7. Status Cassy

729 183 48
                                    

“Tapi di rumah adanya rasa vanilla, cuman tawar,” ucap Askal setelah ia memarkirkan sepeda motornya di halaman rumah.

“Vanilla tapi tawar? Gimana ceritanya?”

Askal tak menyahut. Ia kemudian meraih tangan Alin dan mengajaknya masuk ke dalam rumah bernuansa monokrom tersebut.

“Kamu bersihin badan dulu gih!” titahnya membuat Alin tersentak. “Cuci muka, tangan, sama kaki.”

“Oh .. ”

Tak lama setelah Alin kembali dari kamar mandi, ia melihat Askal sudah berganti pakaian dengan setelah rumahan mengenakan kaus putih dan celana sepaha. Laki-laki itu sedang menyiapkan sesuatu di ruang tengah.

“Ngapain?” tanya Alin bingung sebab Askal menyimpan satu kotak tisu dan body lotion di samping es krim yang sudah tersaji di atas meja. “Itu buat apa?”

Lagi-lagi Askal menanggapi dengan senyuman ambigunya. Ia menarik tangan Alin hingga membuatnya terduduk di samping.

“Yuk mulai .. ” Askal lantas memberikan segelas air pada Alin untuk penghilang dahaga. Tatapannya saling bertemu—sangat dalam hingga membuat Alin terhanyut.

• • •


“ALIN!!!” Sang empu nama terperanjat dalam lamunannya saat Casandra menggebrak meja yang berada di depannya.

“Pagi-pagi ngelamun, mikirin apa?”

Alin tersadar. Kepalanya mendadak pening, tubuhnya pun terasa lemas. Alin bingung apa yang sudah terjadi padanya hingga membuatnya merasa tidak enak badan.

“Nggak apa-apa.”

Anehnya bayangan yang terus tergambar di benak Alin hanya Askal. Laki-laki yang terakhir kali ia ingat sedang menyuapinya es krim vanilla yang terasa hambar di lidahnya.

Alin mencoba mengingat seluruh kejadian kemarin, namun rasanya semakin membuat kepalanya sakit.

“Pemiciii~” Lengkingan suara dari arah pintu membuat Alin juga Casandra menoleh, mereka melihat Ibnu bersama Fingki sedang berdiri di sana.

“Kepada Neng Alin dimohon untuk ke luar,” seru Ibnu.

“MAU APA!” sahut Casandra membalas dengan nada menyentak.

“Kepo mulu sih, emaknya bukan.”

“LU JUGA SIAPA, BAPAKNYA BUKAN!”

“Santai atuh,” timpal Fingki. “Biasa, Lin .. kata si Askal,” imbuhnya pada Alin.

“Lah yang butuh dia, kenapa harus Alin yang samperin dia!? Harusnya juga dia yang ke sini bukan lo berdua!”

“Bisa nggak sih lo sekaliii aja nggak ikut campur?” cetus Ibnu. “Gemes gue.”

“Lo juga sama aja ikut campur, dongok!”

Alin lantas beranjak dari duduknya, mengakhiri perdebatan Ibnu dan Casandra. Ia berlalu mengikuti Fingki, sementara Ibnu masih melanjutkan perseteruannya dengan Casandra.

“Askal ada di UKS, asmanya kambuh. Tadinya dia mau ke kelas lo tapi tiba-tiba nggak kuat, akhirnya jadi ke UKS.”

“Dan dia minta buat bawa lo juga temenin dia,” jelas Fingki selama mereka berjalan menuju ruang Unit Kesehatan. Alin tentunya terkejut sebab ia baru mengetahui jika Askal memiliki riwayat asma.

“Dari kapan Askal punya asma?” tanya Alin.

“Sejak lahir jantung Askal itu lemah dan kondisinya makin parah setelah orang tuanya meninggal karena kecelakaan.”

ASKALIN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang