✨HAPPY READING✨
"Rumah lo dimana?"
"Nurut jalan ini aja, nanti juga sampai!"
Yeji tidak pernah menduga hal ini. Berada di motor yang sama dengan Felix adalah sebuah hal yang tabu untuk ia bayangkan. Yeji sungguhan hanya menganggap ini semua sebuah mimpi sesaat. Namun, semakin motor Felix melaju semakin Yeji menyadari bahwa semua ini adalah kenyataan. Yeji dan Felix yang berboncengan adalah nyata. Agaknya, bagaimana jika anak-anak sekolah tahu bahwa dua orang yang bersaing untuk nomor satu berada di atas motor yang sama? Astaga, Yeji bahkan tidak pernah berpikir hal seperti ini.
Suasana terlalu canggung untuk keduanya. Felix sedikit melirik pada Yeji yang menatap jalanan. Untuk sesaat Felix terpaku melihatnya. Felix beranggapan bahwa semua cewek itu cantik, namun entah kenapa aura yang Yeji pancarkan itu cantik yang berbeda. Yeji seperti punya sisi gelap namun sebenarnya Yeji didominasi sisi terang. Seperti, Yeji hanya menggunakan aura gelapnya untuk melindungi diri? Kurang lebih begitu yang Felix rasakan.
"Lo lagi ada masalah sama keluarga lo?" Tepat saat lampu merah menyala, Felix bertanya demikian. Bisa terlihat dari kaca spion Yeji langsung menatap Felix lewat spion juga
"Penting buat lo?" Felix sudah menduganya. Tidak akan kaget lagi dengan jawaban Yeji yang kelewat ketus
"Kalau ada orang peduli itu manfaatkan dengan baik, karena gak semua orang bisa mendapatkan kepedulian dari orang lain" Kemudian motor Felix melaju kembali
"Gue gak butuh kepedulian lo!"
Felix tertawa. Lucu sekali mendengarnya. Jika tahu akan seperti itu, lebih baik Felix diam dan tidak usah bertanya. Memang ribet jika menyangkut wanita. Pemikirannya dan perasaan mereka sulit dimengerti. Pemikiran dan perasaan mereka itu terlalu bercabang.
"Iya, emang salah gue udah peduli sama lo!" Yeji bungkam tidak membalas. Agaknya dirinya merasa setuju dengan ucapan Felix barusan. Salah memang jika menaruh kepedulian untuk Yeji
Perjalanan mereka di temani keheningan lagi. Lambat-laun motor Felix semakin lambat kecepatannya. Sebuah tepukan di pundaknya, membuat Felix melirik lagi pada Yeji yang berada di jok belakang.
"Berhenti di pos satpam situ aja!"
Felix mempercepat gasnya untuk sampai di pos satpam yang Yeji maksudkan. Seperti perintah Yeji barusan, motor Felix berhenti di depan pos.
"Kenapa di sini?" Tanya Felix setelah menerima helm yang Yeji pakai
"Kenapa emang?" Tanggapan Yeji itu membuat Felix memutar bola matanya malas, "Udah, di sini aja. Pulang gih!"
"Lo tuh emang orangnya gini ya?" Yeji mengendikan bahunya, "Gak di ajarin kah bagaimana menghormati orang lain?"
"Lo kalau gak tahu, jangan sok tahu. Lagian gue gak minta lo anterin. Udah sana pulang, Lo betah panas-panasan di sini?"
"Astaga, ya Tuhan salah apa gue sampai ketemu cewek modelan preman kaya lo"
Yeji memutar badan. Memilih tidak menanggapi Felix dan berjalan memasuki kompleks rumahnya. Yeji tidak peduli dengan Felix yang mungkin sedang menggerutu seperti orang gila di sana.
Sedangkan Felix menghela nafas kasar. Merasa heran dengan tingkah cewek itu. Wajahnya jutek tidak ketulungan, suaranya menyebalkan apalagi kalau julitnya sudah keluar, ingin rasanya Felix mengacak-acak wajah Yeji itu jika Felix tidak ingat jika Yeji seorang perempuan. Namun, mata Felix memincing tajam tatkala ia melihat Yeji berhenti di salah satu rumah dan bertemu seseorang yang tidak asing dimata Felix.
"Mereka kenal?"
# # #
Felix merebahkan dirinya di sofa sesampainya di rumah. Capek, bukan karena capek karena habis motoran tapi capek berdebat dengan Yeji. Cewek itu punya mulut yang tidak mau kalah. Tak heran sih ia begitu ambisius untuk menyingkirkan Felix. Pemuda kelahiran September itu memilih membuka ponselnya sekedar menghilangkan kebosanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
NUMBER ONE | Lee Felix
Fanfiction(Feat. Hwang Yeji) Ini semua hanya tentang nomor satu. Ini semua hanya tentang mereka yang mengejar kesempurnaan-omong kosong-mereka hanya seperti berlarian di labirin kehidupan. Ambisi besar dan ego yang sama besarnya membuat hati mereka seakan ter...