12. Berduka Cita

699 146 79
                                    

Ibnu baru saja bangun sontak terperanjat begitu melihat perempuan berambut panjang berdiri di hadapannya.

“Anj, gue kira setan,” hela Ibnu mengusap dada.

Aji dan Ari turut terbangun tak kalah terkejut melihat Cassy yang berpakaian putih dengan rambut dibiarkan tergerai, menambah kesan mistis dengan suasana lorong rumah sakit yang penerangannya cekup remang.

“Lo nggak bisa dateng baik-baik?” gerutu Aji merasakan degup jantungnya kencang.

Cassy tak menghiraukan. “Di dalem ada siapa?”

“Lo mau ngapain ke sini, kan udah putus?” balas Ibnu tak menjawab pertanyaannya.

“Emang nggak boleh jenguk?”

"Tau dari mana Askal di rumah sakit?"

Cassy hanya tersenyum, memberikan bingkisan berisi buah segar pada Ibnu. “Buat Askal.”

“Kenapa repot-repot? Askal udah dapet buah dari Alin.”

Ibnu yang duduk tepat di samping Ari sontak menyenggol tangannya.

“Iya, nanti gue kasihin ke Askal. Tapi kita boleh kan ikut makan?” Cassy hanya mengangguk singkat, kembali beranjak pergi.

“Kenapa sih,” sungut Ari. “Gue nggak salah ngomong kan?”

“Ya nggak disebutin juga, Sari!”

Aji nampak sibuk dengan ponselnya, tak menghiraukan kedua temannya yang tengah berselisih. Selain itu ia mengambil bingkisan buah dari tangan Ibnu dan membawanya masuk ke ruangan Askal.

Askal yang sepertinya tengah mengobrol bersama Fingki sontak diam begitu Aji menampakkan diri. Mereka berdua terlihat sangat serius.

“Dari Alin.”

“Alin? Ini juga tadi dia baru ngasih, masa udah ngirim lagi?” ujar Fingki mengeryit heran.

“Mana Alin nya?” tanya Askal.

“Langsung pulang.”

Aji kemudian menyimpan bingkisan tersebut di atas nakas yang berada di samping Askal. Hari ini Askal dipindahkan ke ruang inap pasien sebab kondisinya sudah cukup membaik.

“Pak Ijong ngomel di grup sekolah gegara kita absen,” kata Aji. “Dia ngancem keluarin.”

“Sekarang .. gimana si Faril?” sahut Askal tak menanggapi ucapan Aji. Nafasnya terlihat masih lemah hingga bicaranya pun tersenggal-senggal.

“Nggak ada hal yang bikin curiga. Ibnu sama Ari baru nyari tau tadi orang yang ngeroyok lo, katanya dia anak buah Haron.”

Mendengar nama tersebut membuat Askal terdiam sejenak. “Haron .. ”

“Siapa Haron? Gue baru denger Haron,” timpal Fingki.

Askal menarik ujur bibirnya hingga mengulas senyuman yang tak dapat ditebak.

• • •

“Ibu .. ”

Kaki Alin seketika terasa lemas, tubuhnya terduduk di lantai begitu melihat sosok wanita terbaring kaku di lantai kamar mandi rumahnya dengan keran air yang mengucur dan darah mengalir memenuhi ubin.

Air mata menetes deras melewati pipinya. Alin tak sanggup menahan tangisan menyaksikan ibunya dalam keadaan tak bernyawa.

“BU~ BANGUN!!!” Ia merangkak menghampiri beliau dan menutup keran air. Direngkuhnya tubuh tak bernyawa sang ibu ke dalam pelukannya.

ASKALIN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang