Season 2 Bab 56

2K 38 8
                                    

Aku mendorong kursi roda Mas Reno menuju tempat parkir. Di belakangku, Papi berjalan sembari membawa koper berisi perlengkapanku dan Mas Reno. Ya, Mas Reno sudah diizinkan pulang setelah seminggu di kamar perawatan. Meski memang kondisinya masih belum pulih seperti sedia kala.

Mas Reno belum bisa berjalan. Separuh tubuh Mas Reno kaku. Penglihatannya juga masih buram. Suara Mas Reno juga tidak seperti dulu lagi. Sekarang volume suaranya jadi pelan dan serak. Namun, kondisi kesehatannya sudah membaik.

Mas Reno sudah ingat pada Papi, Mami, Cilla, bahkan Mbak Sum. Ia ingat bagaimana bisa masuk rumah sakit dan lain sebagainya. Setelah di rumah ia akan menjalani terapi untuk pemulihan tubuhnya.

"Cilla udah bisa apa, Ma?" tanya Mas Reno saat kami sudah berada di dalam mobil menuju rumah.

Aku yang belum berpikir bagaimana akan menceritakan kondisi Cilla pada Mas Reno, menoleh dan tertegun beberapa saat.

"Aku udah enggak sabar buat liat dia. Pasti udah tambah pintar sekarang ya, Ma?" tanya Mas Reno lagi.

Aku tersenyum kaku. Aku merasa seperti orang asing dengan Mas Reno, sehingga terkadang bingung harus berbicara apa dengannya. Untuk menanggapi pertanyaannya pun aku merasa kagok.

Setelah dua pertanyaan itu, Mas Reno kembali terdiam. Mungkin dia kembali merasakan perbedaan sikapku padanya saat ini. Mobil yang kami tumpangi pun menjadi hening karena supir dan Papi pun tak berkata apa-apa sampai kami tiba di rumah.

Mami menyambut kedatangan kami di atas kursi roda. Sementara Mbak Sum berdiri sembari menggendong Cilla.

"Ren ...." Mami mendekatkan kursi rodanya pada kursi roda Mas Reno dengan mata berkaca-kaca. Bahkan suara Mami serak saat memanggil putranya itu.

"Mi ...." Kini Mas Reno dan Mami berpelukan dari kursi rodanya masing-masing.

Seharusnya aku terharu melihat itu. Namun, hatiku benar-benar beku. Aku hanya berdiri dengan perasaan datar membiarkan mereka mengharu biru dalam pertemuan itu. Baru setelah mendengar rengekan Cilla aku menoleh ke arah bayi itu.

"Mbak, bawa Cilla ke kamarnya dulu, ya! Nanti kalau aku udah mandi, aku susul," titahku pada Mbak Sum.

"Iya, Bu."

Aku mendorong kursi roda Mas Reno menuju kamar diikuti Papi yang mendorong kursi roda Mami.

"Sisil mandi dan bersihin badan Mas Reno dulu, Mi. Biar nanti kalau Cilla main sama Mas Reno udah bersih," pamitku pada kedua mertuaku itu.

"Iya, Sil. Papi juga mau mandi dulu," sahut Papi.

Setelah mandi dan menyeka tubuh Mas Reno, aku langsung ke kamar Cilla. Begitu melihatku Cilla merengek dan minta digendong.

"Cilla dari tadi susah minum susu, Bu," adu Mbak Sum.

"Rewel enggak?" tanyaku.

"Lumayan, Bu. Enggak mau turun dari gendongan lama-lama."

Aku kemudian memegang kening Cilla. Anakku ini memang sangat mudah sakit. Dugaanku benar, badan Cilla demam. Aku jadi ragu untuk membiarkan Cilla berdekatan dengan Mas Reno. Namun, jika sampai aku tidak membawa Cilla untuk bertemu Mas Reno, pasti laki-laki itu akan terus bertanya-tanya.

Saat aku kembali ke kamar bersama Cilla, Mami dan Papi sudah berada di kamar bersama Mas Reno. Mas Reno tersenyum lebar saat melihat Cilla.

"Sini, Sayang, sama Papa!" ajak Mas Reno sembari mengulurkan sebelah tangannya ke arah Cilla. Tangan kiri Mas Reno masih susah digerakkan.

Aku meletakkan Cilla di pangkuan Mas Reno yang duduk di kursi roda. Binar bahagia tampak sekali dari kedua mata Mas Reno. Sampai akhirnya kedua alisnya bertaut saat melihat kulit Cilla. Mas Reno sampai mendekatkan tangan Cilla ke wajahnya.

"Ma, kulit Cilla kok ... hitam-hitam kayak aku?" tanya Mas Reno ragu. "Kulitnya juga kering begini. Cilla ... sehat, kan?"

Kedua bibirku terbuka, tetapi tak lama mengatup kembali. Aku belum tega untuk menyampaikan kebenarannya pada Mas Reno. Terlebih, Mas Reno baru saja kembali di rumah setelah dirawat sekian lama.

"Cilla sakit juga, Ren."

Aku langsung menoleh ke arah Papi saat mendengar ucapannya itu.

"Pi?" ucapku tanpa suara.

Mami yang berada tepat di sampingku langsung menggenggam jemariku dan meremasnya lembut. Seolah-olah mengatakan, "Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja."

"Sakit apa, Pi?" tanya Mas Reno.

"Sama kaya kamu."

"Maksud Papi?"

Ingin rasanya aku pergi dari ruangan itu. Aku merasa tidak sanggup menyaksikan Mas Reno mengetahui semuanya.

"Cilla sama Sisil ... tertular penyakit kamu."

Aku merasa seperti ada yang meledak di dada. Aku sampai kesulitan untuk menghirup udara.

"Ter-tular ... penyakitku?" tanya Mas Reno dengan wajah bingung. "Memangnya sebenarnya aku ... sakit apa, Pi?"

Aku menunduk, tak berani menatap wajah Mas Reno ataupun Papi. Aku bahkan ingin menutup telinga agar tidak mendengar jawaban Papi. Namun, tubuhku terasa beku.

"Kamu ... positif HIV AIDS."

Selengkapnya ada di KBM App dan GoodNovel. Dengan akun Srirama Adafi. Terima kasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STATUS WA SUAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang