✨HAPPY READING✨
Plak!
Bugh!
"Jam berapa baru pulang, huh?! Mau jadi anak durhaka kamu?!"
Bugh!
Bugh!
"Saya bilang tidak ada lagi peringkat dua, Lee Felix. Tapi kamu justru kelayapan begini?!"
Plak!
"Bangun kamu, jangan cemen!?"
Felix memejamkan matanya ketika balok kayu itu mengenai betisnya, lagi.
"Bilang darimana saja kamu?!"
Felix bahkan tidak punya tenaga lagi hanya untuk berteriak kesakitan. Felix hanya bisa memejamkan matanya. Air matanya pun menolak untuk keluar.
Bugh!
Balok kayu itu berhasil melukai pelipisnya, lagi. Felix menepis tangan papa yang akan menarik rambutnya. Keadaan Felix mengenaskan sekarang. Luka dan darah di mana-mana. Badannya bergetar hebat. Felix hanya berharap papa menyudahi hukuman ini. Ini adalah hukuman terberat Felix. Felix akan baik-baik saja jika di kunci di ruangan mengerikan itu namun Felix tidak bisa menahan sakitnya pukulan papa dengan balok kayu yang lumayan tebal itu.
"M-maaf pa, F-Felix salah!"
Brak!
Tubuh Felix terpentok pinggiran sofa karena dorongan dari papanya. Dari mulutnya mengeluarkan darah yang lumayan banyak. Namun, papa masih ingin menyakitinya. Papa mengambil pecahan vas yang tadi tak sengaja tersenggol tangan Felix. Felix menggeleng kuat. Tidak, Felix akan berakhir jika pecahan itu mengenainya.
"JANGAN PAPA!?"
Felix segera duduk begitu matanya terbuka. Nafasnya tersengal-sengal. Kepalanya berputar. Tangannya meremas rambutnya kuat. Kejadian semalam pasti akan menjadi mimpi buruk Felix.
"Sial, badan gue demam lagi!" Felix mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, "Kalau gue izin yang ada papa tambah marah!"
Ya, terpaksa Felix harus tetap masuk sekolah. Meski dengan banyak luka dan lebam di sekujur tubuhnya. Darah yang keluar dari hidung dan mulutnya sudah mengering dan hanya meninggalkan rasa perih. Biasanya papa tidak menyerang wajah namun kali ini wajah pun menjadi samsak papa. Entah bagaimana nanti ia harus menghadapi segala pertanyaan-pertanyaan dari warga sekolah belum lagi nanti jika Han Jisung yang bertanya. Anak itu kan selalu nyerocos kalau belum di jawab.
Maka Felix bersiap untuk ke sekolah. Ketika dirinya turun ke bawah. Keadaan sepi. Bekas kekacauan semalam sudah tidak ada, kemungkinan asisten rumah tangga membersihkannya. Felix menuju dapur. Tidak ada makanan sama sekali.
"Ck, papa pasti nyuruh mbak buat gak masak. Gini banget Tuhan hidup gue!"
Karena tidak ada sarapan, Felix langsung berangkat sekolah. Felix akan tetap membawa motor. Meski kepalanya pusing, badannya ngilu dan badannya meriang, jika pun nanti ada apa-apa tidak akan ada yang peduli juga.
# # #
"Hai Yeji, udah mendingan?" Yeji mengangguk untuk menjawab Lia, "Ini... Siapa?"
Yeji menatap Kim yang berjalan di sampingnya. Hari ini Yeji bersama Kim lagi, tidak sengaja bertemu di jalan lagi.
"Kim Hyunjin anak IPS, kenalin Kim dia teman kelas gue Choi Lia!" Kedua gadis cantik itu saling berjabat tangan dengan senyum merekah
KAMU SEDANG MEMBACA
NUMBER ONE | Lee Felix
Fiksi Penggemar(Feat. Hwang Yeji) Ini semua hanya tentang nomor satu. Ini semua hanya tentang mereka yang mengejar kesempurnaan-omong kosong-mereka hanya seperti berlarian di labirin kehidupan. Ambisi besar dan ego yang sama besarnya membuat hati mereka seakan ter...