✨HAPPY READING✨
Si nomor satu yang dulu di puja-puja kini hanya dapat menahan amarahnya. Tangan mungilnya tergenggam erat hingga urat-uratnya terlihat. Giginya menggertak, meskipun wajahnya tetap datar. Hanya menatap matanya siapapun akan tahu jika sang nomor satu tengah mengendalikan amarahnya. Kini, dia melangkah pergi menjauh dari papan pengumuman yang tambah banyak dikerubungi anak-anak yang penasaran akan hasil akhir pertarungan mereka. Berbeda dari yang lain, yang menggerutu karena nilai mereka yang turun atau meloncat gembira karena nilai mereka naik... Si nomor satu itu malah menuju atap sekolah. Menendang balok-balok kayu dari bangku ataupun meja yang rusak.
"Sial! Sial! Sial!" Ucapnya frustasi. Nafasnya memburu seiring dengan balok-balok kayu itu yang sudah hancur tak berbentuk lagi. Bayangkan seberapa marah dia saat ini
"Bisa-bisanya gue kegeser sama anak baru itu?! Sialan!!! Bisa gak makan seminggu gue nanti njir"
Dirinya terduduk menyender pada tembok pembatas rooftop. Mengusap rambutnya dengan kasar. Panas di atas rooftop seakan tak mempengaruhinya untuk pergi. Tubuhnya kini penuh keringat. Kemudian, dia mengambil sebuah kertas dari dalam saku celananya, membaca dengan tangan yang gemetar.
"Lee Felix... Peringkat ke 2!" Bacanya lirih dengan tawa hambar. Kembali, amarahnya kembali memuncak
Cklek!
Matanya bergulir teralihkan ke pintu masuk rooftop. Decakan malas lolos begitu saja dari mulutnya. Orang yang baru datang itu melakukan hal yang sama. Tiba-tiba niatnya untuk rileks sebentar harus urung karena pemuda Lee itu.
Saat ia akan kembali pergi, suara berat sang pemuda lebih dulu terdengar.
"Senang kan lo? Selamat, Lo berhasil ngegeser gue" Entah kenapa di perkataan itu seperti terselip kekecewaan dan ketakutan
Gadis itu, Hwang Yeji berhenti dan menghadap Felix. Jaraknya memang jauh dari Felix tapi mata Felix yang penuh amarah itu masih dapat Yeji lihat. Yeji melipat tangannya di depan dada, menatap Felix dengan datar. Persetan dengan ucapan selamat yang tidak ikhlas itu... Yeji memilih mencoba meluruskan segalanya.
"Lo tahu? Lo itu terlalu munafik!" Felix mengangguk, seakan dia setuju dengan Yeji yang menyebutnya munafik, "Lo juga tahu, lo itu terlalu keras sama diri sendiri. Karena itu, gue gencar pengen ngelengserin lo dari peringkat satu. Inget lix, bukan gue yang mau ngelengserin lo, tapi lo yang menuntut gue buat ngelengserin lo dari tempat pertama. Lo sendiri yang nantang gue buat bertaruh. Jadi, jangan nyesel karena kalah"
Felix tambah menggertak gigi-giginya. Yeji berhasil membuat emosinya menggebu-gebu kembali, "Lo anak baru di sini. Lo belum tahu siapa gue, gue bakal rebut balik apa yang udah jadi milik gue. Hwang Yeji, gue gak akan ngelepasin lo gitu aja!"
"Felix, jangan terlalu percaya diri. Lo juga termasuk anak baru di hidup gue... Lo juga belum kenal siapa, Hwang Yeji!"
Setelah itu Yeji pergi meninggalkan Felix yang kembali menendang balok kayu hingga berbunyi keras. Yeji dengar itu, bahkan dirinya sempat ngilu mendengar suara itu. Namun, Yeji tetaplah Yeji. Jika itu maunya ya pasti dia akan melakukannya. Prinsipnya dari dulu, "Apapun yang gue mau bakal gue dapatin. Dengan cara apapun!". Namun sejauh ini, apa yang Yeji inginkan selalu ia dapatkan dengan mudah... mungkin kali ini tidak.
# # #
Hwang Yeji mendesah berat saat kakinya sudah nampak di pekarangan rumah. Rumah bernuansa klasik itu seakan adalah sebuah bangunan yang amat menyeramkan hingga Yeji enggan untuk masuk, padahal sudah lebih dari 15 tahun ia menempati rumah itu. Iya, 18 tahun ia hidup 15 tahun ia habiskan untuk hal tidak penting di rumah tersebut. 3 tahun ini hidupnya lebih baik namun kini ia harus kembali ke rumah hantu itu. Begitulah Yeji menyebutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NUMBER ONE | Lee Felix
Fanfiction(Feat. Hwang Yeji) Ini semua hanya tentang nomor satu. Ini semua hanya tentang mereka yang mengejar kesempurnaan-omong kosong-mereka hanya seperti berlarian di labirin kehidupan. Ambisi besar dan ego yang sama besarnya membuat hati mereka seakan ter...