"Gyu-ya, apa kamu gak keberatan kalau misalnya kamu jadi ibu sebentar lagi?"Beomgyu mengangguk samar tapi Yeonjun dengan jelas menangkapnya sebagai tanda persetujuan.
Gerakan di bagian bawahnya lebih cepat dan tubuh Beomgyu yang ikut tersentak senada dengan Yeonjun.
Pada menit-menit selanjutnya yang terasa seperti berada di utopia itu akhirat tiba juga, pagutan menenangkan yang Yeonjun ciptakan tak berhenti sampai benih-benihnya memenuhi rahim yang lebih muda.
Seperti sebuah kebahagiaan saat Beomgyu mengaku bahwa dia bisa mengandung dan pastinya bisa memperoleh anak untuknya dan juga sang kekasih.
Ada sedikit banyak pengharapan dari Yeonjun pada Beomgyu. Mungkin dirinya lupa bagaimana dia mengatakan akan membebaskan apa yang akan dipilih Beomgyu di masa depan.
Bukankah menikah dan mempunyai anak adalah sebuah hal yang memakan banyak waktu?__
"Maafin aku ya," Yeonjun memeluk si mungilnya setelah dia membersihkan diri dan juga menyeka tubuh Beomgyu dengan air hangat.
Mereka akan bersiap untuk tidur karena malam sudah larut."Maaf kenapa? aku seneng kok kalau misalkan nanti punya bayi. Tidur dulu ya kak, aku ngantuk."
"Iya, selamat tidur sayang," Yeonjun mengusap pipi Beomgyu lembut sebelum kembali membawa si mungil untuk lebih erat dia peluk.
Seharusnya tidak ada yang perlu di khawatirkan....
____
Choi Yeonjun masih sedikit mengantuk saat pagi itu harus bersiap untuk pulang ke Busan, barang-barangnya juga sudah banyak yang di kirim ke rumah kemarin, hanya menyisakan beberapa perabot besar yang nantinya akan di pakai oleh orang yang akan menyewa unit apartemennya.
Seharian kemarin mereka bergelung di kasur sampai menjelang siang dan acara jalan-jalannya tertunda, berlanjut mengemasi barang dan baru bisa pergi ke luar untuk mencari makan malam dan pergi ke taman yang banyak dihiasi lampu-lampu cantik."Kakak udah bangun? Mau mandi dulu? kita beli sarapan aja ya nanti di bawah, "tawar Beomgyu yang sudah segar sehabis mandi, sepertinya pria mungil itu bahagia sekali karena akan pulang.
"Iya, beli aja. Kereta kita juga masih tiga jam lagi jadi bisa santai dulu."
"Kamu kangen Busan banget?" Tanya Yeonjun lagi, dia meraih lengan Beomgyu agar tubuh mungilnya bisa Yeonjun rengkuh.
"Aku kangen bunga-bungaku. Aku juga mau makasih sama ayah karena beliau mau nyari pegawai buat ngurusin toko bunga," Beomgyu tak keberatan di peluk oleh tubuh yang belum mandi itu.
"Ayah juga paham kok, lagian setelah ini kamu bisa lanjut ngurus toko bunga atau tinggal aja di rumahku."
Beomgyu mengangguk, dia belum memikirkan hal yang terlalu jauh seperti itu.
🌼🌼🌼
Perjalanan pulang Yeonjun dari Seoul menuju tempat kelahirannya sedikit berbeda karena dia pulang dengan sang kekasih hati setelah segala urusannya di Seoul teratasi. Meskipun sepanjang perjalanan Beomgyu lebih memilih tertidur lelap di bahu Yeonjun. Bisa saja pacarnya itu kelelahan karena membantunya berkemas dan juga banyak hal lain, Yeonjun secara refleks mengusap lembut perut Beomgyu yang tertutup mantelnya."Udah sampai Stasiun ya kak?" tidur Beomgyu sedikit terusik.
"Ya, masih sekitar 15 menit lagi sih," Yeonjun gelagapan karena tak menyangka Beomgyu akan bangun.
"Oh, aku boleh tidur lagi?" Beomgyu tak memerlukan jawaban Yeonjun dan meraih lengan yang lebih tua untuk di jadikan bantal guling dadakan di kereta saat ini.
