Mereka masih berdiri mematung, bingung dengan apa yang terjadi.
TUK! TUK!
Suara kentongan itu kembali terdengar. Kini diikuti suara jeritan seorang wanita. "Joe," panggil Gladis.
Pandangan Joe terus mengarah ke jalan utama di tengah pemukiman. Dari kejauhan terlihat ada cahaya obor. "Dis, Jes! Sini!" Joe memanggil keduanya untuk mendekat. Sementara matanya tak lepas dari cahaya obor yang semakin mendekat.
"Ngapain kalian di sini?" tanya Suara yang terdengar di belakang mereka. Sontak mereka pun menoleh, terlihat seorang nenek sudah berdiri di dekat mereka. "Cepat, Masuk!" perintahnya seraya berjalan dengan terburu-buru ke arah salah satu rumah.
Namun, Joe, Gladis dan Jessica bergeming. Mereka tampak ragu untuk ikut masuk ke dalam rumah nenek itu. Sementara itu kembali terdengar suara jeritan wanita yang menyayat hati.
"Cepat!" teriak Nenek itu.
"Sebenernya ini ada apa, Nek?" tanya Joe, bingung dengan situasi ini.
"Sudah tidak ada waktu lagi. Kalau kalian tidak segera masuk, maka nasib kalian akan sama dengan wanita-wanita itu."
Dengan gegas Joe, Gladis dan Jessica masuk ke dalam rumah nenek itu.
DUG! DUG!
Terdengar suara langkah kaki bersahutan. Joe yang penasaran mengintip melalui lubang yang ada pada pintu bilik. Jelas sekali ia melihat banyak orang melintas sambil membawa obor. Matanya terbelalak saat melihat ada seorang wanita yang diseret, dengan tubuh penuh darah.
"Keranda," gumam Joe, saat melihat ada keranda yang dibawa oleh beberapa orang.
"Apa, Joe?" tanya Gladis.
"Ada keranda."
"Hah? Keranda?" Gladis terkejut.
"Iya, Dis. Bentuknya mirip sama yang kita liat pas pertama kali datang ke vila."
"Jadi kalian pernah menginap di vila itu?" tanya Nenek itu.
"Iya, Nek."
"Bagaimana kalian bisa selamat?"
"Kami kabur lewat pemakaman dan hutan. Tapi lima teman kami sampai sekarang masih hilang," balas Joe.
"Apa kalian bertemu dengan penjaga vila itu?"
"Pak Odih."
"Jangan sebut nama itu di sini! Warga kampung sini tak suka dengarnya."
"Emangnya ada apa dengan dia?"
"Dia itu monster! Pembunuh! Orang-orang yang kamu lihat tadi itu anak buahnya. Mereka sering mengambil perempuan warga kampung sini, untuk dibawa ke vila."
"Dibawa ke vila? Untuk apa?"
"Untuk dijadikan pelayan dan pemuas nafsu mereka!"
"Kenapa tidak dilaporkan ke polisi?" tanya Gladis.
"Polisi?" Nenek itu tampak bingung.
"Iya, polisi. Apa pihak desa gak ada yang lapor ke polisi."
"Kalian jangan bercanda!"
"Maaf, Nek. Teman saya benar, kenapa gak dilaporkan ke polisi," balas Joe.
"Jadi kalian belum sadar?"
"Belum sadar?" Joe kebingungan.
Kriet!
Pintu terbuka, ternyata Jessica yang membukanya. "Jangan dibuka!" teriak Nenek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Yang Mati?
TerrorDelapan Mahasiwa terjebak di sebuah Vila Angker. Teror demi teror mereka hadapi semenjak hari pertama kedatangan. Hingga satu persatu dari mereka pun menghilang dan kembali dalam keadaan meninggal dunia. Siapa yang mati?