17. Kabar Buruk

778 132 101
                                    

Alin ..

Alin sayang?

Sayang ..

ALIN!

Alin tersadar dengan nafas terengah-engah, melihat dirinya terbaring di atas ranjang kamar bersama Askal yang duduk di sampingnya tengah mengompreskan kain dibasuh air hangat ke dahinya.

Alin spontan menjauh dari laki-laki tersebut, mengerubuni tubuhnya dengan selimut.

“Al, ini aku .. kenapa takut gitu?” ujar Askal cemas, mencoba menenangkannya.

Ternyata Alin pingsan saat berada di kamar mandi, selepas mual-mual. Beruntung Askal segera menemukannya dan cepat-cepat membawanya ke kamar.

Sementara Alin nampak ketakutan, wajahnya begitu pucat dibayangi oleh mimpi yang terus saja berputar menghantuinya—mimpi yang benar-benar membuat Alin hancur.

Ia gemetar melihat Askal, berusaha menghindar setiap kali laki-laki itu hendak menyentuhnya.

“Kenapa sayang, hm?” Askal tak pantang. Ia mencoba mendekati Alin secara perlahan, menarik tubuhnya dan mendekapnya lembut.

“Kalo masih sakit tuh bilang. Kamu maksain sekolah, jadinya kek gini kan,” tutur Askal mengecup singkat pucuk kepalanya. “Mau ke klinik?”

Alin menggeleng. Ia ingin mendorong tubuh Askal namun dirinya masih terlalu lemah, ia hanya pasrah saat Askal mengeratkan dekapannya.

Cassy hamil ..

Harusnya aku udah bunuh kamu.

“—sama kayak yang dilakuin Bara.

Semua itu hanyalah mimpi. Tapi kenapa rasanya sakit sekali hingga rasa sesak di dadanya ikut terbawa nyata. Bahkan Alin masih merasakan pipi dan matanya basah akibat tangisan.

Bara ..

Kenapa Bara terlibat?

Begitu banyak pertanyaan dalam kepala Alin hingga membuatnya tak menyadari jika Hana dan Faril sudah berada di kamarnya.

“Kenapa Alin?” sahut Hana terkejut begitu membuka pintu kamar mendapati Alin berada di pelukan Askal.

“Kayak tikus aja main nyelonong tanpa izin!” tegus Askal. Ia melihat Faril berjalan di belakang Hana mengikutinya ke dalam kamar. Sebuah sorotan tak suka tertuju padanya.

“Mau apa lo ke sini!” cetus Askal pada Faril.

“Dia temen gue,” balas Hana seraya menarik Askal agar menjauh dari Alin. “Lo berdua cowok tunggu di luar!”

Askal kemudian menyeret Faril agar ikut dengannya. Faril tak terima sontak menangkisnya dan berjalan mendahului Askal menuju ruang tengah.

“Lo pikir gue nggak tau?” sahut Askal tanpa menunggu.

Faril yang baru mendaratkan tubuhnya di atas sofa lantas menoleh dengan wajah santai. “Apa?”

“Apa yang Bara suruh ke lo?”

“Kenapa lo tanya itu? Was-was?”

Askal mendecih, tertawa remeh. “Dari awal gue udah tau lo kaki-tangan si Bara.”

“Apa maksud lo deketin Alin? Bara nyuruh lo biar Alin suka ke lo?”

Faril menggelengkan kepalanya berulang kali. “Askal .. Askal .. Lo ketua tapi bodoh!” cebiknya.

“Lo bahkan nggak mengenal jauh temen-temen lo, sekarang lo bilang gue suka sama Alin .. pfft~”

“Harusnya tanya itu ke temen lo!” ucap Faril ketara. “Dan lo pikir Bara nggak akan tinggal diem tau adeknya dijadiin tameng?”

ASKALIN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang