Chap 11

22 16 1
                                    

HAPPY READING

"Lix, gini benar belum? Udah ya, gue udah revisi tujuh kali loh ini" rengek Lia terdengar putus asa

Bilangnya sih gak lebih dari satu jam, tapi ini sudah hampir satu jam tapi belum mendapat apa-apa. Itu karena Felix terus memprotes pekerjaan temannya. Bahkan tak jarang ia berdebat dengan Yeji karena perbedaan pendapat. Lagian aneh-aneh saja gurunya, menjadikan Felix dan Yeji satu kelompok.

"Oke, Jen lo gimana?" Jeno mengacungkan jempol tanda dirinya bisa mengerjakan bagiannya, "Jisung, gimana? Sampai mana ngerjainnya?"

"Lix lo mah membagi tugas berdasarkan rasa tidak suka, masa gue dapat yang perhitungan kaya gini? Masih waras kan?" Sudah setengah jam mengerjakan namun tidak ada hasil. Yang ada otak Jisung siap meledak

"Kerjain yang bisa dulu, nanti gue cek. Yeji kemana?"

"Tau, kayanya cari buku buat materi" Jawab Lia

Felix mengangguk saja. Yeji sudah pasti bisa di percaya. Maka Felix pun melanjutkan mengerjakan bagiannya. Sampai, suara notifikasi ponselnya berbunyi.

Papa
| Kamu di mana?
| Jam segini belum pulang? Keluyuran kemana kamu?

Felix menghela nafas. Felix memang sengaja tidak memberitahu papa lebih dahulu. Karena Felix tahu bahwa papa tidak akan memberikannya izin.

"Yeji lama banget deh cari bukunya," Felix dan yang lain langsung menoleh pada Lia, "Dia gak ada chat gue apapun, kok perasaan gue gak enak ya?"

Cafe belajar ini tergolong luas. Ada dua lantai dan di lantai kedua ada banyak buku semacam perpustakaan. Ini sudah menit ke sekian Yeji mencari buku, namun anak itu belum juga datang. Bahkan sudah hampir setengah jam Yeji pergi.

"Cari aja yuk, gue takut anak orang kenapa-kenapa!" Ujar Jisung ikut cemas

"Terus tugas—"

"Lee Felix, tugas masih bisa selesai nanti atau besok tapi ini anak orang kalau kenapa-napa kita yang tanggung jawab!" Jeno pun menarik Felix untuk ikut mencari Yeji

Mereka berpencar. Ada yang di lantai atas dan ada yang mencari di lantai bawah. Felix mencari di lantai atas. Setiap lorong buku ia cari. Felix hanya menggunakan matanya karena di sini di larang berteriak. Pemuda itu menuju lorong terakhir dan matanya melebar menemukan Yeji terduduk sambil memegangi perutnya. Langsung saja ia berlari menuju Yeji.

"Hey, lo gak pa-pa? Perut lo kenapa?" Tanya Felix memegang kedua sisi pipi Yeji yang sudah lemas

"S-sakit lix, g-gue kayanya datang b-bulan. Sakit banget huhu!" Jawab Yeji sebisanya

Dan tak sengaja Felix melihat darah di rok seragam Yeji. Felix menggendong Yeji ala bridal style. Felix menatap lekat wajah Yeji yang penuh keringat. Entah kenapa Felix merasa sengatan aneh pada tubuhnya. Dan Felix juga baru sadar satu hal, Yeji memiliki proporsi wajah yang menyentuh angka sempurna. Dagu yang lancip, hidung mancung, kulit yang halus dan bibir ceri merah muda alami. Melihatnya Felix jadi meneguk air ludahnya.

"Lix, s-sakit!" Rengek Yeji lagi

"Iya-iya, gue bawa ke dokter ya!"

Dan tanpa sadar mereka melupakan fakta bahwa mereka saling benci. Setidaknya untuk sesaat saja mereka bisa terlihat seperti teman kelas biasa.

"Yeji!?" Lia langsung berteriak ketika melihat Yeji di gendongan Felix

"Jen pinjam jaket lo," Felix berucap sembari membalut jaket Jeno ke pinggang Yeji untuk menutupi darah yang merembes ke rok Yeji, "Gue bawa Yeji ke rumah sakit, Jisung tolong nanti bawa motor gue ya!"

NUMBER ONE | Lee FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang