Chap 3

54 24 7
                                    

✨HAPPY READING✨

Felix berjalan menelusuri koridor rak-rak perpustakaan dengan sesekali berhenti untuk melihat-lihat buku. Kakinya berbelok pada rak astronomi, mencari buku yang menarik perhatiannya untuk ia baca. Pada jarak yang tidak terlalu jauh Felix melihat seorang gadis yang sangat ia kenal. Tentu saja, Hwang Yeji. Sang gadis tengah melompat-lompat kecil, sekilas Felix juga melihat Yeji menoleh pada kanan dan kiri namun kembali melompat lagi.

Felix hanya mengamati, kemudian bersandar pada rak buku. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. Mendesis kecil melihat tingkah Yeji yang ia tebak tidak akan berhasil meraih buku di rak tinggi itu.

"Tuh cewe punya mulut buat apa anjir?" Gumamnya pelan dan berniat pergi namun ia urungkan karena melihat rak itu sedikit terguncang

Entah itu memang sungguhan Felix ataukah seseorang sedang mengendalikan raganya... Felix langsung berlari dan menggeser tubuh Yeji membuat sang gadis dalam dekapannya dan membiarkan punggungnya yang masih perih terjatuhi buku-buku yang lumayan tebal. Felix diam-diam meringis sakit, saat beberapa buku berhasil membuat lukanya semakin parah—dia pikir.

Kedua tangannya ia gunakan untuk mencengkeram lembut lengan Yeji. Felix terkejut sendiri, ia tidak biasanya langsung reflek seperti ini. Matanya menunduk sedikit, melihat tangannya sendiri berada di lengan sang gadis dan kepala Yeji yang hampir bersandar di dadanya. Kemudian, setelah kepala sang gadis mengadah raut wajahnya berubah, dingin.

"L-lo ngapain?" Pertanyaan yang juga Felix tanyakan pada dirinya sendiri 'gue ngapain njir?!'. Namun setelahnya Felix melepas cengkeraman pada lengan Yeji

"Menurut lo aja?" Felix berjongkok dan mulai membereskan buku-buku yang seharusnya menjadi tanggung jawab Yeji. Lagi dan lagi ia mempertanyakan dirinya sendiri, "Bantuin! Malah bengong"

Yeji membantu membereskan, "Felix! Punggung lo gak papa?"

'Sakit banget gila!?' yang tidak mungkin ia utarakan langsung pada Yeji, "Gak!"

Gadis itu menyerahkan beberapa buku yang ia rapikan dan memberikannya pada Felix. Felix langsung mengembalikannya pada tempat semula. Tak lupa mengambil satu buku yang Felix lihat ingin Yeji baca.

"Apa?" Tatapan polos dan wajah kebingungan Yeji malah membuat Felix berdecak malas "Eh, I-iya!" Tingkat kepekaan gadis itu Felix nilai D! Sungguh buruk

Maka tanpa berlama-lama lagi, Felix pergi. Niatnya untuk rileks sebentar dengan membaca buku di perpustakaan kota, seketika berubah menjadi malas. Felix keluar dengan sedikit memegangi punggungnya. Tadi, saat akan mandi Felix juga merasa nyeri pada punggung, Felix rasa saat sang papa memberikan perhatian Felix tidak sengaja membentur tembok atau tangga atau benda keras lainnya—Felix tidak terlalu ingat... Sehingga membuat punggungnya sakit dan sedikit(?) memar.

Felix melirik seberang. Cafe komik, tidak terlalu buruk. Setelahnya, Felix menyebrang untuk menuju cafe komik tersebut. Diam-diam Felix bernafas lega, karena tidak terlalu banyak orang di dalam. Sebenarnya, komik bukan sesuatu yang Felix sukai, jika disuruh memilik Felix akan membaca buku pengetahuan ketimbang harus membaca tulisan bergambar. Jujur gambar malah membuat Felix pusing. Namun, Felix hanya akan mampir sebentar. Toh sebentar lagi makan siang, papa pasti akan pulang. Papanya memang lebih suka makan siang di rumah. Ini saja Felix tidak izin jika dia keluar rumah, ya terkadang Felix memang tidak patuh.

"Lee Felix?" Felix mengerjapkan matanya menatap laki-laki berhoodie hitam dan earphone terkalung di lehernya "Suka baca komik juga lo?"

"Sorry, tapi... Lo siapa? Kok kenal gue?" Laki-laki itu tersenyum kecut. Wajar kok, Felix bahkan mungkin juga tidak tahu kalau laki-laki itu sebenarnya adalah teman kelasnya ah... Bukan teman tapi orang yang satu kelas dengannya

NUMBER ONE | Lee FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang