10. BANGUN KEPERCAYAAN

2.8K 136 10
                                    

Hal pertama yang Ratu rasakan saat ia bangun adalah, badannya terasa berat untuk digerakkan, dengan mata yang masih tertutup Ratu berusaha merenggangkan otot lengannya, namun terasa sangat berat seperti ada yang menindihnya, begitupun dengan kakinya ia merasa ada sesuatu yang menindih kakinya hingga ia sulit menggerakkannya.

"Anjing, gue ketidihan nih, yaallah doa ngusir setan apa yaa" gumam Ratu sambil terus memejamkan matanya, takut jika ia membuka mata dan yang ia temui malah sesuatu yang nantinya membuatnya menyesal.

"Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannar" Ratu mulai membaca doa untuk mengusir makhluk yang katanya menindih tubuhnya, namun bukannya mengusir setan itu malah ngajak setan makan.

"Duh kok setannya gak pergi sih, apa salah doa gue, aduh gue cuman hapal itu lagi" ucap Ratu, sambil terus berusaha melepaskan diri, tapi bukannya terlepas seseorang disampingnya semakin menghimpit tubuh Ratu, hingga ia bisa merasakan hembusan nafas disekitar kulit lehernya.

"Lah nafas" Ratu memberanikan dirinya untuk membuka mata dan menoleh kesamping kanan untuk melihat siapa yang kini memeluknya seperti guling.

Saat kedua mata Ratu sudah terbuka sempurnah, ia menoleh kesamping dan betapa terkejutnya ia saat melihat sosok Pangeran disampingnya, sekaligus seseorang yang sudah memeluknya seperti guling.

"Pangeran!" Geram Ratu sambil menendang tubuh Pangeran, hingga laki-laki itu jatuh ke lantai.

"Njingg" umpat Pangeran, saat badannya berhasil terjun bebas dari atas kasur, ia memgang tubuh bagian belakangnya, sambil berdiri.

"Kamu kok bisa disini?" Tanya Ratu dengan wajah kesal, ia masih marah dengan lelaki yang kini berdiri dihadapannya.

"Aku nyariin kamu semalam, kamu kenapa gak bilang kalau ke rumah. Bunda" ucap Pangeran, lalu berjalan ke arah sofa yang berada didekat lemari yang biasa digunakan Ratu untuk bersantai.

"Ngapain?, bukannya kamu udah gak peduli ya?" Tanya Ratu masih dengan wajah kesal.

Pangeran kembali berjalan ke arah istrinya, ia naik kembali ke atas kasur, menatap sang istri yang tengah membuang wajah tak mau menatap ke arah Pangeran.

"Raa, aku gak mungkin gak peduli sama kamu, aku tau kemarin-kemarin aku udah buat kamu bingung dengan perubahan sikap aku ke kamu, tapi percaya Raa, aku selalu ngerasa bersalah tiap kali aku cuekin kamu" ucap Pangeran sambil mengengam tangan istrinya.

"Kamu masih ingatkan waktu mama datang ke apartemen, dia nanyain soal kesuburan kamu, disitu aku bener- bener kepikiran sama omongan mama, dan aku gak mau kamu juga jadi kepikiran sama itu Raa, makanya aku lebih milih buat ngejauh dulu biar aku bisa nenangin pikiran aku, tapi ternyata aku salah Raa, aku malah semakin kepikiran saat aku jauh dari kamu, aku sayang sama kamu Raa, aku gak mau kamu kepikiran sama omongan mama" lanjut Pangeran, membuat sebulir air mata Ratu jatuh membasahi pipinya.

Saat Pangeran akan memeluk tubuh tubuhnya, Ratu dengan cepat menahannya.

"Apa kamu juga gak yakin, aku bisa ngasih kamu anak?" Tanyanya dengan wajah senduh.

Pangeran menangkup wajah sembab Ratu, mendekatkan wajah Ratu dengan wajahnya, hingga kini hidung mereka bersentuhan.

"Raa kita adalah dua manusia dengan ketidaksempurnaan, karena yang sempurnah hanya milik sang pencipta, aku gak pernah sepercayaa ini sama seseorang hingga aku rela mendedikasikan hidup aku sama dia, dia yang kini ku sebut istri, kamu Raa, kalah aku gak percaya sama kamu, buat apa aku nikah sama kamu" ucap Pangeran, membuat hati Ratu tersentuh.

Ratu menjatuhkan tubuhnya dalam dekapan Pangeran, ia menangis dalam pelukan sang suami.

"Maafin aku Raa, maafin aku udah nyakitin kamu" Pangeran mengelus surai rambut panjang sang istri.

***
Aidan pulang ke rumahnya dengan wajah murung, seharian ia tidak bertemu Ratu di kampus, membuatnya seperti kehilangan semangat, setelah sampai dirumah ia kembali disuguhkan dengan seseorang yang kini berdiri di tengah-tengah anak tangga, sambil menatapnya dengan tatapan yang paling Aidan benci, tatapan sok manja.

"Suitt...suitt" Fely memanggil Aiden seperti memanggil seekor burung yang berada dalam sangkar, sebenarnya Aidan sudah sangat malas dengan kehadiran sepupu gilanya itu di rumah.

"Gue bukan burung" balas Aidan, lalu berjalan begitu saja melewati tubuh Fely yang bertengger manis dipegangan tangga.

"Sewott mulu dah hidup lu, bang" ujar Fely sambil mengekori Aidan dari belakang.

"Lo ngapain ikut naik?" Kesal Aidan.

"Macan kalah galak sama lo, gue sebagai sepupu lo yang baik ini mau ngomong soal si Ratu itu?" ungkap Fely sambil menaik turunkan alisnya.

Aidan menghembuskan nafasnya dengan kasar
"Apaan?, buruan gue gak ada waktu!" Ujar Aidan.

"Nah gitu kan enak, yaudah kita ngomong didalam aja biar enak, kalau disini kayak lagi nagih utang" ucap Fely kemudian berjalan melewati tubuh Aidan yang berdiri diambang pintu.

Fely masuk kedalam kamar Aidan, dan langsung menuju balkon kamar cowok itu.

"Gak sopan" sindir Aidan saat keduanya kini tengah duduk dibalkon kamar miliknya, Fely duduk diayunan rotan, sedangkan Aidan duduk di kursi rotan.

"Tante sani bilang, anggap rumah sendiri, yaudah sih kamar lo kamar gue juga" balas Fely, membuat Aidan hanya mentapanya jengah.

"Buruan lo mau ngomong apa?" ujar Aidan.

Fely mengeluarkan hpnya dari dalam saku celana tidurnya, lalu menyerahkanya kepada Aidan. Cowok itu terkejut karena menatap foto Ratu yang terpampang nyata di layar hp milik Fely.

"Itu Ratu Danisa, cewek yang lo taksir saat ini kan?" Tanya Fely.

"Lo dapat foto dia dari mana?" Tanya Aidan dengan tatapan yang terfokus pada Foto Ratu yang tengah duduk dibawah pohon besar diapit oleh kedua temannya.

"Aelah bang, Ratu tuh dulunya adek kelas gue di Jakarta" balas Fely, lalu mengeser beberapa foto yang ia dapat dari ig sekolahnya.

Fely menatap kearah Aidan yang tengah fokus menatap foto Ratu, saking fokusnya cowok itu sampai mengzoom wajah Ratu dan menatapnya sambil tersenyum, senyum tulus yang sudah lama tak Fely lihat. Sejak kejadian yang dulu menimpah sepupunya saat mereka masih duduk dibangku SMA. Walaupun Fely berbeda sekolah dengan Aidan tapi ia tau banyak soal sepupunya itu.

"Biasa aja dong liatnya" goda Fely dengan menyenggol lengan Aidan sambil tertawa ringan.

Aidan buru-buru mengembalikan hp milik Fely, kemudian kembali memperlihatkan wajah datar dan dinginnya.

"Sana lo" ucap Aidan, meminta Fely keluar dari kamarnya, walau sebenarnya ia masih penasaran dengan kehidupan Ratu saat masih duduk dibangku SMA, tapi ia terlalu gengsi untuk meminta Fely menceritakannya.

"Kalau lo suka sama Ratu, yaaa perjuanginlah, gue dukung kok, kalau lo butuh bantuan gue, gue bakal bantuin" ucap Fely sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan kamar Aidan dengan senyum kemenangan.

"Sedikit lagi Raa, gue pasti bisa ngehancurin hidup lo, kalau Aidan bisa gue jadiin kambing hitam kenapa enggak" batin Fely

***
Halooo semuanyaa!

Jangan lupa spam comment yaa buat kelanjutan ceritanya!

Jangan lupa vote jugaa terus share keteman-teman kalian biar bisa baca badromance jilid 2.

Seeyou next partt...

BADROMANCE JILID 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang