#7
"Nda, lu ke mana aja?" Jessica berlari menghampiri Wanda.
"Nda." Gladis pun datang, bersama yang lainnya. Mereka berdiri mengelilingi Wanda yang tampak pucat dengan baju basah.
"Nda, lu gak apa-apa?" tanya Jessica yang duduk di sampingnya. "Badan lu basah banget. Kehujanan?" tanyanya lagi, tapi Wanda masih diam, tak menjawab.
"Niel, Jo, Mike, boleh ke luar dulu?" pinta Gladis.
"Kenapa emang, Dis?" tanya Daniel.
"Wanda mau ganti baju."
"Oh, oke."
Daniel, Mike dan Joe berjalan ke luar kamar.
"Lu ngapain, Re?" tanya Joe saat melihat Rere berjalan di belakangnya.
"Ya, ke luar juga lah," balasnya.
"Kan lu bukan cowok."
"Iya, cuman ... ngapain juga di dalem liatin orang ganti baju."
"Iya juga sih."
"Lagian si Wanda keliatan aneh bener," bisik Rere saat melangkah ke luar kamar.
"Mungkin dia syok kali, Re."
"Bagus lah kalau syok doang."
"Kok bagus?"
"Takutnya itu bukan Wanda yang asli."
"Ah mulai ... kebanyakan nonton pilem horor lu!"
Daniel dan Mike kebingungan melihat Joe dan Rere yang mengobrol pelan di depan pintu kamar.
"Woi! Lu berdua lagi ngapain di sono!" teriak Daniel.
"Tau tuh, mana bisik-bisik pula," timpal Mike.
"Ah, enggak!" Joe berjalan menghampiri Daniel.
"Lu juga, Re! Bukannya temenin Wanda di dalem kamar."
"Ogah ah!" Rere duduk di kursi.
____________
"Nda, ngomong dong. Jangan bikin kita khawatir," ucap Jessica terus membujuk Wanda untuk bercerita. Namun usahanya gagal.
"Ya udah kalau gak mau cerita sekarang. Ganti baju dulu, Ya?" sambungnya. Kali ini Wanda menganggukan kepalanya, pelan.
Gladis mengambil pakaian di koper Wanda, sementara Laura mengambil handuk di dekat kamar mandi.
"Badan lu dingin banget, Nda," ucap Jessica seraya menggenggam tangan sahabatnya itu. "Buku dulu bajunya."
Wanda pun melepaskan pakaianya satu persatu. Terlihat tubuhnya yang sangat pucat. Bahkan saking pucatnya, urat-urat nadinya pun bisa terlihat jelas.
"Nda, kenapa lu pucet banget sih?" Gladis sangat mengkhawatirnya temannya itu.
Namun, semua pertanyaan tak pernah Wanda jawab. Ia bahkan tak menggerakan bibirnya sedikit pun. Setelah mengganti pakaiannya. Mereka pun pergi ke luar kamar.
"Udah?" tanya Mike.
"Udah," sahut Laura.
"Mending kita pergi sekarang. Beresin barang-barang, jangan ampe ada yang ketinggalan!" perintah Mike.
Laura, Gladis dan Rere pergi ke kamarnya. Selang beberapa menit kemudian, mereka ke luar dengan kopernya. Begitu pula dengan Jessica yang membawa dua koper. Satu miliknya, satu lagi milik Wanda.
"Ayo, Nda!" Jessica menarik tangan Wanda yang berdiri mematung di depan kamar. Kemudian mereka semua pun turun ke bawah. Kini giliran Mike, Joe dan Daniel yang membereskan barangnya.
Setelah semuanya siap, mereka pun bergegas pergi ke luar. Langit sudah benar-benar terlihat gelap. Angin pun sangat kencang dan terasa dingin.
"Ayo cepet ke mobil!" Mike berlari ke arah mobil. Diikuti yang lainnya, kecuali Jessica dan Gladis yang menuntun Wanda, perlahan.
"Yuk, buruan!" teriak Rere yang berdiri di samping mobil.
Mike, Laura dan Rere sudah masuk mobil duluan. Disusul Daniel. Sementara Joe malah menghampiri Gladis dan Jessica yang berjalan jauh di belakang.
"Sini gw bantu," ucap Joe, seraya mendekati Wanda, kemudian menggendongnya.
"Cie!" teriak Rere dari dalam mobil.
"Badan lu dingin amat. Kaya es," ucap Joe sambil berjalan menuju mobil dengan langkah cepat. Kemudian mendudukan, Wanda di bangku tengah.
"Udah?" tanya Mike.
"Berangkat!" teriak Rere.
"Re, gak usah teriak napa! Dah tau Wanda masih sakit," sahut Jessica.
"Ya maaf."
Mobil pun melaju, ke luar dari halaman vila.
"Gak ada yang ketinggalan, Kan?" tanya Mike.
"Aman," sahut Daniel.
"Ada ...," ucap Wanda.
"Akhirnya ngomong juga," timpal Rere.
"Apa yang ketinggalan, Nda?" tanya Jessica.
"Badan gw."
"Badan, Lu? Wah beneran sakit ni anak," sahut Rere.
"Badan gw, Jes. Masih di sana!" Wanda menunjuk ke arah vila.
"Jangan bercanda deh, Nda."
Nguk! Mobil tiba-tiba berhenti.
"Mike?" panggil Laura.
"Mobilnya mogok, Ra," balasnya.
"Aduh, di situasi begini. Ada-ada aja, mana gelap banget," gerutu Rere.
Mobil kembali menyala.
"Lah? Wanda ke mana?" teriak Jessica, kaget, saat melihat ke sampingnya, Wanda sudah menghilang.
"Kagak mungkin ke luar, Kan?" tanya Gladis, polos.
"Dah gw bilang kan, Jo! Lu kagak percaya," ucap Rere. "Badannya dingin plus muka pucet, udah pasti bukan manusia!" sambungnya.
"Pergi buruan, Mike!" sambungnya lagi.
"Terus Wanda gimana?" Jessica masih mengkhawatirkan sahabatnya itu.
"Jes, Jes. Lu sadar gak sih kalau Wanda itu udah meninggal!" sahut Rere.
"Kalau beneran udah meninggal, terus itu siapa?" Mike menunjuk ke depan mobil. Ada Wanda yang sedang berdiri di tengah jalan.
"Nda!" panggil Jessica seraya meraih handle pintu. Krek! Pintu terkunci. "Mike, buka pintunya!" pintanya. "Kasian, Wanda kedinginan di luar!"
"Itu bukan Wanda, Jes," balas Mike sambil memajukan mobilnya.
"Gila, Lu, Mike!" teriak Jessica, beranjak mendekati Mike, untuk menghentikan laju mobil.
"Percaya sama gw, Jes!" teriak Mike, tetap berusaha mengendalikan laju mobil.
Gladis dan Laura memegangi Jessica, agar tidak mengganggu Mike. Sementara itu, mobil semakin mendekati Wanda.
"Tabrak aja, Mike!" teriak Rere.
Brug!
Bunyi benturan keras sekali.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Yang Mati?
TerrorDelapan Mahasiwa terjebak di sebuah Vila Angker. Teror demi teror mereka hadapi semenjak hari pertama kedatangan. Hingga satu persatu dari mereka pun menghilang dan kembali dalam keadaan meninggal dunia. Siapa yang mati?