"Ayah, ibu dimana? Dia baik-baik aja kan?"
"Ibu baik-baik aja kok, kamu gak usah khawatir."
___
"Ayah bohong..
Choi Yeonjun terbangun seketika dengan cucuran keringat di sekujur tubuhnya. Sudah hampir dua tahun dia tak mengalami mimpi buruk itu lagi, Yeonjun beranjak dari ranjang dengan perlahan, masih pukul tiga pagi dan dia tak ingin mengusik tidur nyenyak Beomgyu, mereka baru tidur larut setelah pergumulan mereka dan Beomgyu pasti lelah sekali.
Click..
Yeonjun menyalakan lampu dapur setelah menuruni tangga, dia butuh minum saat ini. Dirinya terduduk di kursi makan, sedikit memutar balik kejadian yang sama persis seperti di mimpinya itu.
Bahkan rasa bersalahnya menyeruak lagi, bahasan dirinya dan Beomgyu tentang bayi, tentang Beomgyu yang harus mengandung dan melahirkan anak mereka.Choi Yeonjun hanya takut kalau ketidakberuntungan menimpanya untuk yang keduakali...
__
"Terimakasih untuk kerja keras kalian hari ini, sampai ketemu besok," Beomgyu mengantar dua pekerjanya pulang hari ini, tokonya tutup pada pukul lima sore. Beomgyu biasa pulang sendiri dengan memakai sepeda atau di jemput oleh kak Yeonjun, mereka sudah pindah ke rumah baru sejak dua minggu lalu.
Beomgyu menunggu kurang lebih setengah jam sampai sang suami masuk ke dalam toko bunga.
"Gyu-ya, kangen."
"Padahal cuma beberapa jam kan?" Beomgyu mencibir yang lebih tua dan merapikan meja kerja sebelum benar-benar menutup toko.
"Nanti malem mau makan apa? mampir bentar ke supermarket ya kak, beli bahan makanan sama buah juga."
"Aku aja yang masak gimana? Gyu mau makan apa?" Yeonjun meraih tas Beomgyu untuk dibawakan.
"Ayam, dimasak apapun."
"Okay."
___
"Makasih buat makanannya kak. Aku yang nyuci piring aja."
"Cuma steak ayam kok, gak apa-apa kamu mandi aja terus istirahat."
"Kak Yeonjun kenapa sih, aku kan gak lagi sakit," Beomgyu mengulurkan tangannya untuk memeluk sang suami dari belakang.
"Akhir-akhir ini kamu pasti capek banget. Setelah kita pindahan juga kamu belum bisa santai. Abis kuliah langsung pulang aja, toko kan udah ada yang urus," Yeonjun hanya ingin Beomgyu tak banyak menghabiskan tenaganya. Dia tak bisa melihat kesayangannya jatuh sakit.
"Aku biasa aja kok, aku suka di toko bunga. Rumah juga sepi, gak jauh lebih baik."
Yeonjun tak bisa menjawab apa-apa lagi sekarang dan membiarkan Beomgyu yang sudah melepas pelukan dan berlalu menuju kamar tidur.
Aroma teh camomile sudah terhirup oleh hidung Yeonjun, dia membuatnya setelah semua perkakas dapur tertata rapi di rak, dia menaruhnya dalam teko kecil untuk dibawa ke kamar, Beomgyu pasti suka teh yang dia buat.
" Gyu-ya, mau minum teh? Udah ku tambahin madu juga," Yeonjun menemukan Beomgyu sudah duduk di ranjang dengan buku bacaan di pangkuan, dia sudah selesai mandi sepertinya.
"Makasih kak," Beomgyu mengambil gelas Yeonjun dan meminumnya perlahan.
"Aku mandi dulu ya."
"Nanti aja," Beomgyu menaruh gelasnya dan duduk di pangkuan yang lebih tua, menyamankan diri di tempat yang paling dia sukai, wangi parfum yang masih belum pudar sejak pagi tadi. Tidak biasanya Beomgyu sebegitu menginginkan sang kekasih.