ke dokter sekarang!!]

"Istrimu minta diantar ke dokter," ucapku setelah membaca pesan itu.

Mas Reno menengok ke arahku sambil tersenyum manis. Mengabaikan ucapanku.

"Aku balas, ya? Kalau dia kenapa-kenapa, gimana? Nanti kamu yang repot," ucapku lagi.

Mas Reno tak merespon. Tetap fokus dengan jalanan di depannya

Kuketik balasan untuk Bulan. [Kenapa?] Kemudian kukirim.

[Aku baru jatuh, Ren. Aku takut bayi kita kenapa-kenapa.]

Aku mengangkat kedua alis membaca balasannya. "Dia habis jatuh," ucapku.

Wajah Mas Reno yang semula santai langsung berubah tegang.

Heh! Tadi sok tidak peduli. Padahal aslinya sangat peduli!

"Udah, kita putar balik aja!" ketusku. Berusaha menyembunyikan rasa pedih yang begitu saja menguasai kalbu. "Jangan sampai kamu menyesal kalau Bulan dan bayi kalian kenapa-kenapa!"

Dadaku panas. Sangat panas. Seperti ada bara api sedang berkobar di dalamnya.

"Putar balik, Mas!" bentakku melihat Mas Reno terus melaju. Mengetahui Mas Reno mencemaskan Bulan. Sungguh, di dalam sini rasanya nyeri sekali.

Mas Reno menepikan mobil. Kemudian menatapku dalam.

"Please, Sayang, jangan begini!" pintanya.

Kemudian diraihnya jemariku. Namun, aku segera menepisnya. Aku memilih membuang muka. Menyembunyikan rasa sakit yang pasti tergambar jelas di wajahku. Bahkan saat ini mataku telah dipenuhi kaca-kaca.

"Aku hanya mencintai kamu, Dek! Kamu harus percaya itu," ucapnya sungguh-sungguh. "Mengenai bayi itu ...." Mas Reno menjeda ucapannya. "Mengenai bayi itu," ulangnya. "Aku ... aku enggak munafik, aku bahagia dengan kehadirannya."

Seketika nafasku tercekat. Jantungku serasa disayat-sayat. Setiap kata yang terucap dari bibir Mas Reno, bagai belati yang menghunus tepat di ulu hati. Pedih sekali.

Aku merasa kerdil. Merasa gagal sebagai seorang istri. Delapan tahun pernikahan, nyatanya belum bisa kuhadirkan bayi di tengah-tengah kami.

"Dek, aku benar-benar minta maaf," ucapnya. "Tapi percayalah! Bagaimanapun, kamu tetap segalanya untukku. Tentang bayi itu, aku hanya akan bertanggung jawab sebagai seorang ayah. Bukan sebagai suami Bulan."

"Heh! Sama saja!"

Buat pembaca setia yang ingin baca sampai tuntas, bisa langsung klik link di bawah ini yaa..

https://kbm.id/book/read/f73bb126-cdbe-c886-44ad-e86c3794c916/c9d93209-c1f3-53b4-c022-67df22645d2a?af=5284f5e5-c46f-0df4-cd93-5ad2ea012b3f

STATUS WA SUAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang