Chap 9

29 16 2
                                    

💫HAPPY READING💫

Libur telah usai. Kini saatnya kembali ke sekolah dengan semester baru. Felix pun akan kembali bangun pagi dengan energi yang baru lagi. Di semester ini Felix bertekad akan menduduki peringkat satu lagi. Felix tidak ingin membuat papa kecewa lagi. Mungkin karena kemarin Felix sempat lengah.

"Den, tuan sudah menunggu di ruang makan!" Felix menoleh sejenak kemudian mengangguk mengerti

Felix telah siap dengan seragamnya kemudian melangkah untuk ke meja makan. Seperti ucapan bibi tadi, papa sudah menunggu Felix dengan secangkir teh panas yang uapnya masih mengepul. Pemuda 17 tahun itu duduk di sini kanan sang papa yang duduk di tengah meja makan.

"Ingat janji kamu Felix, tidak ada lagi peringkat dua setelah ini," Felix mengangguk paham, "Jika janji kamu tidak bisa terpenuhi, apa yang akan terjadi?"

Felix mengangkat kepalanya setelah lama tertunduk. Matanya bergetar dan otaknya berputar untuk mengerti ucapan papa. Felix tidak mempertaruhkan apapun atau siapapun. Lantas kenapa papa bertanya demikian?

"Gadis berponi yang di bawa kakak mu tempo hari, bagaimana?" Papa berucap sambil tersenyum namun Felix tahu senyum papa adalah tanda bahaya

"Kak Jisun?" Lirih Felix

Felix menggeleng kuat untuk menolak. Papa masih ingat ternyata. Waktu itu papa bersikap tidak peduli. Bahkan hanya melihat sebentar sebelum masuk kedalam rumah tanpa kata. Felix pikir memang papa tidak peduli lagi dengan segala yang menyangkut Minho. Papa bahkan tidak bertanya atau mencoba mencari tahu lewat Felix. Papa benar-benar diam. Tidak sangka diamnya papa malah berdampak lebih buruk dari yang Felix bayangkan. Papa pasti sudah mengantongi banyak informasi tentang hubungan Jisun dan Minho.

"Kak Jisun gak ada hubungannya sama kita, pa. Jangan melibatkan orang lain dalam perang yang bahkan bukan urusannya. Papa bisa pukul Felix kalau janji Felix tidak terpenuhi. Papa bahkan bisa bunuh Felix dengan cara apapun semau papa. Itu terdengar jauh lebih baik daripada papa harus menyakiti orang lain"

"Berarti gadis itu sangat penting dalam hidup Minho sampai kamu saja tidak ingin dia celaka?" Papa menatap Felix tajam

"Pa, apa gak cukup hanya Felix yang jadi samsak tinju papa?"

"Saya tidak pernah menjadikan kamu samsak tinju Lee Felix, itu adalah hukuman karena kamu tidak memenuhi target" papa berdiri dengan merapikan jasnya. Mendekat pada putra bungsunya kemudian menepuk pundak Felix keras seakan menaruh beban pada kedua pundak putra bungsunya. Dan Felix kembali merasa sesuatu membebani pundak mungilnya

"Den," wanita yang lebih tua dari papa itu meletakan sekotak susu rasa pisang. Mungkin beliau tahu jika tuan muda tidak pernah mau menelan makanan saat pagi. Sudah pasti alasannya adalah papa, "Den Felix yang sabar ya, sudah tahu kan papa den Felix itu setengah iblis?"

Felix meraih kotak susu itu dan memasukkannya ke tas, "Makasih bi, Felix berangkat!"

Felix berbalik ke dalam rumah lagi. Pemuda itu meraih kunci motornya. Hari ini dan seterusnya mungkin Felix akan menggunakan motor. Itu akan membuatnya sampai sekolah lebih cepat dari angkutan umum.

"Apapun itu lakuin untuk kak Jisun, karena kak Jisun dalam bahaya!"

Memberitahu Minho akan menjadi lebih buruk. Karena Minho pasti akan berbuat seenaknya pada papa. Dan papa akan melampiaskannya pada Felix. Maka, Felix akan diam dan mencoba sebisa mungkin. Tidak akan terasa berat jika tidak melibatkan Jisun. Namun, mau bagaimana lagi dengan sembunyi-sembunyi pun papa bisa tahu.

# # #

Lain lagi dengan Yeji. Sial untuknya karena papa dan mamanya baru saja pulang dinas. Dan sarapan paginya yang ia pikir akan tenang, justru kacau. Yeji kena omel karena tidak pulang padahal mereka juga tidak pulang. Dan selanjutnya Yeji sudah bisa menebak adegan dan kalimat apa yang akan mama dan papa ucapkan. Tentu saja menuntut lebih lagi. Maka sebelum itu terjadi Yeji lebih dulu meraih tas dan pamit untuk berangkat sekolah.

NUMBER ONE | Lee FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang