Bulan

7.2K 355 42
                                    

"Aduh, Ren! Mami pusing. Kenapa segampang itu kamu memutuskan?" sesal Mami.

"Saat itu Reno sudah benar-benar terpojok, Mi. Reno bingung kalau warga nekat melakukan sesuatu yang buruk pada Reno atau Bulan."

Heh, Bulan terus yang dipikirkan! Apa saat itu dia tidak ingat kalau sudah punya istri?

Aku membuang muka, enggan melihat Mas Reno lagi. Hatiku sakit, perih, mendengar Mas Reno sepeduli itu pada Bulan.

Mami menghela napas panjang. "Harusnya, kan, kamu bisa telpon Papi, telpon polisi, atau siapapun yang bisa bantuin kamu."

"Reno panik, Mi."

"Haduuh, gini amat kamu, sih, Ren!" sesal Mami. "Mami sama Papi ini sudah tua, Ren. Pinginnya lihat anak-anak hidup bahagia, bisa dengan baik meneruskan usaha. Kalau sudah gini, terus kamu mau ngapain?"

"Reno tetap mau pertahanin pernikahan Reno, lah, Mi!"

"Dengan?"

"Ya Sisil, lah, Mi. Siapa lagi?" protes Mas Reno tampak sekali lelaki ini tersinggung dengan pertanyaan Mami.

"Loh, kan, sekarang istri kamu dua!" ucap Mami tidak suka, kemudian memijat pelipisnya. "Aduh, dosa apa aku ini? sampai anakku jadi begini! Kebayang aja enggak, malah sekarang terpampang di depan mata! Ren, Ren!"

"Maafin Reno, Mi!"

"Kamu itu sudah mengecewakan banyak orang, Ren. Apalagi kalau kakak-kakakmu tahu, habislah kamu!" ucap Mami.

"Reno enggak peduli dengan posisi Reno di perusahaan, Mi. Reno cuma enggak mau cerai sama Sisil," ucapnya. "Mi, tolong dukung Reno buat pertahanin pernikahan Reno!" bujuknya.

Mami tak langsung menyahut. Dari ujung mata bisa kulihat Mami memandangku yang masih membuang muka. Beberapa saat kemudian Mami kembali menatap Mas Reno.

"Terus kamu mau ceraikan si Bulan?" tanya Mami.

Mas Reno tak langsung menjawab. Degup jantungku seperti pacuan kuda. Jujur aku takut sekali Mas Reno mengatakan pada Mami kalau Bulan sedang hamil.

"Kok diam?" kejar Mami.

"I-iya, Mi."

"Iya, apa?" cecar Mami.

"Reno mau ceraikan Bulan."

"Gampang banget ya, Ren, kamu ngomong gitu," komentar Mami. "Makanya, Ren, selama ini Mami selalu wanti-wanti kalian supaya menjaga jarak dengan lawan jenis." Mami menghela napas. "Kamu lihat Papimu, Ren!" lanjutnya. "Dengan kesuksesan yang Papi raih, enggak sedikit wanita yang berusaha menggodanya, tapi Papi enggak tergoda, Ren!"

Benar yang Mami katakan. Papi memang lelaki luar biasa. Selama ini tak pernah terdengar ada skandal tak mengenakan dari lelaki sukses itu.

"Papi sudah paham trik-trik para wanita penggoda. Biasanya pelan-pelan wanita itu akan curhat, berlanjut komunikasi intens, lalu bablas kayak kamu!" tuduh Mami. "Tapi Papi enggak naif kayak kamu, Ren. Begitu ada wanita yang mulai curhat, Papi langsung cut! Di mata Papi, wanita yang menceritakan aib suami atau siapapun, dia bukan wanita baik-baik."

Aku tertarik dengan ucapan Mami. Aku memperhatikan baik-baik setiap kata yang keluar dari bibir tipisnya.

"Kamu tahu enggak, Ren? Kenapa Papi berpikir begitu?" tanya Mami. Sementara Mas Reno hanya diam.

"Karena pasangan itu pakaian buat satu sama lain! Sebisa mungkin istri harus bisa menutup aib suami begitu juga sebaliknya. Makanya kalau ada perempuan, curhat sama kamu jelek-jelekin suaminya, kamu harus mikir! Kalaupun kamu yang jadi suaminya, dia pasti melakukan hal yang sama! Karena kamu juga manusia biasa, punya aib dan kekurangan juga. Paham kamu?"

STATUS WA SUAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang